Submitted by Evylia Hardy on

Doa puasa itu jamak. Puasa senin-kemis, banyak. Naa, kalau yang ini, puasanya berhubungan sama nilai. Jangan salah. Bukan nilai moral. Bukan nilai kemanusiaan. Yang ini nih, nilai sekolah.

Ira (anak klas 1 sd) yang gemuk plus lucu punya mami yang perhatiaaan banget. Asupan makanannya hasil olahan si mami sendiri, biar terjamin gizi n kebersihannya. Bubar sekolah si mami masuk antrean para penjemput setia. Ada kejadian appa aja di kelas si mami tau sampai ke titik koma. Soal pelajaran, ibu-ibu lain belum baca si mami dah hapal luar kepala. Jadi guru privat semua mata pelajaran pun si mami semangat. Pokoknya apa aja deh, beres, buat si anak.

Tapi siang itu masakan olahan si mami utuh. Padahal Ira dah pulang sekolah dari tadi. Ira pun gak sakit, nafsu makan bagus, malah perutnya dah teriak-teriak dari tadi minta diisi. Anehnya Ira cuma diam, sambil sesekali meringis menahan lapar. Padahal jam dinding dah nunjuk pukul tiga sore. Si mami pun masih bangun kok, gak ketiduran.

"Rrrasain!" sergah si mami geram. Untuk kesekian kalinya. Setelah tangannya capek cubat-cubit badan anaknya. "Siapa suruh remidi! Sekarang ndak ussahh makan kamu ya?! Biar kapok! Lain kali gitu lagi ya?!"

Ternyata nilai ulangan mat Ira kurang dari 65, hingga dia harus mengikuti ulangan remidi. Maka atas kebijakan si mami, puasalah Ira kecil selama empat jam. Dan masakan mami yang melambai-lambai di meja makan mesti menunggu sampai murkanya si mami luruh jadi belas kasihan.

Ternyata ... UMR berlaku juga di rumah.

 

(kejadian beneran, namanya saja yang diubah)

Submitted by agamaitucandu on Mon, 2009-03-16 17:57
Permalink

Nggak makan siangnya itu karena hukuman atau karena ga sempat? Kalau hukuman...wew, ternyata memang ada ya ortu yang seperti itu? 

Tadinya saya nggak percaya ketika pacar saya cerita: Ketika sedang ujian matematika anak yg duduk di belakangnya terus-menerus  ngoceh: "Dapat makan malam nggak ya gue. Duh, mati gue. Duh, nggak bakal dapet makan malam nih gue."

Submitted by Samuel Franklyn on Mon, 2009-03-16 18:12
Permalink

Dasar mami gendeng. Jadi ingat mami. Mamiku tidak pernah marah kalau nilai ulangan ku jelek. Aku cuma akan diajak bicara baik-baik lalu dinasihati bahwa nilai pelajaran ku bagus atau tidak itu manfaatnya bukan buat dia tapi buat diriku sendiri. Sejak saat itu aku belajar sungguh-sungguh dan nilai ulanganku cuma pas-pasan buat lulus di mata pelajaran yang menurutku kurang bermanfaat dan yang aku kurang mampu walaupun sudah belajar. Semua mata pelajaran yang kuanggap bermanfaat selalu bernilai 7 keatas. Dan mata pelajaran ku yang nilainya tertinggi adalah Agama Kristen, Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris.