Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
selamat jalan pak pendeta..
Dia jatuh.., terkapar di tanah! Dia langsung mati! Dia meninggal di depan mata istrinya. Tak ada pesan untuk istri dan anak tercinta. Tak ada nasehat terakhir untuk jemaat yang dikasihinya. Semua terjadi dengan tiba-tiba. Dia mati martir!
Pdt Irianto Kongkoli telah pergi menghadap BAPA di surga. Tak perduli bagaimana caranya dia meninggal, satu hal yang pasti dia sudah meninggalkan dunia fana yang penuh penderitaan. Meninggalkan kita, umat Tuhan, yang tak pernah tahu kapan waktunya menghadap BAPA Surgawi.
Tetapi benarkah kita sudah siap seandainya hari ini kita dipanggil untuk menghadap DIA? Semua kita akan mati, itu pasti! Tetapi kita tak tahu kapan waktunya. Kita juga tidak dapat memilih dengan cara bagaimana kita akan pergi meninggalkan dunia ini.
Tetapi kita dapat memilih satu cara hidup dari dua pilihan berikut:
1. Setia ikut Tuhan dan giat melayani pekerjaan-NYA hari ini
seolah-olah besok kita akan mati, atau
2. Nikmati hidup hari ini.., tokh besok masih ada banyak waktu.
Pilihan ada di tangan kita.., tak ada yang dapat memaksa..
Selamat jalan Pak pendeta Irianto Kongkoli..,
Roh Allah lindungi engkau
kasih-NYA naungi engkau
sampai pula kita bertemu
sampai bertemu, bertemu
bertemu di kaki Tuhan Hu..
sampai bertemu, bertemu
Tuhan Yesus lah pelindungmu
Tuhan Yesus memberkati
putra hulu - www.putrahulu.multiply.com
putra hulu - www.putrahulu.multiply.com
- putra hulu's blog
- 5082 reads
Martir
Dulu ada Stefanus. Lalu ada juga Polikarus dan Johanes Hus. Masih banyak nama-nama lain yang harus mati karena Kristus. Mungkinkah fenomena perburuan terhadap orang-orang Kristen yang gencar menyatakan kebenaran Kristus sudah dimulai kembali? Mungkinkah para pendeta yang ditembak mati dalam kurun beberapa bulan terakhir termasuk pendeta-pendeta yang menyatakan kebenaran secara tegas? Sehingga mereka dianggap harus dilenyapkan? Bila demikian, seharusnya mereka belajar dari sejarah, bahwa orang Kristen sejati tidak akan mundur hanya karena aniaya.
Pertanyaan selanjutnya, mungkinkah Indonesia akan menjadi ajang martir, entah secara jasmani maupun rohani?
"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Hentikan kekerasan...
Sudah banyak korban di Poso, lalu kenapa harus ditambah lagi, kenapa? Bapak Pdt. I. kongkoli kali ini korbannya, dia hanya seorang pendeta, lalu kenapa harus dibunuh secara biadab, kenapa?
Kenapa orang-orang itu harus memilih seorang yang pendeta yang hanya bertugas untuk mengarahkan jemaatnya ke jalan yang benar? Tragis, kenapa harus orang-orang seperti ini yang dipilih sebagai korban, aneh bukan.
Semoga mata hati para penembak mau terbuka, bahwa pendeta, kiai, biksu, ataupun pemuka agama, dan masyarakat sipil, apalagi pelajar, bukan target untuk ditembak/dibunuh/dianiaya. MayGBU+ (dalam kegetiran, saya menulis komentar ini).
OH my GOD...
dor,dor,dor...hancurkan semua,bakar gereja,bunuh orang-orang kafir... sangat tidak terbayangkan lagi kebiadaban mereka hanya demi sesuatu baik materi,kekuasaan ataupun yang lainnya
Bpk.Pendeta I.Kongkoli aku tidak mengenal engkau tetapi suatu saat kita semua akan bertemu dan sekarang engkau berkhotbah di Surga bersama BAPA
sangat berat bagi kita untuk mengalami kematian hal yang sedemikian rupa tetapi semuanya itu sudah tertulis dan menjadi kebanggaan bagi TUHAN mati dengan mempertahankan Iman kepercayaan kita kepada-Nya