Submitted by Purnomo on

        Seorang calon mahasiswa teologi sedang menghadapi wawancara dalam rangka penerimaan mahasiswa baru dan mendapat pertanyaan, -
        “Apakah yang akan Anda lakukan andaikata Anda mendapat warisan 2 milyar rupiah?"
        “Akan saya berikan separuhnya untuk kegiatan misi dan sisanya saya simpan di bank.”


        “Bagus sekali! Lalu apa yang akan Anda lakukan andaikata Anda memiliki dua buah rumah?”
        “Satu saya pakai sendiri dan yang satunya lagi saya akan berikan untuk gereja yang belum mempunyai pastori untuk pendetanya.”

         “Amat bijaksana! Dan apakah yang akan Anda lakukan andaikata Anda memiliki 2 buah sepeda motor?”
         Kali ini tak ada jawaban cepat keluar dari mulutnya.

         “Saudaraku seiman, Anda telah memberikan jawaban yang mengharukan untuk 2 pertanyaan yang sukar tadi. Mengapa sekarang Anda menjadi bingung hanya untuk benda yang jauh lebih murah?”

         “Pak, saya tidak memiliki 2 milyar rupiah dan juga 2 buah rumah. Jadi mudah saya menjawabnya. Tetapi saya memiliki 2 motor walau bukan baru, jadi bukan andaikata lagi, Pak. Kalau nanti saya jawab dan Bapak minta saya memraktekkan jawaban saya, repot Pak. Saya masih butuh 2 motor itu. Satu saya pakai sendiri, yang lain saya sewakan tukang ojek.”

          Ah, memang lebih mudah untuk berandai-andai memberi banyak, ketimbang memberikan sesuatu yang nyata-nyata sudah kita miliki. Lebih mudah berandai-andai memberikan matahari di langit daripada memberikan sebatang lilin dari saku sendiri kepada tetangga yang sedang dalam kegelapan.

                                           (19.10.2013)

Submitted by jesusfreaks on Thu, 2014-07-31 23:10
Permalink

Yang lucu lagi, ketika ngomong soal besaran persembahan. ketika gajinya cuma 2 juta, persembahannya 50rb, namun ketika gajinya 20juta persembahannya tetap sama 50rb juga. (sambil tunjuk jari, 1 jari ke orang lain, 4 jari ke saya sendiri) bwi hi hi hi

Submitted by Pak Tee on Sat, 2014-08-02 11:32
Permalink

"Ketika anak muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih sebab banyak hartanya" (Mat 19:22).

Submitted by Debu tanah on Mon, 2014-08-04 13:11
Permalink

Dari sisi pihak yang meminta/menerima: Saya ada kenal tipikal pengemis. Mereka tidak bijak, sudah tahu penghasilan terbatas, tp BIKIN anak banyak-banyak.Kl cuman mampu membiayai 1 anak ya bikin 1 saja, tidak usah 2 atau bahkan lebih. Bila waktu punya anak 1 saja sudah kekurangan, malah bikin 1 lagi? Ya makin tidak cukup, akhirnya makin rajin mengunjungi family hanya sekedar minta amplop.  Entah nanti anaknya bisa sekolah tinggi atau tidak? Jika tidak, apa mau menyalahkan orang lain yang tidak mau membantu? 

Submitted by manusia biru on Thu, 2014-08-07 21:43
Permalink

Persembahan oh persembahan ... Susah, jika hati terpikat pada harta. Lebih susah lagi jika harta itu semakin banyak ... wah, jadi tak punya hati donk .. hehe.