Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Partner Terbaik

iik j's picture

 Ah.. flu, aku pikir ringan dan nggak bermasalah, tetapi karena kurangnya pasokan vitamin, ditambah hari Senin nekat boncengan motor menerobos hujan lebat sampai Bandungan (daerah pegunungan di atas Kota Semarang), dan langsung pulang Semarang tengah malam, karena ada acara pertemuan penting, maka flu kecil ini menggila, ... he he he... akibatnya, hari Rabu aku tepar di rumah dengan suksesnya.

 

Urusan kantor jadi ruwet, karena aku jarang sakit apalagi flu! Ditambah, waktu sekarang ini aku satu-satunya orang yang paling bisa diandalkan sejak berkurangnya beberapa staf karena berkurangnya beberapa staf karena ‘melanjutkan hidup demi masa depan’ dan kami belum menemukan pengganti mereka.

 

Tebakanku tepat!! Partner terbaruku bingung nggak karuan karena satu draft pekerjaan yang belum selesai kutangani kemarin, aku tinggalkan begitu saja di atas printer. Seperti yang telah aku duga dari pagi (sambil merasakan kepala puyeng, hidung mampet, batuk2, badan meriang), dia berkali-kali menelponku untuk bertanya tentang hal-hal yang sepele bagiku. Dan  jujur saja, pertanyaan-pertanyaan itu benar-benar memuakkan untuk didengar pada saat seperti ini.

 

Ah, kalau saja si ini, dan si itu masih ada, tidak akan sesulit ini, pikirku. Aku hampir saja bergumam tentang partnerku itu “dasar orang bodoh!” Ketika melintas satu ingatan tentang hal yang sama, kondisi yang sama, yang kayaknya pernah aku alami, kapan ya... habis dikhianati rekan, ditinggalkan, sendirian, tumpukan pekerjaan, sakit, dan mendapat teman yang ‘belum cerdas’.

 

Ingatanku kembali ke tahun 2007. Ya, itu dia... ketika aku terdampar di suatu dunia asing tempat aku harus bertugas, dikhianati rekan, ditinggalkan, sendirian, tumpukan pekerjaan, stress, kelelahan, salah pola hidup, salah pola makan, dan akhirnya tepar. Aku hanya ditemani satu orang partner yang tersisa ‘Doan’ dan satu orang supir ‘Diyono’. Doan, waktu itu sebenarnya bukan orang yang memenuhi syarat untuk menjadi partnerku, tetapi karena situasi yang tidak memungkinkan, maka dialah yang akhirnya terpilih. Doan, tidak cerdas, tidak gesit, tidak mampu berpikir cepat, tidak kreatif, tidak menguasai banyak hal, dan tidak-tidak yang lain ... dibandingkan dengan partner-partnerku sebelumnya. Aku tidak menemukan satu nilai ‘plus’ padanya. Semua minus... nus... nus... dan satu lagi, dia sama sekali belum memahami dan mengenalku!!

 

Tetapi, ternyata aku salah besar!! SALAH BESAR!!! Berbulan-bulan terkungkung di lingkungan pemikir-pemikir politik hampir-hampir merubah seorang Iik menjadi orang yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Aku hampir-hampir terjebak dan terjerat pemikiran yang sama dengan orang sekelilingku yang semula aku kecam dengan hebatnya; mengaku orang-orang besar, pintar, memiliki jabatan, berpengalaman, berwibawa dan selalu menilai seseorang dari luarnya saja. Keangkuhan dan kesombonganku telah membutakan aku dari melihat sesuatu yang tersembunyi di balik penampilan seorang manusia. Kegilaanku pada pekerjaan, idealismeku, telah membuatku berpikir kejam dan melakukan hal yang salah pada orang yang salah!!!

 

Aku sering berkata dengan nada keras khususnya pada Doan, karena daya tangkapnya yang tidak se-cepat lainnya, tetapi dia hanya menjawab pelan “Maaf kak..., tetapi aku memang belum ngerti...”

 

Tetapi, justru di saat terburuk di hidupku, disaat aku tak mampu bangkit dan berjalan (bahkan hanya untuk ke kamar mandi). Diyono dan Doan yang seorang cowok, bertubuh kurus agak membungkuk, berkacamata tebal, sederhana, bergantian menuntunku berjalan, merangkulku, menyelimutiku, membelikanku bubur, menyediakan minuman, memijat kakiku, berdoa, bahkan memetik gitar sambil bernyanyi bagiku, dan selalu bertanya, “Kak, ada yang bisa aku bantu lagi sebelum aku pergi?” Selama berhari-hari seperti itu!! Persis kayak sinetron...

 

Dan, sebelum akhirnya aku diangkut ke RS karena kondisi yang memburuk, dan dibantu oleh orang lain lagi, aku sempat  mendengar berkata, “Kak, aku berdoa lho untukmu, cepet sembuh  ya.. supaya kita bisa sharing-sharing lagi..”

 

Whaaaaa... tulus banget!!! Aku belum pernah mendengar orang lain (yang tidak memiliki ikatan batin, darah, saudara, pelayanan) setulus itu berbuat baik kepadaku di Jakarta (gara-gara tugas, aku terlatih untuk tidak mudah percaya pada siapapun juga di dunia itu).

 

Itu yang tidak kutemukan pada partner-partner yang lain yang lebih cerdas, lebih gesit, lebih kreatif. Ketulusan dan kebaikan hati yang murni! “Ih... di belantara Jakarta gitu loh..!! Kamu mau harep’in orang yang baek dan nggak punya maksud jahat? Mimpi kale... (begitu yang sering orang katakan). Apalagi bertugas di dunia yang men-cara-kan segala halal eh salah... meng-halal-kan segala cara. Jarang ada yang setulus itu, tanpa maksud menjilat, mencari keuntungan, atau sejenisnya.

 

Memang banyak partner yang telah datang dan pergi di dunia kerjaku (95% diantaranya laki-laki he he... susah dipartnerkan sama perempuan...), semua mempunyai kisah tersendiri denganku, masing-masing unik, dan kalau mau dibuat novel bisa belasan judul (yakin banget sih? Emangnya Andrea Hirata?), dan Doan adalah salah satu diantara mereka yang memberikan pelajaran tentang ketulusan yang sederhana. Doan dan sopir itu, adalah salah satu ‘best partner’ di suatu episode perjalananku, yang terbaik yang dikirimkan Tuhan di waktu yang tepat, dan tempat yang tepat!

 

Lalu, partnerku yang sekarang? Dia, juga tidak begitu pintar (untuk ukuran dunia kerja), sering salah mengeja huruf, tidak kreatif, tidak menguasai banyak hal, dia juga belum memahami dan mengenal aku, bahkan beberapa orang mengejek dia ‘autis’ karena sering melakukan hal yang sama berulang-ulang. Tetapi aku telah belajar untuk tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Aku tidak boleh lagi menilai orang hanya dari penampilan luarnya, karena hanya TUHAN yang bisa menyelidiki hati manusia. Ya... kalau dipikir-pikir, aku juga belum tahu ‘nilai plus’ di balik semua kekurangannya itu, besok atau kapan mungkin Tuhan akan membukakannya bagiku.

 

Ngaca Ik, kataku pada diri sendiri!!! Bukannya aku juga dulu ’tidak pintar’, bahkan tidak memiliki talenta apapun, jikalau Tuhan tidak memberikannya padaku. Aku percaya, meski belum terlihat saat ini, dia partner terbaik bagiku di waktu ini, karena Tuhan menyediakan segala sesuatu selalu indah pada waktunya.

 My Best Friend... My Best Partner...

 

For Doan: Thanks lagi buat semua ketulusan yang udah kamu beri.. tetap semangat bro!!!

joli's picture

@Iik.. istirohat yang cukup..

Se-sore-an ini juga rasanya.. wuih.. useless.. ngajarin orang nggak mudeng-mudeng..  hampir aja menyerah..

Iik.. minggu kemarin Joli juga mengalami hal yang sama .. flu.. plus pilek kepala berat.. cara terbaik adalah tidur cukup dan minum banyak jeruk..  tubuh akan recovery.. kalau sakit berlanjut silahkan ke dokter..