Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ouchh..!! It hurts...
Awalnya saya merasa agak bingung bagaimana harus menuangkan semuanya ini dalam sebuah tulisan yang gampang dicerna.
Sebuah pergumulan lama sebetulnya, berawal dari sebuah chat dengan seorang teman lama di fesbuk, yang membangkitkan kembali rasa penasaran yang sudah sekian lama terbengkelai di pojok ruang hati.
Saya bertemu dengan teman itu, Rosamund Kwan (sebutlah demikian, menurut nama artis idola saya dulu, cakepnya sama sih, hihi), tanpa sengaja lewat friend list dari kolega lain. Kami bergaul sangat akrab dulu. Syukurlah keakraban itu tidak banyak berubah. Dia tinggal di Jakarta sekarang. Sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang anak. What surprised me most, adalah betapa berbedanya Rosamund yang sekarang dibanding yang dulu, bertahun-tahun silam di Kalimantan. She's so religious now. As time goes by, people do change, begitu jawabnya ketika saya mengungkapkan rasa keterpukauan atas perubahannya itu.
Setelah berchit-chat ria saling menanyakan kabar satu sama lain, sampailah kami pada bagian kehidupan pribadi masing-masing. That's where it all started. Dia tertawa (lewat emoticon tentunya) ketika saya menyampaikan bahwa saya melanjutkan studi di Fakultas Theologia UKDW (I really wonder if she still has that gorgeous look when she laughs, but that's another story, haha).
Ketika tiba pada giliran saya untuk menyampaikan story-of-my-life, do'i rada kaget juga. Ya. Saya sampaikan pada Rosamund bahwa untuk ke sekian kalinya dalam hidup ini, saya terpaksa harus membanting stir (lagi).
"Why dear?" sapanya dalam bahasa Inggris (omong-omong Rosamund ini jugalah yang banyak berjasa dulu dalam mengajari saya berbahasa Inggris).
"It's my parents-in-law, hun. They forbade us to leave home. They said that they will surely die etc if we leave, and it's such a huge burden for us to carry on ever, should we proceed on leave."
And to make it short, akhirnya do'i menasehati saya kurang-lebih begini: "God is always right, never doubt Him in any way. If you feel that there's something wrong within your life, and nothing seems to change, seek ye first the Kingdom of God and his righteousness, and these things shall be added unto you," demikian tutupnya dengan mengutip Matius 6:33.
Percakapan kamipun terhenti. Selain karena upload foto-foto saya sudah kelar, salah satu putranya Rosamund juga menangis, sehingga perlu dininabobokkan oleh mamanya.
Kalimat terakhir Rosamund itulah yang benar-benar mengusik benak saya. Entah sudah berapa kali saya mendengar kalimat senada dilontarkan oleh kekasih-kekasih di pelayanan terhadap siapa saja yang sedang mengalami masalah yang tak kunjung selesai.
Ada sesuatu yang membuat saya merasa kurang nyaman dengan penyampaian seperti itu. Sebelum chatting dengan Rosamund, terakhir saya mendengar kalimat dengan nada serupa adalah dari pendeta di sebuah gereja, dalam pelayanan pastoral terhadap seorang ibu yang kebetulan sedang punya masalah keluarga yang berlarut-larut. Bu Li Ling Wei (sebut saja demikian juga), saya kenal sebagai seorang Kristen yang taat. Kalau ditanya bagaimana keimanannya yang sesungguhnya nun jauh di lubuk hatinya, memang saya tidak tahu (never will). Namun dalam kesehariannya, bu Li Ling Wei adalah seorang yang baik dan saleh. That's for sure.
Saya bisa merasakan, bagaimana gundahnya hati bu Li Ling Wei, walau ia tidak mengungkapkannya secara eksplisit. Sudahlah tertimpa masalah sedemikian rupa, datang ke gereja dengan harapan akan mendapatkan secercah jawaban, atau, paling tidak, sejumput penghiburan, namun ia harus pulang dengan tangan hampa. Dengan beban tambahan pula, sebagai seseorang yang HARUS mencari Kerajaan Allah dahulu de el el sebelum masalahnya bisa terselesaikan...
"Ouchh..!! It hurts..." :(
There's no doubt, bahwa di dalam Tuhan, akhirnya kita akan mendapatkan kelepasan dari semua penderitaan. Paling tidak, di rumah Bapa kelak (Wahyu 21:4).
Tapi celakanya, too often, banyak pelayan-pelayan firman yang terlihat (maafkan saya) berpandangan dangkal (atau cupat barangkali?) dalam memberikan masukan terhadap kekasih-kekasih yang sedang dirundung bencana...
"What is this??"
Apakah keadaan yang dialami oleh bu Li Ling Wei disebabkan oleh imannya yang kurang? Sebaliknya, apakah beriman=bebas hutang, bebas dari sakit-penyakit, bebas problema percintaan, keluarga rukun damai, rumah tingkat tujuh, mobil lima, dan seterusnya (feel free to draft your own list)?
Bukan sekali dua kali, ketika seseorang mengharapkan perubahan yang (tampaknya) tidak kunjung terjadi dalam hidupnya, sering kepadanya dialamatkan kalimat sakti ini: "Seek ye first the Kingdom of God and his righteousness, and these things shall be added unto you", yang terkesan sangat memojokkan yang bersangkutan.
Once again:
"Ouchh..!! It really hurts..." :(
Taruhlah bu Li Ling Wei memang adalah orang yang belum menemukan Kerajaan Allah, atau katakanlah, orang fasik sekalian. Lalu di mana Allah yang terlebih dahulu membebaskan orang-orang Israel dari Mesir, baru memberikan (atau tepatnya, memperbaharui) perjanjianNya dengan mereka? Di mana jugakah Allah yang mengasihi semua orang, yang menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang-orang benar maupun yang brengsek? Apakah ada semacam "syarat dan ketentuan berlaku" dalam ayat "Mintalah maka akan diberi ketoklah maka akan dibukakan"? Saya tidak mengatakan bahwa ayat-ayat di atas adalah kalimat pemanis semata dalam Alkitab. Sekali-kali tidak. Juga sekali-kali saya tidak menganggap remeh pentingnya makna pertobatan. Tapi jelas ada sesuatu yang harus ditelaah secara mendalam sebelum melemparkan ayat-ayat tersebut secara serampangan kepada mata yang sembab, tampang yang kuyu, dan hati yang remuk redam.
To make the things even worse, malahan ada yang mencela, jika seseorang komplain kepada Tuhan atas apa yang dialami dalam hidupnya. "You doubt Him if you question His way," begitu kata mereka. Celakalah pak Ayub dulu, kalau memang benar demikian adanya.
"Ouchh.., ouchh.., ouchh..!!"
Bagi saya sendiri, terus terang saya tidak tahu harus berkata apa jika diperhadapkan dengan perkara sejenis. I really don't know. Stay with God, keep the faith, mungkin hanya itu yang saya bisa katakan...
"Memuaskan?"
"Mungkin tidak."
"Mencerahkan?"
"Mungkin tidak juga."
"Klise?"
"100%."
"Menghibur, menguatkan?"
"Hmmm. Bisa ya, bisa tidak."
At least, just remember this: "The LORD is nigh unto them that are of a broken heart; and saveth just as be of a contrite spirit." (Isa 34:18)
"So, when will I ever find my solution?"
"I don't know for sure."
"How?"
"Can't tell precisely either."
"Are you sure that God will always fulfill His promises?"
"Yep, certainly. You can read the Bible yourself to your own satisfaction that God is faithful."
My prayers will always be with you, beloved brothers and sisters in God.... :)
PS:
Kepada kekasih-kekasih dalam pelayanan: Maafkan saya jika ada kata-kata yang kurang berkenan...
Sebenarnya sudah banyak tulisan yang membahas hal ini. There's this book, judulnya: When Bad Things Happened to Good People, karangan seorang rabbi yang bernama Harold Kushner. Sebuah kontemplasi yang bagus untuk problema di atas. Tapi agaknya belum banyak yang membacanya sebagai sebuah perenungan untuk bekal pelayanan. Ada juga pernah saya baca, sebuah jurnal lepas dari sebuah gereja (aduh, maaf lupa data penerbitannya), yang kira-kira menuliskan demikian: "Mengapa tulisan-tulisan kristiani yang berkisah tentang orang-orang beriman yang terbelit 1001 masalah cenderung kalah populer dengan yang sebaliknya?"
To Rosamund Kwan: Thank you for enlightening my mind that night. Love you still.., always been, always will...
(...shema'an qoli, adonai...)
- ebed_adonai's blog
- Login to post comments
- 6241 reads
ouch! ouch! Ouch! ebed...
Taruhlah bu Li Ling Wei memang adalah orang yang belum menemukan Kerajaan Allah, atau katakanlah, orang fasik sekalian. Lalu di mana Allah yang terlebih dahulu membebaskan orang-orang Israel dari Mesir, baru memberikan (atau tepatnya, memperbaharui) perjanjianNya dengan mereka? Di mana jugakah Allah yang mengasihi semua orang, yang menerbitkan matahari dan menurunkan hujan bagi orang-orang benar maupun yang brengsek? Apakah ada semacam "syarat dan ketentuan berlaku" dalam ayat "Mintalah maka akan diberi ketoklah maka akan dibukakan"? Saya tidak mengatakan bahwa ayat-ayat di atas adalah kalimat pemanis semata dalam Alkitab. Sekali-kali tidak. Juga sekali-kali saya tidak menganggap remeh pentingnya makna pertobatan. Tapi jelas ada sesuatu yang harus ditelaah secara mendalam sebelum melemparkan ayat-ayat tersebut secara serampangan kepada mata yang sembab, tampang yang kuyu, dan hati yang remuk redam.
To make the things even worse, malahan ada yang mencela, jika seseorang komplain kepada Tuhan atas apa yang dialami dalam hidupnya. "You doubt Him if you question His way," begitu kata mereka. Celakalah pak Ayub dulu, kalau memang benar demikian adanya.
"Ouchh.., ouchh.., ouchh..!!"
Bagi saya sendiri, terus terang saya tidak tahu harus berkata apa jika diperhadapkan dengan perkara sejenis. I really don't know. Stay with God, keep the faith, mungkin hanya itu yang saya bisa katakan...
jika artikel ini muncul 3 atau 2 atau 1 tahun lalu atau mungkin Desember lalu... mungkin saya akan berpandangan sama seperti 'mereka yang seenaknya bicara' itu ebed, dan akan ngebet mempertahankannya. that's real.
Tapi sekarang dunia saya sudah terbalik, pemahaman saya berubah... terutama setelah banyak hal 'jasmani rohani' yang 'luluh lantak' di sekeliling saya.
"God is always right, never doubt Him in any way. If you feel that there's something wrong within your life, and nothing seems to change, seek ye first the Kingdom of God and his righteousness, and these things shall be added unto you," demikian tutupnya dengan mengutip Matius 6:33.
Ya. mencari DIA memang harus! Menjadikan DIA nomor satu dalam hidup kita (seperti yang banyak ditulis kaum kristen 'katakanlah' karismatik seperti saya), tetapi KEBAIKAN-NYA, KEHEBATAN-NYA, PERTOLONGAN-NYA TIDAK DITENTUKAN oleh pencarian kita, kehebatan kita, kesibukan kita melayani. sama sekali TIDAK. Karena kalau demikian halnya, maka itu berarti ALLAH BAPA adalah Tuhan yang mudah dipengaruhi oleh manusia, Tidak! Siapa yang bisa menjadi penasehat Tuhan? atau dengan kata lainn Tuhan tidak perlu dinasehati manusia (ayatnya lupa... dan kata-katanya juga ga persis seperti itu... lupa dimana). Semua hal... semata-mata adalah anugerahNYA, kasih karunianNya.
Jika beberapa bulan ini saya mengalami 'gempa' di hidup saya, apakah itu berarti saya telah mengesampingkan Tuhan di hidup saya? TIDAK!
Jika keluarga saya jadi 'morat marit' itu apakah dikarenakan saya 'kurang melayani Tuhan? TIDAK!
Jika ada satu/dua keluarga saya yang tertimpa musibah / sakit apakah itu karena saya kurang berbakti/membaca Alkitab? TIDAK!
Jika jemaat yang saya pimpin tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam jumlah itu dikarenakan saya kurang bersungguh-sungguh dalam menginjil? TIDAK
Saya percaya, dulu sebelum saya diselamatkan, DIA telah mengasihi saya tanpa syarat. Karena kalau itu bersyarat (harus cari DIA dulu... harus mengetok pintuNya dulu..., dsb) maka saya sudah SEPANTASNYA MASUK NERAKA karena saya TIDAK PERNAH MENCARI-NYA.
Lalu, bagaimana dengan kehidupan saya yang sekarang setelah saya diselamatkan? Bukannya DIA masih tetap mengasihi saya sama seperti dulu sebelum saya mengenalNya? Baik saya bersibuk-sibuk mencarinya ataupun tidak, baik saya rajin berdoa atau tidak, baik saya menelan semua alkitab ataupun tidak. Dia masih mengasihi saya juga juga tanpa syarat. Tapi, jika Tuhan ada dalam saya, maka saya percaya keinginan untuk intim dengan Tuhan 'pasti ada dalam kita'.
tapi, untuk urusan malapetaka, masalah, dan semua kesulitan hidup... ha ha ha.... itu ga ada hubungannya. Hubungannya adalah... semua masalah di hidup kita akan jadi beda kalo kita dekat dengan Tuhan... karena hati kita pasti akan tetap tenang menghadapinya, karena ada 'otak/pikiran kita' akan mengingatkan kita pada janji Tuhan yang pernah kita baca di Alkitab ataupun kita dengar di kotbahkan di gereja. DItambah lagi kalau kita percaya bahwa ada Roh Tuhan yang didalam kita yang tak meninggalkan kita sendiri... tapi pilihan untuk memenangkan hidup(pilih Firman atau jalan kita) itu tetep aja terserah kita sendiri.
Ouch! Ouch! Ouch! itu juga yang terjadi pada saya Ebed... remuk... luluh lantak atau apapun... tapi hidup harus terus berlanjut.... saya rasa ataupun tidak... percaya atau tidak, beriman atau tidak, tapi DIA, TUHAN YESUS KRistus itu ada... dan akan terus jadi Tuhan saya... dan janjiNya masih tetap sama.
"The LORD is nigh unto them that are of a broken heart; and saveth just as be of a contrite spirit." (Isa 34:18)
yes ... amen!
nice
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
read this read that
read this deh, read that deh
Wah, gw sering begini nih. Wkwkwkwkwk
*berakhir dengan curhat panjang mengenai dirinya, betapa dia mengatasi semuanya, dan bahwa orang itu juga kudu ngikutin jalan yang sama, kalo ga tuh orang bego, tanpa inget kalo manusia itu bukan mass production.
Setuju manusia bukan mass production, tapi gw rasa gak ada salahnya curhat pengalaman sendiri dan cara melaluinya saat ketemu org ketemu masalah yang menurut kita serupa.
Satu sisi, manusia gak suka sendirian. Kalau tau ada orang yang pernah mengalami hal tersebut dan dia berhasil melaluinya, hal tersebut bisa menenangkan kita. Contoh kasus kecil, ada orang yang menghilangkan surat penting. Lalu ada yang cerita, "oh gw dulu juga pernah hilang, tapi gw begini-begini".
Kita bukan mass production tapi tetap ada yang bisa diambil dari cerita hidup orang lain.
Satu sisi lain, manusia suka jadi spesial. Kalau tau ada orang yang pernah mengalami hal tersebut atau orang tersebut nge-klaim pernah ngalemin hal yang lebih buruk, kita bakal ngerasa "ni orang kok nyepelein sih" atau muncul rasa gak suka, mengatainya sombong dalam hati (atau luar hati :p)
Sedangkan dilihat dari sisi si pencerita, bisa jadi dia merasa memang hal tersebut membantu dan cuman ingin si pendengar bisa tersenyum dan mendapat sesuatu yang berharga. Bisa jadi didorong niat ingin pamer, sadar gak sadar.
Bisa jadi juga dia nyindir dan memang menyepelekan. Bisa jadi juga dia memang gak betul-betul peduli. Bisa jadi dia gak tau harus ngomong apa, dan jurus standar yang sering dia liat dipake orang-orang "benar" adalah ayat-ayat itu, jadi dia sodorkan lah ayat itu.
jadi intinya... Apa ya. wkwkwkwk
imprisoned by words...
@lapan: akur...
Akur pan...
Biar kata cowok, tapi saya termasuk tipe yang sentimentil, lebih banyak pakai hati ketimbang akal. Nonton film yang sedih-sedih bisa "kemasukan debu" mata saya (jadi malu kalau nonton bareng, hehe).
Sedikit banyak memang saya terbawa perasaan, waktu menulis blog ini. Dan hal itu saya koreksi dalam jawaban ke mbak Iik dan teograce. Bisa jadi macem-macem memang, niatan orang-orang yang menghibur/menguatkan itu. Nggak selau niatnya ingin (sengaja) melecehkan yang bersangkutan. Dan itu juga lumrah, kalau orang selalu ingin didengarkan, kalau pas ketemu momen dimana dia pernah mengalami hal yang serupa (dan berhasil mengatasinya).
Cuma seringkali cara dan waktunya nggak pas. Semisal acara dukacita meninggal dunia. Berlomba-lomba semua kerabat satu per satu ingin menyampaikan kalimat penghiburannya kepada keluarga yang sedang berduka, kadang bisa sampai seharian penuh, tanpa sadar kalau mereka yang ditinggalkan itu sebenarnya lebih membutuhkan istirahat yang cukup (dan dukungan doa tentunya), atas apa yang baru saja mereka alami.
Kami sendiri pernah mengalaminya, saat alm. bapak berpulang tahun 2001. Tanpa bermaksud meremehkan ketulusan hati para sanak saudara yang datang ketika itu, terus terang jengkel sekali saya, waktu mereka terus-menerus mengatakan, jangan bersedih terus, ikhlaskanlah, relakanlah, dll, dsb, dst. Suatu saat, pastilah hati yang terluka itu akan pulih karena kasih setia Allah (sekarang saya sudah merelakannya). Tapi ini baru saja meninggal. Mendadak lagi. Lain hal kalau itu disampaikan saat keadaan tubuh dan hati sudah agak lebih kuat. Mana kami masih harus merespon semuanya pula.
Kenapa ya? Apa saya tidak boleh berguling-guling di tanah karena seseorang yang saya kasihi pergi meninggalkan saya, tiba-tiba, tanpa tanda-tanda, tanpa sempat saya minta maaf ataupun berterimakasih padanya? Tuhan Yesus pun menangis waktu Lazarus meninggal (ini boleh ditafsirkan lain). Apa itu dosa, kalau saya sempat ngambek dan protes ke Bapa di Surga, karena berulangkali yang mereka yang baik dalam hidup saya, begitu cepat dipanggil pulang? Apa mengungkapkan emosi itu dosa ya dalam kekristenan, alias harus setuju takluk tunduk tanpa protes sedikitpun pada Tuhan, karena Dia Sang Raja yang Mahakuasa? Kalau begitu, kenapa Dia mau disebut Bapak? Bukankah ada nada keintiman yang mendalam (selain rasa hormat dan segan) dalam sebutan itu?
Nggak tahulah pan. Yang jelas hal senada terus berulang di sekitar saya. Di TV. Di radio. Di gereja. Di rumah-rumah.
Saya jenuh....
(...shema'an qoli, adonai...)
@ebed: serba salah
Emang ngejengkelin sih, siapa juga yang mau sedih, dan kalopun dibilang jangan sedih apa kita bisa tau-tau gak sedih lagi hehehehe
Kalo bole sotoy, bagi mereka itu hanya proses yang memakan waktu beberapa menit. Dan mereka juga masing-masing hanya ngucapin sekali. Buat mereka itu no big deal, mereka ingin merasa sudah melakukan hal yang benar, yaitu menyampaikan kepedulian pada yang berduka. Atau barangkali hanya setor muka aja kali ya. Hehehe
Kemarin ini baru ngobrol sama temen gw tentang perasaan manusia. Katanya, "buat apa khawatir/takut? Gak ada gunanya juga."
Betul sih kata dia. Seperti rasa sedih itu juga gak berguna. Keterikatan akan sesuatu yang di luar kontrol kita seperti kematian orang tersayang juga gak berguna. Mungkin ini kali sebabnya terkesan "salah", uda kenal Tuhan tapi kok masih mikirin hal-hal "gak berguna"? Mungkin juga karena perasaan seperti itu anti bahagia, sedangkan mikirnya kan, uda percaya dan mengasihi Tuhan kok masih gak bahagia? Makanya kalo ada orang sedih or takut or cemas langsung ditengkingin. Mungkin ya :p
Tapi gimana ya, secara logika kita bisa memahami kalau itu gak berguna (tidak memperbaiki keadaan, tidak menghidupkan orang mati, tidak menyembuhkan orang sakit, dsb) tapi entah kenapa kekhawatiran, ketakutan, dan kesedihan itu tetap ada.
Menurut gw sih ya, kalo lagi sedih ya sedih aja. Sakit hati ya sakit hati aja. Kalo jengkel ya jengkel aja. Kalo mo curhat ya curhat aja. Jangan disangkal-sangkal palagi ditahan-tahan. Dunia ini kuat kok pasti bisa nahan luapan emosi kita. (Sebenarnya dunia malah gak terlalu peduli loh...)
Eh tapi juga jangan disimpen-simpen sih.... wkwkwkw
imprisoned by words...
@lapan: lagi-lagi...
(Lagi-lagi) setoedjoe pan, terutama untuk dua paragraf terakhirnya...
Kata Pengkhotbah, untuk segala sesuatu ada masanya. Ada masa untuk menangis, ada masa untuk tertawa...., dan sekarang........................................................................................,
masanya untuk bermalam-minggu ria.......
"...Round round, baby, round round, spend the night on me..." ("Round round" by: Sugababes)
PS:
Selamat malam minggu untuk kekasih-kekasih semua.., jangan sampai lupa besok ibadah subuh...
(...shema'an qoli, adonai...)
nice
really nice to read this.. <br><br> by the way busway, emang tipikal orang kristen adalah tipikal yang mudah menghakimi, waktu orang lagi susah, n mungkin itu saat yang tepat untuk just keep in silence n dukung dalam doa, some people will : read this deh, read that deh.. *semua orang kristen yang baca alkitab juga tau kalo teori mah. some people will : loe harusnya kek gini, g dulu bla3.. *berakhir dengan curhat panjang mengenai dirinya, betapa dia mengatasi semuanya, dan bahwa orang itu juga kudu ngikutin jalan yang sama, kalo ga tuh orang bego, tanpa inget kalo manusia itu bukan mass production. but yah, itulah orang berdosa yang berinteraksi dengan orang berdosa laennya.. ouch.. apa boleh buat.. <br><br>for me personally, ayat ini berkesan banget.. ayat emas ini "dateng" waktu g bener-bener lagi down banget.. n kemaren kebaktian di suatu tempat, ayat centralnya ini juga.. hari ini melihat-lihat blog ini, teteup ayatnya itu juga.. hh.. ada apa gerangan.. *ga tenang mode on kalo ketemu ayat yang sama berkali-kali.. >.<"
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
@iik, teograce & all: trenyuh..
Thanks utk inputnya, mbak iik & teograce. Saya menuliskan blog ini sebagai ungkapan hati yang terpendam sekian lama.
Sedih, atau kalau mau pake bahasa Jawa, trenyuh rasanya, melihat kondisi orang yang tertimpa kemalangan tiada henti. Termasuk diri saya sendiri juga. Sudah nggak tahu mau bagaimana lagi, masih terus dicekoki dan dipojokkan dengan sikap yang agaknya kurang berempati seperti itu.
Baiklah. Mungkin bukannya tidak berempati. Tapi jelas tidak menghasilkan buah yang baik dengan sikap demikian. Selain membuat orang justru merasa lebih tertekan, bisa jadi malah membuat mereka bersikap antipati dengan yang kekasih2 yang niat awalnya ingin meneguhkan/menguatkan tsb.
Dan akhirnya, makin sedikit lagi orang yang datang ke gereja untuk mendapatkan penghiburan/penguatan dari Tuhan melalui teman-teman seiman...
Sedih.., kecewa.., marah, bingung..., semua bergabung jadi satu...
Betul mbak Ik.. Dia akan menjadi Sahabat dan Juruselamat kita selamanya. Sakit sehat, punya uang tongpes, susah senang. Sulit untuk mengimani hal ini dalam masa-masa yang menyengsarakan. Tapi memang hanya Dialah satu-satunya pengharapan kita.
Selamat menjelang Paskah kekasih-kekasih..
(...shema'an qoli, adonai...)