Logika: sebuah Keharusan dalam Hidup

Hari Minggu kemarin setelah kebaktian pagi di gereja tempat saya beribadah sekarang, saya sempat berdiskusi dengan sekelompok anak muda usia SMA dan kuliah. Salah satu topik yang terangkat waktu itu adalah tentang logika.

Saya mengatakan bahwa logika adalah keharusan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka menggunakan logika setiap hari dan setiap saat, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa logika digunakan oleh siapapun. Jadi kesimpulan yang saya ajukan kepada mereka adalah bahwa logika itu harus benar-benar dipelajari dan dimengerti serta diterapkan.

Namun dengan tanggapan yang khas dari orang yang gak banyak mikir salah satu mereka mengatakan "tapi kak (mereka memanggil saya 'kak') logika itu tidak merupakan keharusan dalam setiap aspek kehidupan". Saya katakan kepadanya: "bagaimana kalau saya panggil kamu sapi". Dia sangat terkejut mendengar pernyataan saya. Tetapi untuk tidak membuat sakit hati, saya mint maaf dan katakan bahwa logika mempersyaratkan perbedaan; saya manusia, manusia berbeda sapi, karena itu saya bukan sapi. Dengan demikian saya menunjukkan bahwa untuk hal yang sesederhana itu saja dia menggunakan logika.

Tetapi mereka tetap berkeras bahwa ada aspek dalam hidup dimana logika tidak digunakan. Saya minta mereka mengambil satu contoh aspek kehidupan yang tidak menggunakan logika. Dengan susah payah akhirnya salah satu dari mereka mengatakan bahwa aspek itu adalah aspek cinta.

Saya tanyakan kepadanya: "Kalau andaikata satu hari saya datang kepada kamu dan saya katakan, 'saya cinta kamu, saya tidak cinta kamu', apa reaksi kamu?" Mereka tidak dapat menjawab. Saya katakan bahwa dalam cinta pun orang menggunakan logika.

Tetapi tanpa alasan yang pasti mereka tetap berpegang pada pendapatnya. Saya tidak bermaksud untuk memaksa mereka saat itu juga untuk menyadari betapa pentingnya logika. Saya hanya berharap mereka tahu ada pandangan yang lain yang lebih konsisten dari pandangan mereka.