Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Lancip Tak Takut Mati
Suatu hari, Lancip berbicara dengan diri sendiri sehari setelah menjenguk seorang wanita yang sudah beberapa tahun ditinggal mati suaminya, seorang pria pengusaha reparasi radio dan tape yang juga adalah kakak dari ayah Lancip. Begini kisahnya ....
(Tirai terbuka, terlihat Lancip sedang duduk di teras rumahnya, sendirian, sambil melihat tetesan air hujan dari celah-celah jeruji vertikal gerbang rumahnya) Kemarin, aku mengunjungi seorang kerabat yang suaminya telah mati sekitar ... (ragu-ragu, mengerutkan dahi) ... tiga tahun yang lalu ... (diam) ... bukan! (dengan antusias mengoreksi dirinya sendiri) Empat tahun ...! (ragu-ragu) Tunggu ... tunggu ... satu ... dua ... (diam) ... tiga ... (yakin) yap ...! Empat tahun. (dengan wajah heran) Empat tahun!? What a ... (diam) ... grieve! Aku masih melihat air mata bergenang di matanya kemarin. ... (diam) ... Apakah sesakit itu? Menghadapi ... (diam) ... kematian orang yang kita sayang, karena aku belum pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya. ... (diam) ... Kematian ... (diam) ... kurasa itu adalah hal yang paling membuatku takut. (dengan antusias) Bukan kematianku tentunya, melainkan kematian orang-orang yang kusayang. ... (diam lama) ... Tidak bisakah Tuhan menghapus kematian? ... (diam) .... (tersenyum lirih) Tapi apa jadinya dunia jika tidak ada yang mati? ... (diam) ... Apakah ... (ragu) ... akan lebih baik jika kita tidak pernah menyayangi orang lain ... (diam) .... Hhhmmm ... tapi jika begitu, untuk apa kita hidup? Bukannya kita itu hidup untuk saling menyayangi?! (Yakin) Hampa 'kan pasti jika tidak ada rasa sayang?! ... (diam lama) .... Tapi apa gunanya kita menyayangi seseorang padahal kita tahu bahwa suatu saat kita akan kehilangan orang itu? ... (diam) ... Jadi mana yang lebih baik? Menyayangi atau tidak sama sekali? ... (diam sangat lama) .... Ahhaa ...! (dengan antusias) Menyayangi itu lebih baik, karena menyayangi adalah suatu kebahagiaan. Bukankah yang kita kejar dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan?! ... (diam) ... Adalah indah saat kita menyayangi seseorang, apalagi jika rasa sayang itu berbalas. (Tersenyum, lalu bangkit dari dudukan di teras rumahnya dan masuk ke dalam, tirai pun tertutup).
Yah ..., begitulah Lancip memandang kematian, rasa sayang, dan kehidupan ini. Ia tidak takut mati, ia hanya takut orang yang disayanginya, suatu saat nanti mati. Tapi untunglah Lancip masih waras, ia lebih memilih untuk menyayangi meski nantinya kehilangan daripada tidak menyayangi seseorang sama sekali.
- lanskip's blog
- 5067 reads
'enak didengar'
Tapi untunglah Lancip masih waras, ia lebih memilih untuk menyayangi meski nantinya kehilangan daripada tidak menyayangi seseorang sama sekali.
pilihan yang 'enak didengar'... tapi... pastikan bahwa bila ada seorang yang sedang berduka atas kematian orang yang sangat dia kasihi, jangan sampai lancip berkata2 seperti ini yah :)
*you'll know it yourself nanti, ketika orang yang kamu kasihi dan juga mengasihi kamu meninggal*