Submitted by Josua Manurung on

 

Lalu...

 

kapan kita ketemu lagi...

kataku...

aku tidak tahu...

katamu...

tunggu aku di batas waktu...

tapi sampai kapan...

aku tidak tahu...

aku juga tidak tahu...

kita sudah lama menunggu

tapi sang restu tak kunjung datang...

salam untuk ibunda...

yang tak kunjung seiya dengan kita

air mata kita sudah habis...

bersama derasnya hujan semalam

ternyata kita boleh berencana

tapi Bapa berkehendak...

bagaimana aku bisa hidup...

sedang jiwaku merasa mati...

setiap jalan...

setiap tempat...

setiap minggu...

membuat ku terdiam

tak akan pernah

dilalui lagi...

jarak dan waktu...

bahkan berbalik badan...

dan pergi...

adakah cara lain selain ini...

sungguh aku tidak mau...

aku juga tidak mau...

katamu

apakah ini kehendak-Mu...

kesedihan...

yang terasa sampai ke tulang

mengosongkan hati...

menghampakan pandangan...

kosong...

baik...

bukan kami jadi...

tapi kehendak-Mu saja...

 

Tuhan...

aku marah pada-Mu...

 

Submitted by Kias (not verified) on Thu, 2007-03-29 14:03
Permalink

menurut saya kalimat sperti ini tidak berbeda dengan ungkapan orang yang belum kristen. bolehlah atas kejujurannya. hanya saja bagi saya tidak ada unsur christianity.

Submitted by Samanosuke (not verified) on Thu, 2007-03-29 14:08
Permalink

Sebenrnya neraka pun itu adalah anugerah Tuhan. you're so small. biarlah posisi Tuhan tetap di sana. abd you gak usah ganggu. ga ada gunanya. nyawaNya sudah buat lu spy lu msk surga, kurang apalagi? Setan!!!!!

Submitted by Josua Manurung on Mon, 2007-04-02 08:15

In reply to by Samanosuke (not verified)

Permalink

You may say anything you like...

you may judge me....

but I know

JESUS knows me better than you...

I am HIS precious eyes...

are you...

 

 

BIG GOD BLESS YOU!!!

Submitted by unknwon (not verified) on Thu, 2007-03-29 14:34
Permalink

Gak mudeng aku maksud puisine apa? Malah bisa bikin salah tafsir.

Submitted by Indonesia-saram on Thu, 2007-03-29 16:42
Permalink

Menarik juga mencermati sejumlah komentar terakhir di puisi ini. Jujur saja, saya bukan ahlinya. Tapi rasanya ada yang terlalu cepat menilai isi puisi tersebut. Sebaiknya, cermati lagi isi puisi tersebut, selami sampai ke akarnya, baru beri penafsiran.

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

Submitted by yann3 (not verified) on Fri, 2007-03-30 18:04
Permalink

Aku juga pernah marah pada-Nya

Aku ingin meninggalkan-Nya

Walau hanya niat dihati

Walau hanya ujar tertahan

Tapi sungguh aku menyesal

Bahwa aku pernah marah pada-Nya

Karena Dia tetap melimpahkan kasih-Nya

Karena ternyata Dia turut menangis bersamaku

Karena ternyata memang Bapa lebih menyayangi anak

Daripada anak menyayangi-Nya

Bapa bilang semua ada waktunya

Bapa bilang kasihlah yang terutama

Setelah kusemai kasih dihati

Kucabut semua akar murka

Semata-mata berkat-Mu lah yang datang

Indahnya waktu Tuhan .... Smile