Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kopdar Bloger SS di Jakarta
Kopdar kali ini adalah pertemuan yang paling panas dalam sejarah kopi darat para blogger di Sabdaspace yang aku ikuti.
Hari kedua di Jakarta, aku bangun pukul sebelas siang. Semalam aku mengobrol dengan teman-teman di Komunitas Penjunan [Penulis dan Jurnalis Nasrani] sampai subuh. Aku baru bisa terlelap menjelang pukul enam. Cuaca yang sedang mendung membuat udara menjadi sejuk, sehingga tidurku nyaman sampai siang bolong. Nyamuk-nyamuk yang biasanya berpesta di atas kulitku, pun tak muncul. Mungkin karena hari sudah siang atau mungkin aku yang jatuh terlelap sehingga tak merasakan kehadiran mereka.
Setelah cuci muka, aku segera membuka laptop untuk mengecek dan membalas email. Tak lupa juga menengok FB sepintas. Di meja makan sudah terhidang segelas teh manis buatan mama mertua. Sudah dingin memang karena dibikin pada pagi hari, tetapi tetap terasa nikmat karena diseduh dengan cinta. Beruntunglah aku menjadi menantunya, karena mama memahami sepenuhnya panggilanku di bidang pelayanan literatur. Jadi meskipun aku sering bangun siang atau terlihat bengong selama berjam-jam, tapi mama tidak pernah mempersoalkannya.
Kami mengobrol sejenak bertukar kabar, setelah itu mama membiarkan aku asyik memelototi huruf demi huruf di layar laptop. Pukul tiga sore aku menyantap "sarapan pagi", setelah itu mandi untuk bersiap menuju mal Taman Anggrek. Aku janjian untuk bertemu para blogger di Sabdaspace yang berdomisili di sekitar Jakarta. Ini adalah kopi darat keempat yang aku ikuti.
Pukul empat sore aku sudah mencegat bis Patas di depan kampus UKI. Meski berbadan bis, tapi bis yang sudah uzur ini masih lincah meliuk-liuk bak kijang yang sedang dikejar setoran...eh maksudnya dikejar harimau. Memasuki jalan tol, yang konon bebas hambatan, ternyata bis berjalan tersendat-sendat. Masih lebih lancar jalan Jogja-Solo. Sesekali bis meliuk ke kanan, kemudian bermanuver ke kiri, menerabas jalan yang seharusnya hanya untuk jalur darurat.
Sesampai di Komdak, kondektur berteriak: "Yang Komdak persiapan, persiapan!!" Penumpang tergesa menumpuk di depan pintu bis. Menjelang pintu keluar tol, penumpang didorong kondektur untuk segera keluar, sementara bis masih berjalan. Ini Jakarta, bung. Penghormatan pada hak-hak konsumen adalah bullshit di mata para pekerja bidang transportasi. Demi mengejar setoran, mereka mengabaikan keamanan dan keselamatan penumpang. Bis masuk jalan tol lagi. Begitulah yang terjadi di sepanjang pintu keluar jalan tol. Penumpang harus mengambil risiko terjatuh, terpelanting atau terserempet mobil di belakang yang akan keluar tol.
Sesampai di Slipi, bis keluar dari jalan tol. Kondektur berteriak, "Yang Slipi, yang Slipi habis!!" Sialan! Bis ini rupanya tidak sampai ke Grogol. Mereka mengembalikan ongkos pada penumpang yang akan ke Grogol, lalu langsung putar balik. Inilah Jakarta, Bung! Penghargaan terhadap hak konsumen adalah omong kosong bagi pekerja transportasi umum.
Dengan perasaan gondok, aku memutuskan untuk berjalan kaki saja karena mal Taman Anggrek [MTA] hanya berjarak 700 meter. Pukul 5 sore, seperti yang menjadi kesepakatan aku sudah sampai di MTA. Ternyata aku datang paling awal. Hai Hai masih dalam perjalanan. "Tunggu di toko buku Gramedia saja mas, sambil baca-baca" bunyi SMS dari Hai Hai. Aku menurut.
Setiap kali mengunjungi Gramedia, bagian favoritku adalah buku impor. Di sini, aku banyak sekali mendapatkan bahan-bahan untuk menulis buku. Di Gramedia Jogja, buku-buku impor yang dipajang adalah buku bekas [used book] namun kondisinya 80 % masih bagus. Sebagian buku yang dijual, ada diberi coret-coretan dan catatan oleh pemiliknya. Aku justru menyukainya karena langsung bisa mengenali bagian-bagian yang penting. Kalau sedang beruntung, aku bisa mendapatkan buku-buku langka dan bermutu dengan harga miring.
Ngomong-ngomong soal harga miring, di Yogyakarta ada toko buku dengan harga lebih murah. Biasanya aku ke Gramedia hanya untuk mencari buku impor. Kalau mau membeli buku terbitan Indonesia, aku memilih berbelanja di toko buku yang baru saja membuka cabang di jl. Urip Sumahrjo ini. Toko buku ini selalu memberi diskon 15-30 persen. Parkirnya gratis dan disediakan tempat duduk untuk membaca-baca buku sepuasnya. Pada kunjungan terakhir, tertera tulisan: "Kalau Anda kecewa pada isi buku yang Anda beli, Anda bisa menukarkan dengan judul buku yang lain." Wah ini terobosan baru! Inilah salah satu bentuk penghargaan kepada konsumen.
Kembali ke Gramedia di MTA, ternyata tidak ada buku impor yang bekas. Semuanya masih baru dan harganya di atas Rp. 100.000,- Aku sedang menimang-nimang buku "The Best Ever Games for Kids" ketika koh Hai Hai menelepon.
"Aku sudah sampai. Mas Wawan ada di bagian mana?" tanyanya.
"Di bagian buku impor," jawabku singkat.
Tak berapa lama, dia muncul bersama si cungkring Samuel Wisely. Meski baru pertama kali bertatap muka langsung, namun aku langsung mengenalinya karena wajahnya menjadi avatar paling ngetop seantero jagad Sabdaspace.
"Ini om Wawan yang ngasih kamu buku," kata koh Hai Hai memperkenalkan aku. Aku menyalaminya.
"Beli buku apa, mas?" tanya koh Hai Hai.
Aku menunjukkan buku yang kupilih sambil berkata, "Kalau aku memutuskan membeli buku, maka buku itu harus menghasilkan buku baru." Maksudnya, aku tidak sembarang dalam membeli buku. Setiap judul buku yang kubeli harus masuk ke dalam kerangka pekerjaan atau pelayananku.
Aku permisi untuk membayar buku lebih dulu di kasir. Ternyata Gramedia sedang mengadakan promosi. Setiap pembelian dengan kelipatan seratus ribu, mendapat satu nomor undian. Aku mendapat satu lembar dan mengisinya dengan enggan. Entah mengapa aku sering tidak beruntung jika ikut undian semacam ini. Satu-satunya hadiah undian yang pernah kumenangkan adalah selembar handuk! Meski begitu, aku berharap undian kali ini aku cukup beruntung. Tidak usah muluk-muluk, pikantuk [mendapat] mobil Piccanto saja sudah cukup.
Selepas mengisi undian, mas Daniel sudah sampai di TKP [Tempat Kami Pertemuan]. Kami segera naik ke lantai 4, tepatnya di food court. Mendekati lift, tiba-tiba Samuel berbisik kepada papanya. Mereka kemudian berbelok arah, menuju pintu darurat. Aku menjadi heran, Jangan-jangan mereka mengajak naik tangga darurat.
"Hei, mau kemana?"
"Kita menuju lift rahasia," jawab Hai Hai sambil tersenyum penuh arti sambil membuka pintu keluar. Tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang, "Hei tunggu!"
Aku terkejut. Siapa yang memanggil? Jangan-jangan satpam mal yang akan melarang kami masuk.
Ternyata Samuel Franklyn yang memanggil. Menggenggam dua bungkusan besar, dia bergegas menyusul kami. Yang dimaksud Hai hai lift rahasia ternyata lift untuk karyawan. Meski tidak semewah lift untuk pengunjung, tapi kami tidak perlu antri di lift karyawan. Semoga saja tidak ada yang menegur kami karena menyelundup di sini, batinku.
Sesampai di Dapur Anggrek koh Hai Hai menukarkan uang di kasir. Di tempat ini, semua pembayaran menggunakan uang yang khusus dikeluarkan oleh pengelola. Aku ikut-ikutan menukarkan uang, tapi di dicegah Hai Hai. "Pakai ini saja, sudah cukup," katanya sambil mengacungkan segepok uang kertas.
Kami memilih tempat di bagian tengah. Samuel Franklyn yang sehari sebelumnya merayakan ulangtahun membuka bungkusan yang dibawanya. Ternyata isinya adalah kue-kue yang dibelinya di Breadtalk. Setelah itu, SF mencari minuman. Aku menitip untuk dicarikan teh manis. Sementara menunggu minuman, aku mencomot kue keju sambil membuka pembicaraan dengan mas Daniel. Tiba-tiba ada pria yang bergabung. Aku belum mengenalnya, tapi rupanya Hai Hai dan SF sudah mengenalny
"Ada teman saya yang mengatakan bahwa Yesus itu manusia biasa saja," kata Hai Hai mengawali pembicaraan.
"Yesus memang manusia biasa kok," jawabku santai.
"Jadi kamu menganggap Yesus itu bukan Tuhan?!!" Tiba-tiba pria berkaos putih ini menyergap pernyataanku dengan nada tinggi. Aku kaget dengan serangan yang mendadak ini. Aku menjadi bengong. Untunglah Hai Hai segera masuk ke arena pertarungan. Dia segera membalas sergapan tadi. Maka terjadilah pertarungan yang seru!
Jurus demi jurus dikeluarkan.
Arena pertarungan pun berpindah-pindah. Kadang di depan kami, kadang bergeser agak ke kanan, kemudian beralih ke tengah. Untuk mendukung argumentasinya, maka lawan koh Hai Hai, sebut saja namanya mr X ini mengeluarkan laptopnya. Rupanya dia sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Dia membuka program Alkitab dan mendiskusikan terminologi-terminologi dalam bahasa asli, yang susah aku mengerti. Sebagai orang awam yang tidak menguasai teologi, maka aku memposisikan diri sabagai penonton saja. Aku lebih mirip punakawan yang menonton dan menyoraki momongannya, para ksatria yang sedang berlangsung. Mr X beberapa kali berusaha menyeret aku untuk masuk dalam pusaran pertarungan itu, tapi kutolak dengan halus. Aku hanya tersenyum saja setiap kali dia berusaha melibatkan aku. Demikian juga mas Daniel. Dia hanya menonton sambil menyilangkan tangan di dadanya.
Samuel Wisely duduk di samping koh Hai Hai sambil menonton papanya berdebat seru. Beberapa saat kemudiaan isteri Hai Hai bergabung. Ternyata dia bekerja di mal ini. Jadi bukan secara kebetulan kalau MTA dipilih sebagai tempat pertemuan ini. Wah, koh Hai Hai curang nih. Apalagi setelah itu mereka berencana untuk menonton film Christmas Carol. Cik Iis, istri koh Hai Hai, membawa kue taart bikinannya. Kue ini adalah hadiah khusus untuk SF yang baru saja berulang tahun. Namun karena sedang berlangsung diskusi yang seru, maka kue taart itu urung dikeluarkan.
Perutku mulai keroncongan. Maka aku berjalan-jalan ke berbagai gerai untuk mencari makanan yang nyuz, sambil mencari suasana yang lain. Berbagai jenis masakan yang aneh-aneh justru membuatku bingung. Aku khawatir jangan-jangan di dalam masakan itu terdapat alergen [Aku menderita bermacam-macam alergi seperti telur,coklat,udang,cumi-cumi,kerang,kacang dll]. Maka demi amannya, aku memilih makanan yang sudah kukenal saja: Nasi goreng ayam plus pete, dengan kerupuk non udang [Jauh-jauh ke Jakarta, pesannya nasi goreng. Dasar orang udik! Biar tambah udik, maka aku pesan minum teh poci seduh. Lengkaplah sudah gaya orang kampung].
Melihat aku memesan makanan, mas Daniel ikut-ikutan mencari makanan. Dia memesan sushi, yang ternyata harus menunggu cukup lama. Saat sedang menikmati nasi goreng, Nobieta bergabung dengan kami. Dia langsung terperanjat karena disambut dengan atraksi pertarungan dua suhu.
Pertarungan itu rupanya menguras enerji. Maka mereka menghentikan sejenak untuk memesan makanan. Saat mr X tidak ada di tempat, Nobitea bertanya dengan wajah penasaran. "Siapa sih si om itu?" SF menjelaskan bahwa mr X itu adalah salah satu blogger SS yang sudah lama tidak aktif. Hai Hai menyebutnya sebagai "pelanggan besar."
Perut kenyang, tenaga pulih, maka pertarungan babak kedua dilanjutkan lagi. Sementara itu aku, mas Daniel dan Nobie membuat lingkaran obrolan sendiri. Kami membicarakan hal-hal yang ringan sambil bertukar pengalaman dalam ngeblog.
Pukul sembilan, food court mulai tutup. Karyawan mulai membersihkan ruangan dan menarik cangkir dan piring kotor dari meja kami. Ini adalah isyarat bahwa jam buka sudah berakhir. Namun pertarungan itu justru sedang menuju klimaksnya. SF rupanya gemes dan ikut terjun ke arena.
Lampu-lampu mulai dimatikan, pintu-pintu gerai mulai ditutup. Untuk mencairkan suasana, kami menyela untuk prosesi peniupan lilin. Cik Iis mengeluarkan kue taart dan memasang lilin. Aku menyiapkan kamera video untuk merekam momen itu. Namun rupanya mr X tidak mau terekspose. Maka dia mengambil alih kameraku dan merekam momen itu.
Kue taart dipotong dan dibagikan. Aku tidak ikut makan karena sudah kenyang dan alergi pada coklat. Sementara yang lain menikmati kue taart buatan cik Iis. Pertarungan ronde ketiga dilanjutkan. Karena lebih seru karena salah satu pihak mulai menghunus pisau. Oh rupanya itu pisau untuk memotong kue taart tadi.
Seorang karyawan mendekati kami untuk memberitahu supaya segera menukar sisa uang kertas ke kasir karena sudah akan tutup. Ini adalah isyarat yang jelas supaya kami segera menyudahi kopi darat itu. Mal itu sudah benar-benar sepi dan remang-remang. Kami kebingungan mencari jalan keluar karena pintu utama sudah ditutup. Kami keluar melalui pintu karyawan.
Di depan studio XXI, cik Iis melihat poster film. Ternyata film Christmas Carol sudah tidak ditayangkan karena digeser oleh film 2012. Kami turun menggunakan lift. Sesampai di lobi utama, aku segera memisahkan diri dan mencegat bis menuju Cawang/UKI.
Dalam bis aku mengingat kembali suasana kopdar tadi sambil tersenyum sendiri. Dalam hati aku menyesal karena tidak sempat menyinggung soal proyek buku. Salah satu hasil dalam Kopdarnas di Tawangmangu adalah membuat proyek penerbitan buku bersama-sama. Dalam kopdar kali ini aku merencanakan untuk mematangkan rencana itu. Sayangnya suasananya tidak kondusif untuk membahasnya karena kedatangan mr X tadi.
Baca juga catatan SF tentang Kopdar ini di sini.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 5908 reads
Alerginya Banyak
... amat yah? Ada coklat, kacang, sama kerang2an lagi, duh duh, untung nggak alergi sama nasgor pete juga, kalo ndak hidup tak nikmat nih :). Ditambahin 'Mr x' lagi...
Aku pikir-pikir, kalau
Aku pikir-pikir, kalau semua alergen itu dipantangi, ternyata bisa menurunkan kolesterol. Untungnya, aku nggak alergi sama teh. Kalau alergi juga, gawat. I can't live without tea.
------------
Communicating good news in good ways
Proyek buku Blogger SS?
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
SS mirip gereja..
Perang Kembang
Finalnya kapan?
Saya nggak tahu cik. Saya kan cuma Punakawan yang menyaksikan para ksatriya itu bertarung. Kalau dalam pewayangan ada dua jenis perang: perang kembang dan perang yang beneran.
Perang kembang itu biasanya berlangsung pada awal pertunjukkan, yaitu antara ksatriya melawan para raksasa. Yang sering ditampilkan adalah perang antara Arjuna melawan buta Cakil yang pethakilan [banyak tingkah]. Meski pemenangnya sudah pasti, yaitu Arjuna, tapi perang ini tetap asyik ditonton. Yang menjadi bintang justru buta cakil karena bertingkah lucu, mbagusi, kemaki, mbanyaki, dan sok aksi.
Di bawah ini adalah contoh pertunjukan perang kembang:
------------
Communicating good news in good ways