Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Keberanian bertindak
Bagaimana jika Anda tahu ada ketidakberesan dengan orang yang Anda pimpin? Hanya ada dua pilihan, bertindak atau diam saja.
Saya sangat sedih ketika melihat seorang pemimpin yang membiarkan kecurangan terjadi. Masalahnya kecurangan itu sudah kesekian kalinya terjadi dan tidak ada tindakan apapun. Ada beberapa analisis dari saya mengapa tidak ada tindakan kedisiplinan. Yang pertama, supaya posisinya aman, tidak ada goncangan. Yang kedua, dia ikut merasakan keuntungan dari kecurangan tersebut.
Sebenarnya salah besar ketika seorang pemimpin membiarkan kecurangan demi posisi yang aman. Saya sering membaca di Koran, pemimpin-pemimpin dituduh korupsi. Sebagian besar memang karena mereka ikut merasakan hasil korupsi tersebut tetapi ada juga yang disebabkan karena mereka membiarkan kecurangan terjadi.
Sebenarnya ketika pertama kali kita membiarkannya maka berulang kali akan terus terjadi. Saya jadi teringat sebuah kasus anak hamil yang saya tangani beberapa waktu lalu. Awalnya sang cowok menggancam akan diputus jika tidak mau melayaninya. Akhirnya cewek tersebut mau melayaninya. Beberapa hari kemudian, cowok tersebut mengancam kembali. Itu terjadi terus menerus sampai akhirnya cewek tersebut hamil dan ternyata cowok tersebut tidak bertanggung jawab. Sebenarnya kasus pemimpin yang membiarkan kecurangan seperti cewek hamil tersebut.
Satu-satunya cara adalah bertindaklah secepat mungkin. Tindakan tidak harus keras, mengeluarkan orang tersebut atau hal lainnya. Tindakan ini bukan berarti balas dendam, kebencian atau mengamankan diri sendiri. Tindakan itu dilakukan karena rasa keadilan dan kasih terhadap orang tersebut. Bayangkan jika dia dibiarkan saja maka dia akan melakukan kesalahan yang lebih besar lagi. Tentunya akibatnya akan lebih parah.
Anak-anak nabi Eli, melakukan kejahatan dimata Tuhan. Korban persembahan yang seharusnya untuk Tuhan disalah gunakan oleh mereka. Eli tidak melakukan apa-apa. Dia memilih diam. Tahukah Anda yang terjadi kemudian?Allah kepada Eli bahwa dia telah memandang dengan loba kepada korban sembelihan dan korban sajian. Eli dianggap bersalah ketika dia membiarkan orang-orang yang dibawahnya berbuat salah.
Sebagai pemimpin, kita diberi tanggung jawab untuk membina orang-orang yang kita pimpin. Jika kita membiarkan mereka ketika kecurangan terjadi, apapun alasannya, sang pemimpin menjadi bersalah di hadapan manusia lainnya maupun dihadapan Tuhan. Karena itu bertindaklah tetapi didasari oleh kasih.
Small thing,deep impact
- Sri Libe Suryapusoro's blog
- 4460 reads