Submitted by minmerry on

@ DOUBLE ESSPRESSO

Where to put all my memories?

Why they always keep continue and never stops?

Where the purpose i walk into?

Close my eyes.

Fall asleep.

 

Sejak kecil, aku sering menakuti diriku sendiri. Lukisan wanita cantik di dinding, paling ku takuti jika sendirian di rumah dan harus mandi. Saking takutnya, aku menghitung berapa menit di dalam kamar mandi. Aku yakin sekali saat itu, dalam lukisan, mata wanita cantik itu mengikuti kemana aku berjalan dan berada. Aku ketakutan. Sungguh.

Suatu hari, aku benar benar kesal. Dan saking kesalnya karena takut, aku berdiri di depan lukisan itu dan memarahi wanita dalam lukisan dengan sungguh-sungguh. 'Aku benci padamu. Aku tidak takut. PERGI. AKU PUNYA TUHAN YESUS. LIHAT NANTI SIAPA YANG MENANG.'

Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melakukannya.

Dan aku bangga sekali pada diriku sendiri saat itu.

Tetapi mata itu tetap mengikuti aku kemana aku berjalan, saat sendirian di rumah. Aku bisa mendengar bisikannya dekat sekali dari belakang tubuhku, dan aku menahan nafas.

Namun, argh... mata itu kembali mengangguku. Sekarang. Dia menatapku. Mengikuti kemanapun aku pergi.

'Keira...a....' Dan dia memanggilku.

Aku tersentak. Mimpi. Tergangun di tengah malam. Keringat dingin membasahi bajuku.

Jam 2 Pagi.

Aku baru tertidur untuk 2 jam.

Aneh.

 

Aku memeriksa handphone mungilku. Ada sms yang sudah ku tunggu. Membacanya. Bukan pesan yang penting. Tapi aku selalu merindukan pesan ini setiap malam. Aku pasti tertidur sebelum pesan ini masuk.

Menggerakkan bahu tanganku. Sakit. Tetapi Samuel Franklin, IT di Pearl City, menyarankan untuk lebih sering menggerakkan bagian yang sakit. Biasanya itu berhasil pada dirinya. Aku mencobanya. Sakit. Seperti ada lintah besar gendut yang menghisap darah di dalam tulang bahu-ku.

Berhasil tidur 2 jam bukan hal yang baik. Bukan tanda yang baik.

Gelap.

Duduk, melipat kedua tanganku di meja kerja dan melihat ke luar. Pearl City di malam hari. Gelap.

Menyentuh sebuah agenda hitam. 

Dove, silenziosi, fermentano i pensieri...

Agenda itu dihadapanku. Agenda ayahku. Belum pernah kubuka. Terpengaruh heningnya malam, aku bertekad untuk membukanya.

Untuk apa, keira?

Terkejut, dan aku meletakkannya kembali. Syndrome 24 wajah Billy - ku mulai muncul. Dan sering kali Syndrome ini membantuku untuk kabur dari masalah.

Aku putuskan membuka komputer tua ayah. Aku memindahkannya dari Coffee Shop ke rumah. Komputernya. Lambat.

Tampilan pertama dalam web browser di Mozila selalu Google. Aku suka. Aku berharap Google menambahkan emoticon. Tapi itu tidak pernah terjadi.

Deretan nama nama yang menemaniku di Messanger tampak offline.

Dan aku memilih kolom kecil untuk meletakkan semua pikiran dalam susunan abjad, hingga aku tertidur. Dan berharap kali ini tanpa mimpi. Jalanan Pearl City yang gelap menidurkan kota dengan suara deruman pelan beberapa mobil yang mungkin dalam perjalanannya pulang. Deruman kota yang tertidur.

Suara malam hari yang semakin sunyi dan menghilang.

 

 

 

Ini gelas ke 30 sampai sore ini. Angka yang wajar. Coffee shopku berjalan dengan sangat baik. Tanpa aku terlalu ber-ambisius, tentu saja.

Sebagai gadis penunggu coffee shop yang membosankan, tentu saja, suara WindBell akan selalu mengusikku. Itu adalah tanda. Tanda ada cerita yang berbeda saat angin yang masuk dan keluar karena pintu coffee shop dibuka. Mereka yang datang dan pulang.

Aku menghabiskan Espresso-ku yang ke 3.

Dan kembali bekerja. Swipe the Card. Back to Machine, my dearest Coffee Maker..., Menu, another wind bell.

Hayden.-Mahasiswa jurusan musik semester pertama yang kutemukan ngamen di pojok jalan, dan piano usang di sudut coffee shop, akhirnya terpakai juga. Hayden sudah seminggu berada di @Double Esspresso. Dia selalu memesona tamu-tamu. Aku selalu membayar upahnya setiap malam. Meletakkan selembar uang dibawah segelas kopi yang berbeda setiap malamnya. Tanpa bersuara, dia akan menikmati kopi, mengambil uang dan pergi.

Dan sejak mimpiku Jam 2 pagi, semuanya terasa aneh. Namun, lagunya indah. Aku menikmatinya. Semua menikmatinya.

Windbell.

Pintu terbuka. Aku memalingkan wajah untuk menyambut tamu yang datang. Terkejut. Ragu. Rindu.

'Ben.'

Aku memanggilnya. Dan aku ingin sekali berlari memeluknya. Dia tahu. Dia berharap aku berlari kepadanya. Aku menahan langkahku. Dia tersenyum padaku. Senyum yang sangat aku sukai. Aku rindu memeluk Ben. Rindu melihat cara Ben menyambutku.

'Aku datang, Kei. Untuk melihat kamu.' Dia melihat sekeliling coffee shop. Mengangguk. 'Ini semua jadi milikmu sekarang, gadis penunggu-ku yang membosankan...' Dan dia mengulurkan dua tangkai bunga untukku.

 'Espresso?' Tanyaku. Dia mengangguk. Duduk di coffe bar, persis di hadapanku. Aku meletakkan dua tangkai bunga disebelah Mug biru-ku.

30 Detik. Segelas espresso sampai dihadapannya. Dia melihat dan menilai, meneguk dan menilai. Tak ada ekspresi diwajahnya. Pertanda baik.

Seperti biasa, sekeliling coffee shop terasa bergerak lambat. Dan lampu sorot itu hanya mengarah ditempat dimana aku berada. Seolah akulah inti dan pusat semua yang terjadi sedang berjalan.

Ben ada dihadapanku.

'Kamu kurus. Lingkaran hitam dimatamu mengkhawatirkan, kei.'

'Aku baik-baik saja. Aku bermimpi, dan sulit tidur.'

'Ikut aku, kembali bersamaku?' tanyanya.

Aku tahu dia serius. Ini alasan kedatangannya.

'Aku siap kali ini.' Tegasnya.

Lama sekali.

Windbell berhenti berbunyi. Tidak ada yang datang.

Aku menatap Mug didepanku.

Aku menggeleng.

'Aku sudah memutuskan, untuk berada disini dulu, Ben.'

'Kamu ingin aku pindah kesini, Kei?'

'Aku ingin kamu melakukan apa yang kamu sukai. Dan jangan seperti aku. Aku tidak benar-benar baik-baik saja. Ben. Aku tidak suka ini.'

'Jangan. Jangan melihat aku seperti itu,' lanjutku.

'Dengar, Ben. Ini yang aku rasa benar. Aku melanjutkan hidup. Dan Tuhan tahu betapa aku mencintai kamu. Tapi kamu tidak boleh lagi mencari aku.'

'Saat aku meninggalkan semua, mama, kamu, semuanya. Maka itulah keputusanku.'

'Keira, jangan keterlaluan.'

'Aku keterlaluan. Aku memang keterlaluan. Aku menunggu pesan dari mu setiap malam. Aku berharap mendengar suaramu. Siapapun bisa merasakan kesepianku. Tapi ini hidup baruku. Aku tidak bisa kembali lagi, jadi benar. Benar, aku keterlaluan.' Jawabku.

'Kenapa kamu tidak ingin bersama denganku, Kei? Kenapa?'

Ben menatapku garang. Dia mencengkram tanganku. Kasar. Dia berdiri, menarikku. 'Aku Ben, Keira. Ben. Jangan perlihatkan wajahmu yang tidak berperasaan padaku. Aku tidak membuatmu seperti ini. Tidak.'

'Ya.'

Aku membentaknya.

'Ya.'

'Kamu membuatku seperti ini. Ben.'

Ben menghantam coffee bar dengan kepalan tangannya. Jar berisi air panas jatuh menyiram tanganku.

Kekacauan itu----Tidak ada seseorangpun yang memalingkan wajah untuk melihat apa yang terjadi di coffee bar. Tidak ada. Suara Ben menggelegar. Dan air panas membakar kulit pergelangan tanganku. Seharusnya ada sedikit reaksi yang seharusnya muncul.

Tanganku panas, terbakar. Dan aku melontarkan apa yang tidak terlintas dalam otakku. Perlawanan. Menatap matanya.

'Karena kamu sudah meninggal, Ben.'

Dia terkejut. Mata itu. Mata yang mengikuti kemana aku pergi. Mata itu menjadi sesuatu yang menakutkanku.

'Kamu sungguh sudah berubah, Keira.'

'Kamu yang lebih dulu meninggalkan aku, Ben.'

Ben melepaskan pegangannya. Mendorongku. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Suara isak tangisku menggema dalam coffee shop.

Aku menangis.

Menangis karena perasaan itu datang lagi. Perasaan Ben telah pergi. Perasaan aku merindukan Ben. Perasaan aku tidak diberi kesempatan untuk memilih.

Saat aku membuka mata, Ben sudah tidak ada disana. Tidak ada didepanku. Tidak ada dimanapun.

Saat aku membuka mata, aku menyadari, Aku tidak berada di Coffee Shop. Melainkan aku berada dikamarku. Sudah jam 4 pagi.

Saat membuka mata, aku melihat tangan kananku, memerah karena tersiram sesuatu yang panas.

Saat tiba di @ Double Esspresso aku mendapatkan dua tangkai bunga di samping Mug biru-ku.

 with flower

Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

Saat aku membuka mata, aku masih di @Double Esspresso. Dan tidak ada yang berubah.

Aku mengeluarkan ponsel dari tasku. Membuka fungsi pesan. Menarik nafas.

Saat aku membuka mata, pesan yang satu-satunya masih ada tersimpan adalah pesan yang masuk setahun yang lalu.

Yang tidak pernah kuhapus.


 

Savage Garden - I Don't Know You Anymore

 

I would like to visit you for a while, get away and out of this city
Maybe I shouldn't have called but someone had to be the first to break
We can go sit on your back porch relax, talk about anything, it don't matter
I'll be courageous if you can pretend that you've forgiven me

Because I don't know you anymore, I don't recognise this place
The picture frames have changed and so has your name
We don't talk much anymore, we keep running from the pain
But what I wouldn't give to see your face again

Springtime in the city, always such a relief from winter freeze
The snow was more lonely than cold if you know what I mean
Everyone's got an agenda, don't stop keep that chin up you'll be alright
Can you believe what a year it's been, are you still the same
Has your opinion changed



I know I let you down again and again
I know I never really treated you right
I've paid the price, I'm still paying for it every day

So maybe I shouldn't have called, was it too soon to tell
Oh what the hell, it doesn't really matter
How do you redefine something that never really had a name
Has your opinion changed


I see your face

To Listen

 

 

 

 


 

Submitted by leo on Tue, 2009-05-26 09:59
Permalink

having a place to go is home; having some one to love is family. having both is a blessing

Submitted by Samuel Franklyn on Tue, 2009-05-26 11:05
Permalink

Kisah antara Ben dan Keira mengingatkan saya akan salah satu lagu cinta paling sedih yang pernah saya dengar: "It's All Coming Back To Me Now". Perpisahan dua kekasih ini begitu menyedihkan sehingga mereka mencoba melupakan kisah cinta mereka. Tapi kenangan itu selalu muncul kembali.

It's All Coming Back To Me Now - Meat Loaf feat. Marion Raven

[Boy:] There were nights when the wind was so cold
That my body froze in bed if I just listened
to it right outside the window
[Girl:] There were days when the sun was so cruel
That all the tears turned to dust and I just
knew my eyes were drying up forever

[Both:]
I finished crying in the instant that you left
And I can't remember where or when or how
And I banished every memory you and I have ever made

[Boy:]
But when you touch me like this (touch me like this)
And you hold me like that (hold me like that)
I just have to admit that it's all coming back to me
When I touch you like this (touch you like this)
And I hold you like that (hold you like that)
It's so hard to believe but it's all coming back to me now

[Girl:]
It's all coming back
It's all coming back to me now

[Boy:]
There were moments of gold and there were flashes of light
There were things I'd never do again but
then they'd always seemed right
There were nights of endless pleasure
It was more than any laws allow—baby, baby!

If I kiss you like this (kiss you like this)
And if you whisper like that (whisper like that)
It was lost long ago but it's all coming back to me

If you want me like this (if you want me like this)
[ Find more Lyrics on www.mp3lyrics.org/gdM ]
And if you need me like that (if you need me like that)
It was dead long ago but it's all coming back to me

It's so hard to resist and it's all coming back to me
I can barely recall, but it's all coming back to me now....

But you were history with the slamming of the door
And I made myself so strong again somehow
And I never wasted any of my time on you since then!

But if I touch you like this (touch you like this)
And if you kiss me like that (kiss me like that)
It was so long ago but it's all coming back to me
If you touch me like this (touch me like this)
And if I kiss you like that (kiss you like that)
It was gone with the wind but it's all coming back to me now

[Girl:]
It's all coming back
It's all coming back to me now

[Boy:]
There were moments of gold and there were flashes of light
There were things we'd never do again
but they'd always seemed right
There were nights of endless pleasure
It was more than all your laws allow—baby, baby, baby!

When you touch me like this (touch me like this)
And when you hold me like that (hold me like that)
It was gone with the wind but it's all coming back to me

When you see me like this (see me like this)
And when I see you like that (see you like that)
Then we see what we want to see—all coming back to me

The flesh and the fantasies—all coming back to me
I can barley recall, but it's all coming back to me now....

If you forgive me all this (forgive me all this)
If I forgive you all that (forgive you all that)
We forgive and forget and it's all coming back to me now

[Girl:] It's all coming back to me now
[Boy:] We forgive and forget
Both: And it's all coming back to me now....

 

Submitted by sandman on Tue, 2009-05-26 15:22

In reply to by Samuel Franklyn

Permalink

Benar-benar kaget saya membaca komentar SF karena ini judul lagu yang saya cari beberapa hari ini, LAGU yang mengingatkan kepada SESEORANG.. dari kemarin ngacak2 you tube untuk cari lagu tapi gak KETEMU eh sekarang tanpa sengaja ... *PUF* ini loh lagu yang kamu cari... OMG...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by sandman on Tue, 2009-05-26 15:29

In reply to by Samuel Franklyn

Permalink

Iyah.. saya teringat seseorang yang saya sayangi sering MENYANYIKAN lagu ini ketika bekerja.. dulu saya kasih video klipnya yang duet dengan Marion Raven.

Dari ketiga versi itu yang paling mantap yang mana SF?

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by minmerry on Wed, 2009-05-27 00:59

In reply to by dennis santoso…

Permalink

Dennis, biasa kalo min uda mulai nangis, bs lama berhentinya lho... Trus biasa abis nangis matanya mirip Snoopy. Tinggal segaris.
Siap-siap untuk nangis bareng Min ya. Hakhak...

Min sendiri, punya lagu yang sangat "masuk" ke dalam hati min.
The Song called Silence.
(http://www.youtube.com/watch?v=pM6R1HROBR0&feature=PlayList&p=A89585BACAB181E0&playnext=1&playnext_from=PL&index=24)

Note : Sorry, tombol tool bar di comment ga muncul, so i just drop the link above), soalnya ga bisa insert link...
^-^ ^-^

Submitted by minmerry on Tue, 2009-05-26 14:18
Permalink

@ DOUBLE ESSPRESSO

Ben sudah pergi.

Menyisakan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab, kenapa. Saat aku membuka mata, Ben tetap tidak akan kembali lagi.

Aku merasakan dia melewatiku. Menyentuhku. Tapi itu adalah dirinya sebelum dia pergi, sisa kenangannya yang kupertahankan.

Dia yang menungguku disana adalah Dia yang lain. Sedikit harapan yang menjadi imanku. Setiap kali membuka mata, menyadari, ada jalan yang terbuka karena kepergiannya.

Where to put all my memories?

Why they always keep continue and never stops?

Where the purpose i walk into?

Close my eyes.

Saat aku membuka mata...

-

-

SF, thanks untuk lagunya, i like the MV....!!! Hiks. Sedih. It always come back, its true, SF. (Dramatic? Yeah... hehe)

^-^

Submitted by sandman on Tue, 2009-05-26 15:19
Permalink

ketika membaca serial Double Espresso yang ini... aku cuma bisa ikut2an apa yang dikatakan oleh anak anak MTV ...

BLOG ini GUA BANGET ... !!

TOP min ..

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by minmerry on Wed, 2009-05-27 00:07

In reply to by sandman

Permalink

Finally dapat juga lagunya, Sand. Dan, MV nya bener bener bagus ya.

Eitt...Sandman diposisi mana nih? Keira nya or Ben?

Makasih... Yey.Yey.Yey...

^-^

Submitted by iik j on Tue, 2009-05-26 16:37
Permalink

he he he.. permisi min... baru sekali ini komen di blogna min..

Purnomo bilang aku kaya pikiran, kaya hati, entah kaya apalagi... tapi buat yang begini ini... aku miskin sekali .. hiks...

Orang laen lagi bilang itu karena aku terlampau kasar, sadis, kejam, urakan,...

Tulisan dan lagu mellow... manis... lembut, kalem... aku nggak mengerti bagaimana itu bisa terjadi,... dan bagaimana bisa memahaminya.

Karena itu juga aku jarang komentar di blog2 manis seperti punya Clara, kamu... dan beberapa yang laen lagi karena aku khawatir kekasaranku merusak tulisan kalian.

He he he... tulisan Min... bagiku

Seperti sebuah ... coklat yang diulurkan temanku waktu aku lagi duduk di lantai saat tumpukan barang dan pekerjaan menemaniku...

Seperti sebotol ... minuman dingin yang diulurkannya waktu rambutku mulai acak-acakan dan coretan - coretanku berserakan...

Seperti sebentuk ... senyuman manis sahabatku di tengah debu yang berhamburan di bongkaran bangunan ruko ku.. yang digusur 0,5 meter oleh satpol pp.

hi hi hi ...
maapkan kalo perumpamaannya aneh...
tapi semua tulus kok... beneran... manis...

passion for Christ, compassion for the lost

Submitted by joli on Tue, 2009-05-26 22:49
Permalink

Where to put all my memories?

Why they always keep continue and never stops?

Where the purpose i walk into?

Close my eyes.

Fall asleep.

Open your eyes

wake up

 

Kiera.. ni di kasih lagi sekuntum bunga..

boleh mengingatkan-mu pada Ben..

sekuntum bunga,

di ulur kan oleh tangan kecil yang lembut

lembut, menyentuh..

untuk membuat

bangun..

wake up..

wake up..

wake up..

ingat-lah Ben..

dengan mata terbuka..

ingat lah Ben..

dengan pikiran jernih..

ingatlah Ben..

ketika bangun.

ingatlah Ben..

dalam setangkai bunga..

dalam secangkir kopi..

Submitted by minmerry on Tue, 2009-05-26 23:59

In reply to by joli

Permalink

Joli, Keira menerima bunganya.

Meletakkannya di atas coffee bar.
Waktu Keira tetap berjalan. Sekarang, besok, terus berjalan. Tetapi waktu Ben sudah berhenti.

Ingatan akan Ben akan menemani Keira.

Dan ingatan ingatan baru.

Merindukan Ben membuat pikiran Keira sakit.

Bolehkah meminta tangan mungil itu memeluk Keira, Jol? Dia mudah tersenyum. Keira.

^-^

Submitted by sandman on Wed, 2009-05-27 17:43

In reply to by joli

Permalink

ingatlah Ben..

dalam setangkai bunga..

dalam secangkir kopi..

 

dia satu diantara banyak

terlupakan tanpa bunga

tidak seperti yang lain..

 

dia satu diantara banyak

teringat secangkir kopi

tidak seperti yang lain...

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by minmerry on Tue, 2009-05-26 23:28
Permalink

Iik...

Uups,
Duh
Duh
Duh...
Seharusnya ini pahit, Coffee, Iik...
jadinya coklat ya? hihihi... Dark Chocolate, perhaps.

Iik ga sadis... (mengeleng-geleng dengan semangat. U re a tough lady, with a brave heart, mirip Lara Croft. Kuerreeen...

Iik, may i take your comment as a compliment? thx.

^-^

Submitted by anakpatirsa on Wed, 2009-05-27 07:29

In reply to by minmerry

Permalink

min,

Beberapa hari ini saya sudah melihat beberapa komentar kamu, saya lihat tombol shif-nya.

Senang saja melihatnya.

Tentang gaya kamu, saya tetap suka kalimat-kalimat pendeknya. Apakah min tahu, ada seorang pengarang dunia yang terkenal dengan kalimat-kalimat pendeknya?

Tentang ceritanya, saya tidak berani berkomentar apa-apa. I like it.

Submitted by anakpatirsa on Wed, 2009-05-27 19:58

In reply to by minmerry

Permalink

min,

Apakah ada yang kurang? Practice makes perfect.

Namanya Ernest Hemingway,

Ia punya cheat-sheet berikut:

Gunakan kalimat pendek;
Gunakan Alinea pertama yang singkat;
Gunakan bahasa Inggris yang hidup;
Bersikaplah positif, jangan negatif.

Ia selalu berpegang pada aturan yang ditekankan oleh media tempatnya bekerja ini.

Ini salah satu karyanya

Submitted by GODARMY on Wed, 2009-05-27 04:53
Permalink

Min gua gak tau harus komentar apa setiap kali kamu mengupdate tentang esspresso:(, yg gua tau cuma bisa ngiler saat mendengar kata esspreso:(, ampunilah aku yg suka ngiler ini:(

JESUS IS GOD

Submitted by jesusfreaks on Wed, 2009-05-27 05:40
Permalink

2 lagu indonesia ini, juga bisa menggambarkan kisah lirih tentang cinta yang tidak mungkin bersatu.
Selepas Kau Pergi oleh Laluna
Dan Melepasmu oleh Anji "Drive".

Kedua lagu dan kisah nyata menginspirasi puisi ini :

Jadilah sayang
Untuk dikenang
Sulit dijalani
Menjaga hati

Indah berhiaskan lirih

Andai waktu bisa dipilih
Tak perlu sembunyi
Inginkan utuh dirimu

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-