Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Double Esspresso - Stand A Chance

minmerry's picture

@ DOUBLE ESSPRESSO

Manusia,
.... melakukan apapun, untuk dirinya sendiri.

stand a chance episode board


Tentu saja, itu bukan kalimatku.
Itu bukan kalimat seorang gadis penunggu coffee shop.
Itu kalimat seorang tunawisma yang berdiri dan tidur setiap hari di sudut jalan yang kutemui di Pearl City.
Kalimat yang dia tulis disebuah papan, papan usang yang digantung di lehernya.

Ini bulan ke empat, aku--Keira pindah ke Pearl City.
Aroma kopi memenuhi coffee shop pagi itu. Memenuhi di setiap sisi dalam ruangan coffee shop yang masih kosong. Terlalu pagi untuk mengharapkan ada yang datang ke coffee shop.

Waktu masih akan berlalu seperti kehendaknya untuk berlalu.

Espressoku berkurang setengah saat aku mulai melamun sambil menginput nota dalam program komputerku. Aku belajar membuat laporan. Aku belajar mencari tahu apa yang bisa diceritakan angka-angka. Rasa pahit kopi tertinggal dilidahku. Aku menggigit sepotong besar waffel madu dan bluberry hasil eksperimenku. Aku akan berkata yang sejujurnya, waffelnya enak. Aku membiarkan pinggirannya sedikit overcooked, sedikit kecoklatan. Madunya membuat waffel mudah lumer, aku bisa memotong waffel dengan garpu, menyuapkan suapan besar ke dalam mulut, dengan topping blueberry.
Aku tidak suka manis.
Tapi ini enak. Mungkin aku berpikir aku tidak suka manis, tapi tidak seperti itu.

Selesai menginput, aku ingin segera menyiapkan makanan dan semuanya hingga malam nanti.

'Ini untukmu.'
Hayden memberikan sebuah boneka, kira-kira berukuran 50-60 cm. Hello Kitty. Aku sudah sangat tergiur untuk melompat-lompat. Aku meletakkannya diatas pangkuanku, sambil terus mengetik.
Kacamata yang paling aneh yang kupakai menutupi kira-kira separuh wajahku. Ini kacamata mengemudiku, kacamata berjemurku, dan kacamata andalanku. 
Dia duduk didepanku. Memamerkan kulit putih dan rambut coklat yang selalu membuat aku iri.
Selamat datang ke dalam dunia ku. Dunia-Keira-dan-Teman-Temannya. Dunia dengan peraturan berbicara sesedikit mungkin.
Dia menunjuk Hello Kitty itu dan berkata, 'Dia duduk disana,' menunjuk ke kursi-kursi coffee shop yang disusun di depan, 'Sejak aku datang tadi.'
'Lalu?'
'Lalu, disini,' Dia mendekatkan wajahnya padaku, 'Tidak mungkin, aku, Hayden, dihadiahkan Hello Kitty.'
'Jika itu ditinggalkan dengan sengaja, bilang terimakasih sama pacarmu' Sahutnya, berjalan ke piano usang milikku.
'Dia bukan pacarku.'
'Jangan jelaskan padaku.'
Aku merenggut.
Memandangi boneka itu, aku berkata pada diriku sendiri, 'Keira, kamu menggenaskan.'

Hayden menatapku dari seberang ruangan, dia duduk di depan piano.
'Itu cuma boneka, Kei. Come on. He have to come with something else.'

'Ini Hello Kitty, Hayden...Its more than something else. Dan apa maksudmu dengan He? '
'Dan kamu bukan lagi Kezia, seperti keponakan SF, contohnya... '
Dia menyindirku. Aku makin merenggut.
Lalu dia tertawa.
'Berhenti memperlakukan aku seperti adikmu, Hayden.'
'Oh ya, Kei. Aku serius soal lingkaran matamu tuh.'
'I'm ok.' Aku tersenyum padanya, 'Just back to work.'

Beberapa saat kemudian, Joli datang. Menghabiskan sarapan sambil membaca koran. Di saat dia selesai, aku menyelesaikan pesanan-pesanan yang akan dia bawa ke kantor untuk teman-temannya. Hari ini dia tidak lebih santai dari sebelumnya.
Dia menggodaku, mencoba menebak dari mana Hello Kitty-ku datang.
Aku mencoba mengakui padanya bahwa tidak seharusnya aku menyukai hal seperti ini. Mencoba menjelaskan perbedaaan -aku bukan (lagi) Kezia, aku Keira-.
Dia menepuk pelan kepalaku, mengancamku. 'Jangan berhenti menjadi seseorang yang menggemaskan seperti ini, Kei. Aku benar-benar butuh hiburan, dan aku selalu mendapatkannya jika berada disini melihat tingkahmu.'
'Dah, Joli mau lapor ama Bos dulu, Kei.'
Aku mengangguk.
Aku berpikir untuk menunggu sandman. Bertanya tanya, apakah ia akan menertawakanku.

Saat bekerja, aku akan terusik untuk memandang Hello Kitty-ku, yang kuletakkan pada sebuah kursi tinggi. Disebelah kursi yang selalu kududuki didalam coffee bar.

Ini tidak lagi soal Ben.
Tidak soal papa, apalagi mama.
Tidak soal siapapun.
Ini Hello Kitty. Boneka kucing Jepang yang diciptakan Sanrio.
Ok, tidak lucu.

Oh, tidak mungkin aku jatuh cinta.
Bayangkan, itu cuma boneka.
Bukan cincin atau semacamnya.

Tapi ini perhatian atau semacamnya.

Aku berharap espressoku cukup pahit, sebagaimana seharusnya, kamu tahu, kopi. Kopi seharusnya pahit. Aku mencurigai, karena perasaan ini, perasaan bahagia ini, akan membuat kopi-ku, tidak seperti espresso. Aku takut Iik-pun akan tersedak jika merasakan espresso-ku menjadi manis.

Cukup.

Semua jenis perasaan, akan berlalu.
Senang, bahagia, terharu itu akan berlalu.
Kebencian, kemarahanm itu juga akan berlalu.
Biar itu berlalu, sebelum aku menyadarinya.
Biar, suatu hari nanti, aku akan dengan sulit mengingatnya kembali.
Sesuatu, harus berubah, bukan begitu?

Aku rasa, aku sepertinya tidak sabar menunggu waktu berlalu...
Aku merasa perasaan itu pelan-pelan, berlalu.

 

stand a chance
 

 

Malamnya, coffee shop cukup ramai. Sebagian besar mereka yang datang untuk berdiskusi, mahasiswa. Duduk, dengan buku-buku dibuka. Laptop menyala dengan tampilan teks yang berbeda-beda. Sebagian lagi, mereka yang pulang kerja, lelah, memutuskan untuk mampir.
Aku mengenal mereka, aku tahu alasan mereka ke @Double Esspresso.

Aku melihat wajah baru, di dekat jendela. Aku menghampirinya, membawa buku menu dan segelas air putih.
'Silahkan.' Aku tersenyum.
Dia membalas tatapanku.
Sedikit mengejutkanku. Matanya merah. Ekspresinya, aku tidak bisa menebak.
'Kopi.' Jawabnya singkat.
Wajah itu kurus, sedikit gemetaran. Lelaki itu, usianya tidak berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa tadi, aku menebak. Dia memakai aksesoris di pergelangan tangannya. Aku tidak bisa menghindari untuk melihat lipatan lengannya, penuh luka.

Suntikan, tentu saja.

Aku mengantarkan kopi kemejanya. Tidak lagi mengajaknya berbicara.
Apa yang kamu harapkan, berada didekat seorang pecandu? Mengajaknya berteman?

Aku menyadarinya memandangku.
Memandangku.

Aku tidak menghiraukannya. Aku melayani mahasiswa-mahasiswa itu. Mengisi mug-mug besar mereka yang mulai kosong.
Disaat tidak ada suara windbell, tanda ada yang masuk, aku duduk bersama-sama dengan mahasiswa-mahasiswa itu. Mencoba membantu mereka mencari bahan di dalam halaman-halaman buku mereka. Mendengar mereka bercerita tentang dosen yang menyebalkan hingga gadis yang paling cantik di kampus.

Ada sela-sela di mana, semua berbicara, bekerja, membaca, bertepuk tangan di saat Hayden menyelesaikan lagunya dengan chord terakhir.
Inilah coffee shopku.

Bahkan Hayden juga menyimpan cerita, dan mengerjakan bagiannya. Lagu-lagunya, adalah cerita. Itu caranya dia bercerita.

Aku memalingkan wajahku, melirik kearah pria itu. Pria yang memandangku dengan matanya yang merah.
Dia masih disana. Tidak lagi memandangku. Dia menunduk.

Aku bertanya pada diriku, apa ini?
Apakah dia pantas mendapat kesempatan dariku? Apakah aku ingin menolongnya? Siapa aku, lalu ingin menolongnya? Dia pecandu, Keira.
Aku mencoba membujuk diriku untuk tidak tergerak oleh belas kasihan, mencoba menahan kakiku untuk menghampirinya.
Aku, Keira.
Tapi, dia sudah datang.
Dia datang ke coffee shopku.

Aku berjalan menghampiri mejanya.
Dia menatapku dengan tersenyum, membuatku merasa muak. Aku membuang semua perasaan menuduh, menghakimi, tidak suka yang ada dalam pikiranku.
Namun, aku harus menilai dengan prasangka. Aku mencoba, namun, aku tetap menghakimi.

'Kamu butuh sesuatu?' Tanyaku, duduk di kursi didepannya.
Dia menggeleng.
'Kamu mungkin butuh pertolongan. Kamu gemetaran, dan berkeringat sejak tadi. Aku sendiri, hampir selalu kedinginan berada di dalam coffee shop ini.'
'Beri aku segelas lagi.'
Dia menyodorkan cangkir kopinya yang sudah kosong padaku.
'Cari seseorang yang kamu percayai, dan cari pertolongan.' Kataku. Dia dapat mendengar nada khawatir yang ku pakai.

Aku bangkit, karena dia hanya tersenyum sinis. Aku juga tidak tahu bagaimana sebaiknya. Pandangannya membuat aku gerah, ketakutan. Aku tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya.
Semua diruangan ini tidak menyadari kehadirannya. Aku pemilik sebuah coffee shop. Aku "melihat" setiap yang datang. Aku menilai mereka. Aku mengenali apa yang mereka cari. Tidak sama dengan mereka yang datang. Mereka melepaskan atau membawa sesuatu masuk ke dalam coffee shop ini, dan berharap meninggalkan atau membawa sesuatu, saat keluar dari @Double Esspresso.

Mahasiwa-mahasiswa itu pulang dengan berisik. Membayar dengan berisik. Berteriak padaku untuk pamitan.
Hayden juga sudah menutup pianonya.

Namun aku menunggu Glass. Dia akan menjemputku.

Pria itu juga belum pulang. Mungkin dia bingung harus kemana dengan kondisinya seperti ini. Dia harus mencari, menemukan apa yang membuat dia sakit, kecanduan.

Aku membersihkan mesin kopi-ku. Aku selalu menunggu pelanggan terakhirku pulang.
Aku menemani mereka. Biasanya mereka tidak pernah terlalu malam. Sesuatu dalam coffee shopku, mampu menahan mereka berjam-jam. Setelah itu, mereka akan pulang.
Aku menjual kopi. Aku mungkin bersembunyi. Bersembunyi dengan sadar. Bersembunyi di dalam coffee bar-ku.
Mereka yang datang juga sama.
Jika mereka ingin bersembunyi dan tidak kembali, mereka akan datang ke wine bar. Tequilla akan sangat membantu. Bukan espresso.

Aku menyimpan semua mug dalam rak.
Menyusun nota-nota menjadi satu tumpukkan yang teratur.
Menghapus tulisan di papan @Double Esspresso-ku.
Aku berdiri diluar coffee bar.
Pria itu bangkit dari kursinya.

Aku sedikit lega, ia akan pulang.

Dia berjalan kearahku. Aku menyiapkan notanya.
'Ini.'
Dia mengeluarkan uang dan membayarku.

Tidak terpikirkan olehku, yang terjadi berikutnya.
Aku merasa tangannya meraih bahuku. Tangannya lembab. Nafasnya terputus-putus. Aku bertaruh, dia masih kesakitan karena belum ada supply tambahan untuk reaksi kecanduan yang menyiksanya.
Matanya yang merah menatapku. Benci. Benci pada sesuatu, bukan padaku. Aku merasakan kejijikan yang membuncah dari dadaku.
Aku dengan cepat meraih ponsel dalam kantung celemekku, namun entah dari mana tenaga yang ia miliki itu, ia mendesakku hingga ke coffee bar. Mendorongku. Meraih ponsel, dan melemparkannya. Hancur.
Suara pecahan bergema menakutkan di dalam coffee shop yang kosong.
Aku berteriak, saat tangannya dengan agresif mulai turun ke bawah, meraih celanaku.
Dia menariknya. Dengan kasar. Aku mendengar suara robekkan.
Ia menarik celanaku, dan robek.
AKu kembali mencoba melawan. Aku berusaha mengambil sesuatu untuk memukulnya. Dan dia menghantam wajahku. Bibirku, berdarah.

Dia menyentuhku, aku marah dan melawan. Aku berteriak, dan merasa tenggorokkanku begitu perih.
Ini pelampiasannya karena tidak mendapatkan obat? Menghukumku supaya ia bisa menahan penderitaannya?

Saat dia mulai menarik bajuku, aku melihat sosok yang ku kenal, menghantam kepalanya dengan sebuah botol kaca.
Pria itu tergeletak menimpaku.

Semua berlalu begitu cepat.
Aku tidak tahu bagaimana diriku lagi, saat itu.

'Kei, Kei... Ini aku.'
Glass menarik pria itu dari tubuhku. Dia menolongku berdiri. Kakiku gemetar, aku tidak mampu berdiri. Glass menatapku, mungkin hatinya hancur. Tanpa sedikit tenaga, aku membiarkan dia menyelimutiku dengan jaketnya. Menggendongku masuk ke dalam mobil.
Dia menelepon, lalu juga masuk ke dalam mobil.
'Pergi, pergi...' Bisikku, bukan suara yang keluar dari mulutku. Tapi terdengar seperti nafas yang tertahan.
Aku terus mengulang ulang bisikkanku selama dalam perjalanan.
'Pergi...'

Dia tidak membawaku ke rumah.

Saat ia menggendongku keluar dari mobil.
Aku melihat Joli dengan khawatir, berdiri dipintu, menungguku.

'Dia akan takut padaku saat ini. Aku rasa dia ingin berada di dekat orang-orangnya sendiri, bukan aku. Aku teringat kamu, Jol'
'Masuklah, dan tetaplah disini, biarkan Joli mengurusi Keira.'
Aku tidak berbicara. Aku terus meminta entah siapa itu, pergi.
Joli, mungkin membiarkan aku berendam. Memeriksa memarku yang diakibatkan pecandu itu. Mencoba mengurangi rasa takutku, aku tidak terlalu mengingatnya.
Tapi aku menjadi lebih baik.

Semua jenis perasaan, akan berlalu.
Senang, bahagia, terharu itu akan berlalu.
Kebencian, kemarahanm itu juga akan berlalu.
Biar itu berlalu, sebelum aku menyadarinya.
Biar, suatu hari nanti, aku akan dengan sulit mengingatnya kembali.
Sesuatu, harus berubah, bukan begitu?

Aku menatap diriku di cermin.

Dimana aku mulai salah?
Memutuskan untuk memberi kesempatan pada pria itu?
Atau merasa mungkin bisa membantunya?

Siapa aku?

Aku berjalan dan turun ke lantai bawah.
Joli berkata Glass masih menungguku.
Aku duduk dan memikirkannya berjam-jam.
Ini pasti sudah jam 3 pagi.

Aku turun, mendapatkan Glass duduk di sofa Joli.
Suara gelang kakiku saat aku berjalan, dia mengenalinya. Dia memalingkan wajahnya. Lega. Aku tidak tahu dimana dia menyembunyikan semua kemarahan yang tadi kulhat.
'Kamu tidak takut padaku?'
Tanyanya.

Aku menggeleng.
Aku berjalan menuju dirinya. Ditempat dia duduk.
Dia membiarkan aku duduk dipangkuannya, memelukku.

Semua itu. Berlalu begitu cepat.
Pagi tadi, semua berjalan sempurna. Dan akankah dapat kutebak akan berakhir seperti ini, dalam satu hari yang sama?

Aku akan melupakannya, bisikku dalam hati pada diriku sendiri.

'Aku suka hadiahnya.' Kataku.
Dia menghela napas.

Aku menghitung tarikkan nafasnya. Dan menutup pintu yang lain dalam hatikku.

Aku tidak akan membutuhkan kunci untuk membuka pintu itu untuk waktu yang lama.

 

__________________

logo min kecil

iik j's picture

nasehat sederhana buat keira

1 nasehat kecil: JANGAN MUDAH PERCAYA KEIRA...

Jangan mudah terbawa emosimu, jangan terlalu baik hati... itu yang kupelajari dan kuterapkan ketika bertemu dengan orang-orang seperti 'lelaki' itu, entah secara kebetulan atau tidak.

Karena aku sendiri pernah punya pengalaman buruk hampir serupa itu yang akhirnya membuatku aku 'agak sulit' mempercayai seseorang secara fisik, bahkan ketika aku dan dia telah menjadi sahabat dekat (apalagi jika itu berlainan jenis).

Sejak itu pula, kemana aku pergi, dimanapun aku berada, di tempat 'terhormat', di tempat 'busuk' ... (apalagi mengingat petualanganku yang tidak menentu, dan bisa membawaku ke tempat2 berbahaya ha ha ha...) aku tidak lupa menyelipkan 'sesuatu' (yang sekarang ini sudah kusederhanakan menjadi sesuatu yang lebih kecil dan simple).

ha ha ha serammmm yaaaa...

Gila bagi beberapa orang, menakutkan di mata beberapa teman perempuan.. ha ha ha... tetapi 'yang bisa menjaga diriku.. ya hanya aku sendiri' jadi apa urusannya dengan orang lain? he he he... jadi ya ... terserah aku dunk...

Emang itu bukan jaminan 'aman' n 'selamat' dari pelecehan seksual... tapi... yahhh... daripada 'menyerah tanpa syarat'... hua ha ha ha..

Yang terpenting sih.. minta perlindungan sama Tuhan di setiap detiknya di kehidupan kita.. betul???

Btw.. aku juga beberapa hari ini belajar hal yang sama seperti yang kau katakan... Semua jenis perasaan, akan berlalu.
Senang, bahagia, terharu itu akan berlalu.
Kebencian, kemarahanm itu juga akan berlalu.
Biar itu berlalu, sebelum aku menyadarinya.
Biar, suatu hari nanti, aku akan dengan sulit mengingatnya kembali.
Sesuatu, harus berubah, bukan begitu?

Karena .. Semua itu. Berlalu begitu cepat.
Pagi tadi, semua berjalan sempurna. Dan akankah dapat kutebak akan berakhir seperti ini, dalam satu hari yang sama?

he he he he he...

passion for Christ, compassion for the lost

Samuel Franklyn's picture

@iik: Yang ini bukan ya?

Apa ya yang dibawa iik? Yang ini bukan ya? Ini baru benda menyeramkan bagi pemerkosa. He he he.

http://www.antirape.co.za/images.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-rape_device

iik j's picture

@SF, mau tau' aja...

ha ha ha.. mau tau aja... neh..

Ga. Bukan itu. Aku sesuaikan dengan profesiku kok.. yang kadang juga mengawal 'TUAN PUTRI kekaisaran perusahaanku" dan para bosku perempuan yang "aduhai aduhai"itu.

Saking cakepnya "TUAN PUTRI"ku ... dia jadi takut jalan sendirian... takut di hotel sendiran... takut di acara2 terhormat sendirian...  dan dia kadang2 ga mau pula dikawal sama laki-laki.. jadi kadang terpaksa aku merangkap jadi pengawal dadakan juga... hua ha.. ha ha ha...

Ada beberapa.. dari yang sederhana, sampai yang berbahaya.. ha ha ha...

 Pokoknya ada deh... tapi kayaknya bagus juga tuh usulnya SF ... untuk koleksi persenjataan.. ha ha ha ha ha

ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha... tertawa lebaaaaaaaaaaaaarrrrrr...

passion for Christ, compassion for the lost

minmerry's picture

Iik, belakangan ini mudah cape....

Fuih... baru log in after berhari-hari tertidur setelah pulang ke rumah. Miss u all

Thx u nasehat buat Keira. Keira merasa semua berlalu terlalu cepat, tapi semua melambat dalam kehidupannya. 

Ini drama-nya, ini perasaannya, ini kegelapannya. Min tidak begitu bisa menulis sisi yang lebih ringan atau terang dari Keira. Saat menentukan karakternya, min hanya bisa memikirkan sebuah sosok yang mudah berpikir untuk menyerah dengan kehidupannya, dan melihat dia berjuang dari sana.

Keira adalah tokoh yang sangat "cantik" dan sangat min sukai.

Glass adalah kehidupan barunya. Semoga min bisa meletakkan satu keping puzzle yang sesuai dihati kita semua. Karena min merasa, kita semua berharap Glass adalah uluran tangan untuk Keira. (Atau hanya min yang merasa? hahaha) 

Ahhhh... menulis novel, fiksi, sangat menyenangkan.

Apa yang ditulis hari ini, dipikir hari ini, akan berubah, dan terus berubah.

Berjanjilah untuk terus mengikuti, karena ini, min sangat bersemangat terus menulis. Jadi terasa, sangat menyenangkan. Sangat membuat min kecanduan. Hahahaha...

Anyway, thanks Iik. I always keep the seat for you.

 

^-^

__________________

logo min kecil

Anak El-Shadday's picture

@ SF: opo kuwi bro???

apakah itu??? kenapa menakutkan???

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Samuel Franklyn's picture

@aes: Itu mirip pancing

Alat diatas mirip pancing. Alat tersebut dipasang didalam vagina. Pada saat si pemerkosa melakukan penetrasi langsung duri-duri di pinggir alat tersebut akan menancap. Karena sakit si pemerkosa akan menarik lagi penisnya. Tapi alat tersebut bentuknya seperti pancing jadi durinya akan terkait. Nah pada saat itu korban berkesempatan kabur. Si pemerkosa sulit sekali melepaskan alat tersebut tanpa pertolongan dokter. Ngeri nggak?

Anak El-Shadday's picture

busyet!!!!

pernah denger yang semacem itu, tapi bukan bentuk alat kayak gitu, cmn bentuk pertahanan diri para JUgun Ianfu jaman perang dulu

ternyata ada tho yang kayak gt.. ck..ck..kckk

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

sandman's picture

Keira Said...

NIce Try sandman...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

joli's picture

Nguyahi segoro, menggarami lautan..

'Jangan berhenti menjadi seseorang yang menggemaskan seperti ini, Kei. Aku benar-benar butuh hiburan, dan aku selalu mendapatkannya jika berada disini melihat tingkahmu.'
'Dah, Joli mau lapor ama Bos dulu, Kei.'

Keira, mampir ke @Double Esspresso pagi itu bener-bener lagi kepingin lihat pipi Keira yang gemesin, baik ketika ketawa, maupun ketika penuh makanan, he.. he..  Ya, kamu tahu aja KEi, pagi itu mesti ke kantor dengan mencoba mengumpulkan semua semangat dengan susah payah, asa banyak target yang belum tercapai, sambil bayangin si Boss tampang siap nyemprot. Hari yang berat neh. NAMUN tak terpikir, benar-benar tak terbayangkan akan ada kejadian-kejadian tragis, yang akan menimpa sahabat kecil-ku di malam itu. Semua persoalan pekerjaan, omelan si Boss, tidak ada apa-apanya di bandingkan persoalan dan masalah Keira, dan mungkin ada banyak hal-hal yang tragis dan mengenaskan di alami juga oleh orang-orang di sekirat kita, yang kita tidak tahu, ada buanyak hal, seperti cerita Sandman tentang Gadis Kecil berbibir sumbing yang tak ber-ibu, sungguh malang, namun dalam kemalangan seorang anak, dia masih bisa tertawa, Indah nian bila kita berpikir dan berlaku seperti anak-anak.

Ya, bila ada buanyak penderitaan dan persoalan menimpa orang-orang sekitar kita, sering juga berpikir seberapa besar kita bisa membantunya? Orang jawa bilang seperti "nguyahi segoro" menggarami lautan, pertolongan kita seakan tidak ada gunanya dan tidak berdampak terhadap dunia yang penuh persoalan ini, namun alkitab berkata lain, "jadilah garam... " yaaahh lakukan yang bisa kita lakukan. Bagaimana cara kita menolong si gadis kecil ini? Cari Sandman ahhh...

Seperti malam itu, Joli tidak  tahu apa yang harus dilakukan terhadap Keira, selain menemani, dan menggenggam tangan-nya, menyenandungkan doa, hanya  kehadiran Sang Penciptalah yang dapat membuat ciptaan tenang, berbisik lembut kepada Keira, Tuhan Yesus mengasihi, jangan takut.....KasihNYA lembut..., KasihNYA mengampuni.... KasihNYa memulihkan,....  KasihNya menguatkan....

Semua jenis perasaan, akan berlalu.
Senang, bahagia, terharu itu akan berlalu.
Kebencian, kemarahanm itu juga akan berlalu.

Ada satu hal yang tidak akan berlalu..
KASIH SANG KHALIK tidak akan berlalu.

Keira, tahu nggak apa yang Joli dan Glass bicarakan di telpon, malam-malam, ketika pulang @double expresso minggu lalu? ya obrolan menyenangkan dan diakhiri dengan "taruhan" sama Glass..

 

minmerry's picture

The Coffee, The Stories

Keira terharu mendapatkan perhatian Joli. Namun dia terlalu bingung harus berkata apa-apa. Joli juga diam, Keira tahu Joli mengerti apa yang Keira ingin sampaikan, jadi Keira tidak berkata apa-apa.

Ini cuma satu hari yang mengerikan. Dihadapi oleh siapapun. Ini kejahatan. Semua menghadapi kejahatan. Keira perlu belajar itu. Apapun bisa terjadi, malam itu, besok dan selanjutnya. Pasrah? Itu bagian yang harus ia jalani juga. Tapi mungkin min menamakannya, berserah.

Haha... jadi ngelantur kemana nih.

Keira, pasti ga tahu apa yang dibicarakan Joli dengan Glass. Apakah Keira boleh tahu "taruhannya"? Haha.

Joli datang ke orang yang tepat. Keira adalah Keira yang adorable. Karakternya gelap, dan akan gelap. Dia ga akan menjadi ceria, ga menjadi menyenangkan, juga tidak menghibur. Dia akan tenang dan berusaha tidak menonjolkan diri. Tapi, dia membuat orang nyaman didekatnya. 

Wuahhh, kalo nulis paragraf ini, ntar yang baca, bisa mengira Keira itu Minmerry, hahaha. Tidak. Keira itu Keira. Di Double Esspresso, silakan saling berimajinasi, bagaimana Keira. Apakah Keira itu adalah cerita si penulis...?

Min menulis ini dengan berusaha menarik sisi tertentu disetiap episodenya. The coffee, the story. 

Min jadi cerewet hari ini, hahahaha...

Jangan tanya Keira bagaimana perasaannya. Jangan kasihani Keira. Jangan berkata padanya, dia sedang menghadapi ujian. Kesedihannya sudah terkumpul cukup banyak, dia bisa meledak sewaktu-waktu. 

Bercerita, menulis, sungguh menyenangkan.

^-^

__________________

logo min kecil

joli's picture

@ Minmerry, pasti kalah

Keira,:  pasti ga tahu apa yang dibicarakan Joli dengan Glass. Apakah Keira boleh tahu "taruhannya"?

Pembicaraan kami menyangkut Keira, Joli menyemangati Glass untuk segara bersikap. Taruhannya bukan apakah Glass akan mendapatkan Keira, karena kami sudah sepakat, NAMUN, bisakah dan beranikah Glass "ngomong" ama Keira segera? karena Joli tahu, Glass type yang banyak pertimbangan, berpikir terlalu matang untuk usianya, bagus sih.. Maka Joli taruhan ama Glass, pasti Glass belum berani ngomong hingga tahun ini berakhir.. Soo, Minmerry bantu kasih tahu Joli ya.. bila Glass OK di tahun ini maka Joli yang kalah, dan sebenarnya ini taruhan dengan harapan Joli yang kalah, dan Glass yang menang.. he.. he.. (ini jenis trik untuk Glass, sssstt jangan bilang2 ya..)