Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Diet menurut Injil

andryhart's picture

Apakah Allah menghendaki kita untuk menjadi seorang vegetarian? Dalam Kitab Kejadian 1:29, Allah berfirman:  "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Akan tetapi, dalam Kitab Kejadian 9:3, Allah menambahkan, “Segala yang bergerak, yang hidup akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.” Firman Allah ini merupakan peluasan perintah diet dalam Kitab Kejadian 1:29, yaitu melengkapi makanan nabati seperti biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran dan buah, dengan makanan sumber protein hewani. Namun, kita harus ingat bahwa dalam bacaan injil selanjutnya masih terdapat beberapa larangan yang sama seperti yang dikatakan oleh seorang ahli gizi konvensional. Sebagai contoh, Imamat 11:4 memuat perintah tentang hewan yang tidak boleh kita makan, “Tetapi inilah yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak atau dari yang berkuku belah: unta, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.” Selanjutnya dalam Imamat 11:7 dikatakan pula, “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu.” Karena hewan babi dan anjing bukan tergolong ke dalam hewan yang memamah biak, maka kedua hewan ini memang diharamkan dalam perintah Allah. Sedangkan kuda dan unta yang berkuku tunggal juga diharamkan kendati kedua hewan ini memamah biak. Seorang ahli gizi akan memberikan nasihat yang sama seperti bacaan Injil di atas kepada pasien-pasien yang kolesterolnya tinggi, yaitu menghindari konsumsi daging hewan seperti babi dan anjing karena kandungan kolesterol jahat dan lemak jenuhnya tinggi.
Bacaan Injil yang kedengarannya kontroversial dengan larangan di atas terdapat dalam Perjanjian Baru. Dalam Matius 15:11, Yesus memang mengatakan, “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Selanjutnya dalam Matius 15:17-18, Yesus berkata lagi, “Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.”  Barangkali di sini konteksnya beda. Yesus menyampaikan nasihat ini karena Dia memandang keselamatan roh kita lebih penting daripada keselamatan badan kita. Makanan jahat yang masuk ke dalam mulut kita memang dapat merugikan kesehatan tubuh kita, tetapi kata-kata jahat seperti dusta, fitnah dan umpatan yang keluar dari mulut kita merupakan dosa yang merugikan kesehatan roh kita. Dalam Keluaran 20:16 Allah memerintahkan, “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” Dan Yesus menjelaskan dalam Matius 15:19, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, pencabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” Lebih lanjut tentang makanan, Rasul Paulus juga menyampaikan pandangannya, dalam I Korintus  8:13, "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku." Batu sandungan yang dimaksud oleh Rasul Paulus adalah akibat yang terjadi ketika dirinya melanggar aturan makanan dalam masyarakat lain mengingat makanan pada masyarakat tertentu terbagi menjadi jenis yang halal dan haram. Tetapi, seorang ahli gizi dapat saja mengatakan bahwa batu sandungan tersebut berupa gangguan kesehatan tertentu seperti kadar kolesterol yang tinggi (dislipidemia). Bagi mereka yang kadar kolesterol dan trigliseridanya tinggi, konsumsi makanan berlemak seperti daging tentunya menjadi batu sandungan bagi kesehatannya.
Dalam Imamat 11:9-10 dikatakan, “Inilah yang boleh kamu makan dari segala yang hidup di dalam air; segala yang bersirip dan bersisik di dalam air, di dalam lautan, dan di dalam sungai, itulah semuanya yang boleh kamu makan. Tetapi segala yang tidak bersisik atau bersirip di dalam lautan dan di dalam sungai, dari segala yang berkeriapan di dalam air dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air, semuanya itu kejijikan bagimu.” Sekali lagi, perintah dalam Injil ini sesuai dengan yang disarankan oleh ahli gizi kepada pasien-pasien dislipidemia (termasuk orang sehat yang pada usia di atas 35 tahun cenderung akan mengalami dislipidemia sebagai gangguan metabolik pertama), yaitu makanan seperti cumi, kerang, kepiting dan udang yang banyak mengandung kolesterol jahat harus dihindari. Dalam Imamat juga terdapat banyak larangan memakan hewan-hewan yang tidak lazim dimakan manusia seperti ular, biawak, siput, bunglon, kelelawar, burung hantu, burung bangkai, elang dan sebagainya. Jika manusia melanggar perintah ini, maka serangga pengganggu dan hama tumbuhan akan merajalela. Sebagai akibatnya, manusia akan banyak menggunakan pestisida dan rodentisida sebagai pengganti musuh alami hama tersebut, dan dengan demikian kesehatan manusia juga turut terganggu ketika residu zat kimia yang toksik itu turut termakan oleh manusia bersama sayuran dan buah.
Sebagai penutup refleksi kita tentang ajaran Alkitab mengenai makanan, kita dapat mengutip nasihat dari kitab Amsal 23:3 yang mengatakan, "Jangan ingin makanan lezat. Itu adalah hidangan yang menipu." Ketika usia beranjak terus dengan gangguan kesehatan yang semakin bertambah, ada baiknya jika makanan kita bukan hanya sehat dan bergizi bagi jasmani tetapi juga bagi rohani. Rasul Paulus mengatakan dalam Injil II Korintus  4:16, "Meskipun manusia lahiriah  semakin merosot, namun manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari."

 

__________________

andryhart