Submitted by SAMMY SIGA on

Beberapa waktu lalu aku menyediakan diri menerima ajakan seorang teman, sebut saja namanya Gin, menghadiri resepsi pernikahan teman kuliahnya dulu. Kebetulan istri dan anak-anak lagi di luar kota.

Sepulang  dari acara ada sesuatu menggelitik benak. Tak ingin dihanguskan rasa penasaran, kubuka pembicaraan mengawali ulasan.

"Pasangan yang unik."

Sedetik Gin menoleh ke arahku. Sebelum kemudian kembali menekuni ramai lalu lintas di hadapannya. Dia pegang setir.

"Kalimat diplomatis," senyum Gin mengembang."Bilang aja kalo penasaran."

Tampaknya dia menangkap arah pembicaraanku.

"OK." Aku menyerah. " Katamu kalian cukup dekat, so bisa dong kau memberi penjelasannya. Soalnya terus terang, baru kali ini aku temui. Kalo yang jauh lebih cakep yang cewek sih... udah banyak. N lumrah kalee... Tapi ini...?"

"Yee..., diskriminatif!"

Tawa kami pecah di antara lembut alunan musik yang mengalun dari radio tape mobil Gin.

"Menurut **** (pengantin pria), ****** (pengantin wanita) itu orangnya baik banget. Penuh perhatian, ngemong, n lemah lembut. Pokoknya dewasa banget." Akhirnya penjelasan meluncur dari mulut Gin.

0oo.Begitu.

Aku manggut-manggut. 

Terus terang, di tengah acara tadi, tak sedikit kasak kusuk di antara undangan. Di antaranya: Masa si pria mau yach.... Dipelet kali.... Karena kasian kali... Hutang budi kali.... Ceweknya orang kaya kali...

Satu sisi, tidak bijaksana, atau lebih tepatnya: sok tahu. Namun di sisi yang lain, pada pendapatku, wajar juga. Soalnya memang ketampanan si cowok sangat menyolok disanding kesederhanaan si cewek.

Sejujurnya di kepalaku tadi juga, menghujam sepotong tanya, why?

Kini terjawab sudah. Selalu ada alasan untuk setiap keputusan.

Aku kagum pada sang pengantin pria. Mendaulatnya sebagai seorang bijaksana. Dan, sebagai seorang yang dilabel beroleh anugerah karena memilki istri yang cantik, sering menepuk dada bangga untuk itu, harus kuakui, daya rekat terkuat adalah kemolekan hati.  

Beruntung pria yang memiliki wanita berhati molek.

Ahh, sekarang, rasa kangen pada istri dan anak-anak yang menghanguskanku.

Submitted by PlainBread on Sun, 2010-05-30 16:16
Permalink

Waktu kemaren saya nikah, sebagian dari keluarga saya bilang saya beruntung dapet istri saya, karena saya sering gonta ganti cewek dan paling bandel di antara keluarga besar. Sementara di keluarga istri, ada yang bilang istri saya beruntung dapat saya karena dia orangnya keras kepala, manja dan paling suka gaya. Kami berdua waktu ngobrolin itu cuma ketawa2 aja.

One man's rebel is another man's freedom fighter

Submitted by SAMMY SIGA on Sun, 2010-05-30 19:29
Permalink

Berarti sama beruntung ya.

Kesan saya (sok tau *mode on*) tentang bro PB n istri begitu. hehehe..

 

 

 

Submitted by PlainBread on Mon, 2010-05-31 00:29

In reply to by SAMMY SIGA

Permalink

Hehehe. Semoga sok tau anda benar. Yah begitulah. Saya rasa tiap2 pasangan yang punya hak dan kewajiban prerogative untuk bisa saling mengenal pasangannya satu sama lain.

 

One man's rebel is another man's freedom fighter

Submitted by Hannah on Mon, 2010-05-31 00:13
Permalink

SS: Beruntung pria yang memiliki wanita berhati molek.

Hannah: Beruntung wanita yang mendapatkan pria yang bisa melihat hati..

"When all think alike, no one is thinking very much." - Walter Lippmann

Submitted by rogermixtin09 on Mon, 2010-05-31 00:34
Permalink

Salam bung Sammy

"Menurut **** (pengantin pria), ****** (pengantin wanita) itu orangnya baik banget. Penuh perhatian, ngemong, n lemah lembut. Pokoknya dewasa banget." Akhirnya penjelasan meluncur dari mulut Gin.

Amsal 31:30  Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.

 

Salam

Submitted by SAMMY SIGA on Mon, 2010-05-31 09:37
Permalink

Hannah: Beruntung wanita yang mendapatkan pria yang bisa melihat hati..

 Roger : Amsal 31:30  Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah         sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.

Sepakat.

Ayo... pria ato wanita single, siapa yang mau beruntung....

 

Tuhan Gembalaku