Submitted by Rya A. Dede on

Memalukan? Memang. Aku malu, setiap kali mengunjungi dokter dan ada tawaran untuk disuntik, aku menggelengkan kepala. Tidak, meskipun diiming-imingi dengan perkataan “supaya lebih cepat sembuh”.

 
Kata Bapak, aku harus disuntik imunisasi TFT. Bagai disambar petir di tengah sawah (entah bagaimana rasanya), aku berteriak. Menolak tanpa pikir panjang. Kujawab dengan seenak udel, “Aku kan sudah bebas rabies!” Tak ada hubungannya! Cuma terpikir tiba-tiba, anjing-anjing liar yang dimusnahkan guna memerangi rabies.
 
Ada bujukan lain dari sampingku, “Nggak pa-pa, nggak sakit kok. Cuma seperti digigit semut.”
 
Digigit semut! Sebelum jarum itu menyentuh kulitku, aku sudah merasa tertusuk sembilu. Tidaaakkk...!
 
Dari sampingku lagi, bujukan itu melanjutkan, “Kenapa kamu takut sakit disuntik? Itu kan cuma sementara. Cuma sebentar. Tapi tujuannya untuk jangka waktu yang lama. Kamu sendiri yang sering bilang, kalau proses itu menyakitkan maka lihatlah tujuannya. Disuntik itu cuma proses. Jangan pikirkan suntiknya, pikirkan tujuannya.”
 
Jangan pikirkan sakitnya, pikirkan jarumnya yang tajam, batinku. Sama saja. Maksudnya, jangan pikirkan jarumnya, pikirkan tajamnya. Walah! Tapi benar juga, kalau jarumnya tak tajam, malah makin sakit. Jadi pikirkan tajamnya, pikirnya sakitnya.... Ampuuuunnn... aku tak tahan. Yang terpikir cuma sakit, sakit dan sakit...!
 
Hmmm, tarik nafas dulu. Baiklah, sekarang pikirkan tujuannya. Aku disuntik supaya aku merasakan sakitnya ditusuk jarum suntik. Lagi-lagi memikirkan sakit. OK, kuulangi. Aku disuntik supaya... supaya... apa? Tak tahu. Yang kutahu, disuntik itu sakit... Ohhh...!!!

 

Submitted by iik j on Wed, 2009-01-28 14:29
Permalink

Dah dari kecil terbiasa dengan jarum suntik

Blas bles,.. blas.. bles... entah udah berapa jarum mampir di pantatku

dari sakit flek paru-paru, infeksi tulang, dan embuh apa lagi... he he he...

praise GOD, sejak bertobat lahir baru semua tinggal hitungan jari.. terakhir kali disuntik karena sakit 1,5 tahun yang lalu. Sekarang sih, 3 bulan sekali... waktu donor darah.

Oya minggu depan aku mau donor darah lho... mau ikutan ga Rya.. ? biar takut sama jarum jadi hilang... blasssssssssss...

 

For to me to live is Christ, and to die is gain.

Submitted by Raissa Eka Fedora on Wed, 2009-01-28 21:31
Permalink

suntik?? whoa... suntik paling menyebalkan waktu ambil darah... karena aku ni ndut [ sebuah pengakuan yang sulit --" ]  jadi susah nemuin nadinya.. blas bles blas bles bolak balik akhirnya gak jadi!! urgh..

apalagi waktu mamiku nyari pengobatan buat tulangku yang patah... jarumnya banyak.. udah itu di-kop lagi.. kacau... bukannya sembuh mlah tambah gak bisa duduk....

suntik paling enak waktu praktek biologi.. bles...

nanti mau ada praktek lagi, tante mau ikut??

-anak kecil berbicara, didengarkah?-

Submitted by Rya A. Dede on Thu, 2009-01-29 07:34

In reply to by Raissa Eka Fedora

Permalink

Raissa, waktu ada praktik nge-tes golongan darah, aku sudah menyediakan jariku untuk ditusuk. Tapi entah kenapa, jariku yang mulai kapalan itu tak juga mengeluarkan darah.

Kalau disuruh lagi, hmmm, berani nggak ya?

Submitted by hai hai on Wed, 2009-01-28 22:11
Permalink

Tiba-tiba rasa dingin itu menyerang, kemudian, blesh, seprti gigitan semut. Sesederhana itulah rasa disuntik. Namun herannya sangat menakutkan. Sudah beberapa bulan seharusnya saya menambal gigi yang bolong, namun sampai hari ini belum terlaksana karena, takut sama jarum suntik

Ha ha ha ... ternyata nggak sendirian tho?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by Liesiana on Thu, 2009-01-29 10:50

In reply to by hai hai

Permalink

Bengcu hai, kau harus cepat-cepat ke dokter gigi untuk menambal gigimu yang bolong, karena kalau tidak bolongnya tambah guede, dan gigimu bisa tidak terselamatkan alias harus dicabut. Sayang khan gigimu kalau harus dicabut.

Submitted by Raissa Eka Fedora on Wed, 2009-01-28 22:25
Permalink

lho.. kirain sama pengkhotbah alam roh aja nggak takut... yang pake ilmu sana sini, sampe operasi gaib aja berani, ternyata takut sama jarum suntik..

tak pernah terpikirkan tuh

-anak kecil berbicara, didengarkah?-

Submitted by noni on Thu, 2009-01-29 10:36
Permalink

Dari jaman dulu sampai sekarang entah kenapa jarum suntik yang mungil tengil itu selalu saja sukses membuat saya berkeringat dingin. 

Di tempat saya bekerja, kebetulan saya mendapat kesempatan untuk jadi petugas yang menangani kasus Flu Burung. Nah, untuk tindakan preventif, di awal tahun, para petugas disuntik (imunisasi) dengan vaksin anti flu. Sebenarnya niat hati ingin menolak, tapi apa daya tak kuasa 

Kebetulan saya perempuan sendiri dalam tim yang berjumlah 8 orang tersebut. Karena badan saya gede dan punya pembawaan kayak cowok, orang-orang pikir jarum suntik tidak menjadi masalah buat saya. Tapi mereka SALAH!! Saya takut disuntik.... Ketika tiba giliran, yang ada tangan saya keringetan dan grogi yang selalu saja datang tiap bertatapan dengan jarum suntik kembali menghinggapi saya. Dan blus...cuma sepersekian detik jarum itu "menyentuh" saya dan sakitnya nggak seberapa. Tapi kenapa tiap kali moment disuntik tiba, saya selalu merasa takut lagi...? Entahlah... Tiap mau donor darah, juga selalu grogi liat jarumnya yang gede, tapi ya besoknya pas tiba waktunya donor saya datang lagi...

Yang paling lucu ketika saya kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Karena luka tidak terlalu parah, saya tetap sadar ketika di bawa ke UGD. Ketika luka selesai dibersihkan, dokter menyarankan saya untuk disuntik supaya mengurangi pegal-pegal yang akan timbul keesokan harinya. Serta merta saya menolak, tapi bulik yang kebetulan ikut masuk ke ruang UGD memaksa saya untuk menerima suntikan tersebut. Wah...jadilah (maaf) pantat saya ditusuk jarum suntik...

Dan..gak tau kenapa juga saya nggak kapok akupuntur, meski tiap kali selalu grogi juga lihat jarumnya...(hehe, maklum lagi niat banget ingin nurunin bobot badan yang semakin hari semakin tak terkontrol lewat terapi akupuntur).

Mungkin orang Jawa bilang : "kapok lombok" untuk kasus saya ini. Takut jarum (disuntik) tapi ya besoknya masih diulang lagi...(karena kebutuhan dan keadaan yang membuat saya "mau" disuntik lagi)

Submitted by Rya A. Dede on Thu, 2009-01-29 12:09

In reply to by noni

Permalink

Noni, meskipun kamu bilang takut, tapi nyatanya kamu masih mau menerima suntikan. Kalau aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya! Aku perlu belajar dari kamu nih...

Submitted by Ari_Thok on Thu, 2009-01-29 16:14
Permalink

Pada umumnya sih disuntik buatku gk masalah, gak takut. Kalau kuhitung kayake gak sampe 10 kali disuntik sampai saat ini. Cuma ada satu kasus yang bikin aku deg-degan, waktu itu pas sakit demam, muntah dan sakit perut (mansur2), parah pokoknya, dan ini dokter yg kedua yang nangani karena yang pertama gagal. 

Proses suntik biasa saja, mak cus .. tapi mungkin aku terburu-buru untuk segera bangun dan menuju kursi. Tahu-tahu kaki sebelah rasane "njarem" banget, dan buat jalan sempoyongan, kayak lumpuh sebelah. Duh ... sempet deg2an waktu duduk dan ngomong sama dokter soal resep, dalam hati berpikir semoga tidak apa-apa, tidak lumpuh. 

Pulang naik becak masih sama. Tapi bersyukur sampai rumah dah normal lagi jalannya, Ugh... kali lain (semoga sih gak sakit lagi) habis suntik harus berbaring dulu sampai sakitnya hilang ... heheh .. 

*yuk comment jangan hanya ngeblog*


*yuk ngeblog jangan hanya comment*