Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Yesus sebagai Placebo
Sudah lama mempertanyakan mujizat kesembuhan oleh beberapa hamba Tuhan, terutama setelah mendengar mereka yang sembuh sebagian hanya mengalami 'kesembuhan sesaat'. Harus kuakui, ada juga yang benar-benar sembuh. Tetapi bukan ini yang kupermasalahkan, melainkan kesan akhir orang terhadap Yesus. Ia menjadi sekedar pribadi yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Satu tingkat di atas pengobatan alternatif.
Kembali ke dua ribu tahun lalu, orang banyak yang mengikuti Yesus waktu itu juga menganggap Dia hanya sekedar pemimpin yang punya kemampuan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi serta memberi makan gratis.
Aku memulainya dengan ceritaku dulu:
***
Rasanya tidak puas sebelum menggenggam secarik kertas berisi tulisan yang lebih jelek cakar ayam. Ya, hari ini aku datang ke RSUD ini untuk sebuah surat jaminan kesembuhan. Penampilan dokternya cukup menyakinkan. Ketika aku berkata sakit tenggorokan, ia langsung memasukan sebatang logam yang pasti sudah disterilkan ke mulutku. Berkata: "Wah.. radang!" Aku senang karena ia tahu aku kena radang tenggorokan, artinya ia tahu pekerjaannya. Dua minggu batuk-batuk dan tadi malam akhirnya muntah lalu mengeluarkan ludah berwarna merah, membuatku mencurigai sebuah radang tenggorakan. Senang berada di tangan dokter yang tahu pekerjaannya.
Liburan yang seharusnya kuisi dengan berbaring seharian di depan televisi akhirnya berantakan. Bahkan 'seseorang' yang mengantarkupun melakukannya dengan sedikit mengomel. Sudah lama aku disuruh periksa ke dokter, tetapi aku malas dan berharap bisa sembuh sendiri. Seperti bangkai tikus yang baunya akhirnya hilang sendiri setelah tiga minggu.
Setelah antri, bersyukur dipanggil ke sebuah ruangan khusus. Bukan ke bangsal seperti yang kukira sebelumnya. Ada sebuah ruangan cukup besar di depanku, penuh perawat menonton dokter memeriksa para pasien. Mereka pasti sedang belajar praktek. Juga bersyukur tidak harus duduk di kursi kayu berhadapan dengan petugas kesehatan yang juga duduk berderet, masing-masing memeriksa seorang pasien. Ya, aku beryukur bisa duduk di kursi seperti di ruangan dokter gigi.
Tidak butuh waktu lama untuk mengetahui dokter ini bisa kuandalkan. Pertanyaannya cukup teliti dan tepat sasaran serta cerdas. Seperti bertanya sejak kapan mulai batuk. Padahal aku tidak bercerita tentang batuk yang sudah berlangsung dua minggu. Lalu bertanya apakah sulit bernafas? Aku bilang ya. Aku tidak perlu bercerita setiap malam hidungku tersumbat sehingga terpaksa bernafas dengan mulut, bernafas di atas bantal yang setahun tidak dijemur. Apakah demam? Aku bilang sejak kemarin mulai pusing. Aku lupa bilang pusing ini awalnya aku pikir muncul karena minggu terakhir sedikit terlalu memaksa kepala bekerja lebih dari biasanya.
Lalu pak dokter menulis di kertas ajaibnya. Aku lalu antri di apotik rumah sakit. Tidak seperti yang kusangka, biayanya 150 ribu. Setelah memeriksa isi dompet -- tanpa memeriksa isi dompetpun aku sebenarnya sudah tahu uangnya kurang -- bertanya apakah ada obat generiknya? Petugas berkata, tetap memakai mikrofon, generik semua! Tetapi satunya tidak punya obat generik. Dalam hati aku harus mengakui senang juga ada obat paten di resepku. Aku tanya ATM di mana? Di depan, katanya, tetap dengan mikropon di mulut. Lalu melanjutkan tanpa mengurangi volume pengeras suara, ambil uang dulu tidak apa-apa.
Siangnya, minum obat, lalu tidur. Ketika bangun terasa tenggorokan sangat ringan. Pusing-pusingnya masih ada, tetapi sudah tidak masalah karena aku tahu penyebab pusing-pusing ini. Pengalaman hari ini yang membuatku teringat sesuatu, sebuah istilah yang tidak ada hubungannya dengan sakit yang kualami. Tetapi rumah sakit, menerima resep dan insiden mikrofon di apotik membuatku teringat satu hal, hanya satu kata: placebo
***
Bentuk dan ukurannya tidak berbeda dengan pil biasa, fungsinya juga sama, sebagai obat, obat penyembuh. Tetapi dari segi kandungan isi, pil ini sesuatu yang kemungkinan besar hanya mengandung gula. Namanya placebo.
Ide penggunaan pil ini sudah muncul sejak lama, setelah dokter tahu kertas resep kadang-kadang merupakan suatu yang penting dalam proses penyembuhan pasien. Setelah mereka belajar kebanyakan pasien lebih tenang kalau sudah menggenggam secarik kertas yang sudah dicakar ayam. Para dokter ini juga telah belajar dalam proses penyembuhan, kadang-kadang yang diperlukan hanyalah sebuah kepercayaan dari pasien.
Ada sebuah ungkapan, 'segelas air putih di tangan seorang dokter ternama bisa menjadi obat'. Ini muncul bila ada rasa percaya dalam diri seseorang akan kemampuan seseorang untuk menyembuhkannya. Kepercayaan yang tidak akan muncul begitu saja. Pasien kemungkinan akan meragukan dokter yang datang ke tempat praktek naik becak, atau memakai sandal jepit yang sudah begitu menipis. Pasien juga sulit mempercayai dokter bertubuh kurus kerempeng karena kekurangan gizi.
Placebo, sebuah kata kerja Latin yang artinya "Saya akan menyenangkan" (I will please). sebuah obat tiruan. Berbentuk tablet atau pil, atau cairan, atau bentuk-bentuk lainnya. Sebuah obat yang sebenarnya tidak ada khasiat khusus di dalamnya kecuali untuk menipu pasien.
Bagaimana obat 'palsu' ini bisa memberi kesembuhan, masih menjadi bahan penelitian. Hanya saja, sepertinya para dokter sepakat placebo tidak bekerja begitu saja dengan sendirinya, tetapi lebih mengarah ke sebuah proses. Proses yang dimulai dengan adanya kepercayaan pasien terhadap dokternya.
nilna iqbal, seorang blogger yang tulisannya bisa kupercayai, dalam salah satu artikel blognya berkata:
Placebo memang tidak akan berhasil dalam semua keadaan. Kemungkinan penggunaan yang berhasil berbanding langsung dengan sifat hubungan pasien dengan dokternya. Sikap dokter terhadap pasien; kemampuannya untuk meyakinkan pasien bahwa ia tidak sedang dianggap enteng; keberhasilannya mendapat kepercayaan penuh dari pasien-semua merupakan faktor vital bukan hanya dalam memaksimalkan daya guna placebo, tetapi dalam pengobatan terhadap penyakit pada umumnya. Dalam hal tiada hubungan erat antara dokter dan pasien, penggunaan placebo mungkin tak banyak gunanya atau prospeknya. Dalam arti ini, dokter itu sendiri merupakan placebo yang paling kuat.
Ia melanjutkan, placebo, beberapa orang menganggapnya sebagai obat yang tidak berbahaya. Tetapi sebenarnya tetap saja ada efek-efek negatif. [Sama seperti setiap obat pasti punya efek samping]. Placebo katanya untuk beberapa kasus tertentu menimbulkan rasa mual, pusing dan jantung berdebar-debar. Juga kadang-kadang menimbulkan gatal-gatal. Dan masih banyak efek negatif lain.
***
Sekali lagi, placebo merupakan sebuah obat yang sebenarnya tidak mengandung bahan-bahan khusus dengan khasiat tertentu. Hanya sebuah obat yang diberikan dengan memberi keyakinan kepada si sakit bahwa obat tersebut manjur dan bisa menyembuhkannya. Dengan kata lain, sebelum memberi placebo, si dokter harus tahu si pasien sudah mempercayainya.
Sepertinya, para 'penyembuh' yang tidak mengenyam bangku kuliah kedokteran banyak memanfaatkan efek ini. Placebo mereka bukanlah pil putih bergula, melainkan keris, kemenyan, batu akik, juga suasana magis. Semakin keras bau kemenyan atau semakin bergetar keris, maka semakin tinggi keyakinan pasien terhadap kemampuan sang dukun untuk menyembuhkannya.
Tiba-tiba saja aku terpikir, mungkinkah beberapa orang menggunakan Yesus yang disalib itu hanyalah sebagai sebuah placebo?
Kita lihat sebuah contoh kasus, seorang dalam KKR menyembuhkan banyak orang, tetapi ternyata tidak semua. Beberapa orang tetap pulang dengan penyakit masih melekat. Lalu si penyembuh berkata, "Kamu tidak sembuh karena kamu tidak percaya bahwa kamu bisa disembuhkan."
Ini sama seperti placebo yang tidak berlaku ketika pasien tidak mempercayainya dokternya.
Bukan berarti aku tidak percaya pada mujizat kesembuhan. Tidak ada yang bisa membantah Yesus melakukan banyak penyembuhan dalam pelayanan-Nya di dunia ini. Tetapi tidak ada catatan bahwa Ia gagal menyembuhkan seseorang karena orang tersebut tidak punya iman. Juga para murid-Nya tidak pernah berkata, "Maaf, kamu tidak sembuh karena kamu tidak percaya kami bisa menyembuhkanmu!"
Mungkinkah beberapa orang telah menggunakan Alkitab, salib, bahkan Yesus itu sendiri hanya sebagai sebuah placebo?
Menurutku, ketika seseorang hanya menekankan pemberitaan tentang Yesus dengan datang dari kota ke kota untuk memberi mujizat kesembuhan, dan berkata kalau satu dua orang tidak sembuh karena mereka tidak punya iman, ada kemungkinan ia berkata Yesus mati di kayu salib supaya bisa menjadi placebo, menggantikan pil-pil gula.
- anakpatirsa's blog
- 6261 reads
Cara Berpikir / Mindset yang diubahkan
Mengapa ya tidak semua disembuhkan?
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
Yesus bukan placebo
Makin Kurang Ajar
Tentang 10 orang kusta yang disembuhkan..
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
Efek Placebo
Tubuh manusia adalah MUJIZAT, setiap orang yang mempelajarinya akan mengakuinya baik dia Kristen maupun bukan. Tubuh manusia itu jauh lebih CANGGIH dari yang kita ketahui tentangnya. Sebagai orang yang takut tinggi dan darah, saya beberapa kali melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak akan mampu saya lakukan dalam keadaan normal. Misal, saya pernah berdiri di tepi jurang yang dalamnya 700M lebih tanpa rasa takut kerena ingin menolong teman yang terperosok dan hampir jatuh. Saya menolong orang yang berlumuran darah dengan tenang. Dengan latihan yang benar dan teratur tubuh manusia sanggup menerima pukulan dengan kekuatan 5000 kg tanpa terluka.
Otak manusia adalah pusat pengendalian tubuh manusia, otak mampu memerintahkan tubuh untuk melakukan hal yang jauh melampaui yang kita sangka. contoh, ilmu kedokteran sering menemukan wanita-wanita yang percaya dirinya hamil. Perut mereka membesar seperti orang hamil dan mereka mengalami semua gejala yang di alami orang hamil, namun mereka tidak hamil sama sekali. Demikian juga dengan obat-obat palsu yang sebenarnya hanya gula dapat menyembuhkan penyakit karena orang-orangnya percaya bahwa itu obat.
Namun efek placebo itu sifatnya sementara atau hanya menunjukkan gejala semata-mata. Dalam Kebaktian Kebangunan Rohani efek placebo itu sering terjadi. Ilmu kedokteran menyebutnya sebagai efek dari hormon. Menurut pengataman saya, yang paling sering terjadi adalah mereka yang duduk di kursi roda karena penyakit osteophorosis (keropos tulang) dan asam urat serta kencing manis dan stroke. Mereka mampu berjalan dan hal itu dianggap mujizat. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah mereka memiliki kekuatan lebih dari biasanya dan sanggup menahan rasa sakit lebih dari biasanya (batas ambang sakitnya meningkat). Namun ketika mereka pulang, beberapa saat kemudian efek itu hilang sehingga mereka kembali ke kondisi semula.
Dalam mujizat-mujizat kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, yang MENENTUKAN adalah Yesus, bukan iman si sakit atau orang-orang di sekitarnya. Begitupun dengan mujizat kesembuhan yang dilakukan oleh para rasul, yang MENENTUKAN adalah para rasul itu sendiri, bukan iman dari si sakit atau orang-orang di sekitarnya. Baik Yesus Kristus maupun para rasul tidak BERUSAHA membangkitkan SEMANGAT atau KEYAKINAN si sakit bahwa dia akan SEMBUH.
Ketika Yesus Kristus menyatakan SEMBUH maka orang itu langsung sembuh begitupun dengan para rasul, iman dari si sakit bukan hal yang menentukan dia sembuh atau tidak sembuh namun KARUNIA Allah yang disampaikan oleh Yesus Kristus maupun para rasul.
Ketika Almarhum adik saya sedang mengandung 7 bulan dan menghadapi maut (koma) karena sakit LSE, pada saat itu dokter menyatakan bahwa satu-satunya harapan agar adik saya hidup adalah dengan makan obat-obat keras yang pasti akan membunuh janinnya. Saat itu saya bergumul dalam kepasrahan kepada Allah dan walaupun saya tidak yakin namun tiba-tiba saya merasa dia tidak akan mati begitupun janinnya. Sebagai anak anak sulung saya mengambil keputusan untuk mengizinkan dokter memberikan obat yang mereka maksud karena pada saat itu orang tua dan suaminya tidak berani memutuskan. Saat itu saya katakan, "Dia akan bertahan begitupun janinnya, bila janinnya tidak sanggup menghadapi obat maka dia tidak akan sanggup menghadapi hidup."
Dokter memberi obat malam itu dan beberapa jam kemudian kondisi adik saya membaik, dua hari kemudian dilakukan pemeriksaan ternyata janinnya sehat. Namun dokter-dokternya walaupun heran dengan hal itu tetap mengingatkan bahwa kemungkinan besar janin itu akan lahir sebagai anak cacat.
Ketika hendak melahirkan, saat itu kondisi adik saya kembali memburuk dan ketika lahir bayinya tidak bernafas selama 3,5 menit. Saat itu saya berdiri di luar ruangan dan mendengarkan percakapan para dokter dan suster. Berdasarkan pengetahuan saya, saya yakin ponakan saya itu akan mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya, apabila dia sanggup memasuki umur 14 tahun maka semuanya baik-baik saja namun 3,5 menit tanpa oksigen, berarti terjadi kerusakan otak.
Secara akal adalah mustahil bagi ponakan saya untuk baik-baik saja, secara keyakinan (iman) saya ragu, namun saya merasa (perasaan), mungkin inilah yang dimaksudkan dengan bisikan Allah? Dia akan baik-baik saja. Sejak lahirnya saya selalu berdoa diam-diam sendiri tanpa berani menyatakannya kepada orang lain untuk keponakan saya itu. Adik saya sudah meninggal karena LSE dan ponakan saya sudah sekolah SMA, dia selamat walaupun saya meragukannya dan selama bertahun-tahun meragukannya.
Bukan iman saya yang membuat adik dan ponakan saya bertahan, namun karena Allah dengan caranya yang unik memberitahu saya dan saya memberitahu yang lainnya dan hal itu terjadi.
di penghujung hidupnya adik saya masuk rumah sakit, saat itu kami punya uang dan saat itu kami yakin dia akan bertahan lagi. 10 hari sebelum dia meninggal tiba-tiba saya tahu dia akan meninggal pada hari lahirku menurut kalender Tionghua, Sincia (tahun baru imlek). Saya memberi tahu hal itu kepada dua orang teman saya namun tidak berani memberitahu orang tua dan adik-adik saya serta keponakan saya. Menurut keterangan dokter mustahil adikku bertahan 10 hari. Waktu itu saya bilang kepada keluarga besar kami, "Ada hal yang harus diselesaikan oleh adik saya, sebelum dia menyelesaikannya, dia tidak akan mati.
Adik saya meninggal pada saat kondisinya membaik dan kami sepakat merayakan Sincia di rumah sakit. Apabila saya percaya dengan hal yang tiba-tiba saya tahu bahwa adik saya akan meninggal pada hari lahirku, sincia, saya pasti memenuhi kerinduannya untuk makan nasi padang, namun saya yakin (beriman) dia akan bertahan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
ejakulasi dini? :-)
tulisan yang 'menggairahkan' untuk dibaca, cuma kurang satu hal: kurang panjang!!! kurang lama!!!
kecepetan abisnya ;-)
EDI?
Klo panjang-panjang nanti dibilang bikin blog di dalam blog?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
ge-er-an ihhhhh..... :-p
Klo panjang-panjang nanti dibilang bikin blog di dalam blog?
yah ge-er lo om, gue lagi ngomongin tulisan si anakpatirsa, bukan soal comment lo :p
hahahahaha..... :D
Buat yang Ge-eran
Klo Gak Ge eR
Klo gak GR mana bisa bikin orang ketawa den?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Kemurahan dan Iman
Syalom semuanya,
Saya ingin berkomentar khususnya dengan apa yang disampaikan oleh Pak Hai-hai tentang mujizat kesembuhan.
Pak Hai-hai menyampaikan " Dalam mujizat-mujizat kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, yang MENENTUKAN adalah Yesus, bukan iman si sakit atau orang-orang di sekitarnya. Begitupun dengan mujizat kesembuhan yang dilakukan oleh para rasul, yang MENENTUKAN adalah para rasul itu sendiri, bukan iman dari si sakit atau orang-orang di sekitarnya. Baik Yesus Kristus maupun para rasul tidak BERUSAHA membangkitkan SEMANGAT atau KEYAKINAN si sakit bahwa dia akan SEMBUH.
Pertama, saya setuju bahwa semua mujizat kesembuhan yang menentukan adalah Yesus dan saya menyebutnya kemurahan Tuhan.
Kedua, disamping itu, dalam beberapa kisah tentang melakukan mujizat penyembuhan yang dicatat di Alkitab, Yesus berkomentar tentang iman, dengan perkataan-perkataan antara lain seperti berikut "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya" (Mat Psl 8) dan dibagian lain, Yesus berkata "hai ibu besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki" (Mat Psl 15). Oleh karenanya, saya melihat dalam beberapa kejadian seperti di dalam Mat Pasal 8 tersebut, disamping memberi kemurahan dengan melakukann mujizat penyembuhan, Yesus juga menghargai dan memperhitungkan iman dari orang-orang yg meminta kesembuhan, entahkan orang yang meminta kesembuhan itu adalah si penderita penyakit ataupun orang yg meminta kesembuhan itu mewakili si penderita penyakit.
Ketika membaca Firman Tuhan pada bagian dimana Yesus melakukan mujizat penyembuhan dengan mengomentari iman si sakit ataupun iman seseorang yang mewakili si sakit, saya memperoleh pengajaran bahwa Yesus ingin saya memiliki iman bukan hanya untuk memperoleh kesembuhan, tapi lebih dari itu untuk mempercayai Dia sebagai Tuhan (ini yang terpenting), sekalipun misalnya penyakit kita tidak disembuhkan. Jadi iman kita adalah untuk tetap percaya kepada Yesus, apapun yang terjadi dengan diri kita dan juga apapun persoalan yang kita hadapi serta apapun jawaban Tuhan terhadap permohonan kita termasuk dlm hal sakit penyakit, entahkah kita disembuhkan ataupun tidak disembuhkan.
Kemudian kalau seseorang telah memelihara iman kepada Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh tapi tidak memperoleh apa yg diharapkannya misalnya mujizat kesembuhan dari penyakit ataupun pergumulan lainnya, maka saya percaya itu terjadi karena Tuhan mau memberikan yg lebih baik bagi mereka yaitu tanah air sorgawi.
Ibrani pasal 11, bercerita tentang saksi-saksi iman yg diantaranya ada yg memperoleh janji (berupa pertolongan Tuhan dll) semasa hidup di bumi ini namun ada pula yg dikatakan tidak memperoleh apa yg dijanjikan semasa mereka hidup di bumi yg sekarang ini.
Saya ingin bersaksi mengenai sepupu saya, seorang perempuan yg meninggal di usia sekitar 25 tahun. Awalnya, dia adalah orang yang sangat mengasihi Tuhan namun sempat terjerumus pemakaian narkoba akibat pengaruh teman dan pacarnya selama beberapa tahun. Sekitar 6 bulan sebelum kematiannya, sepupu saya ini bertobat sungguh-sungguh dan keluarga besar kami mendoakannya dan bahkan yakin bahwa dia akan disembuhkan oleh Tuhan Yesus.
Hingga menjelang kematiannya, sepupu saya tidak pernah mengeluh akan sakit yg dialami akibat ketagihan narkoba tersebut (kalau tdk salah istilahnya sakau ya) dan selalu berkata bahwa apapun yang terjadi, Tuhan selalu akan memberikan yang terbaik bagi dia. Sampai hari ini, apabila saya teringat akan sepupu saya tersebut, serta meningat imannya yang teguh dalam menjalani hari-hari terakhirnya, maka man saya semakin dikuatkan.
Dalam hal ini, saya percaya sepupu saya sudah mendapatkan apa yg lebih baik dari yang pernah kami minta kepada Tuhan untuk dia.
Tuhan Yesus memberkati kita.
Sola Gratia
Sola Gratia
Istilah Placebo
mana yang bener
We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa
Non, Lagi Gemes Ya?
Nona,
kamu lagi gemes atau lagi kasmaran?
Kamu gemes karena kasmaran?
Kamu gemes karena kasmaran?
kamu kasmaran karena gemes?
kamu kasmaran karena gemes?
Kamu lagi-lagi gemes lan kasmaran?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Anakpartisa : Psikosomatis?
Menggigit