Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
TOPENG
Ada yang pernah menonton acara reality TV show King of Mask Singer? Jika pengen tahu, cari saja di youtube (bukan bermaksud mau promosi). Acara ini dibuat pertama kali dari Korea, hari Senen minggu yang lalu, saya secara tidak sengaja menonton acara ini untuk penyanyi mandarin, di salah satu channel TV China, sekarang menjadi salah satu acara TV reality show yang saya sukai, disamping Master Chef USA. Perbedaan acara ini dengan acara reality show nyanyi lainnya, seperti American Idol, The Voices etc, penyayi di acara ini adalah benar-benar seorang artis penyanyi yang sudah dikenal, hanya penyanyi tersebut harus mengenakan topeng beserta nama julukan, tentunya yang sesuai dengan topeng yang mereka kenakan. Kualitas penyanyi tersebut dinilai hanya berdasarkan dari jumlah vote yang didapat dari penonton, judges di acara ini hanya sekedar memberikan komentar ataupun menebak siapa penyanyi dibalik topeng tersebut.
Dugaan saya, karena pesertanya adalah penyanyi yang dikenal, yang mungkin sudah mempunyai fans nya sendiri, supaya tidak bias atau favoritism, maka digunakan topeng, bahkan suara pada waktu berbicarapun dirubah, sehingga penonton hanya menilai kualitas suara dan performance penyanyi tersebut. Hampir mirip dengan itu, di babak awal acara The Voices, judges membelakangi penyanyi, tidak bisa melihat muka dan bentuk fisik penyanyi, sehingga pemilihan murni berdasarkan dari kualitas suara. Sedangkan di sisi penyanyinya, dengan mereka memakai topeng, mereka menjadi bebas berekspresi, membuat eksperiment/improvisasi di dalam lagu yang mereka nyanyikan, keluar dari pakem aliran musik yang biasa mereka nyanyikan, mereka tidak mempunyai beban dengan nama mereka yang dikenal sebelumnya.
Topeng dapat menghidarkan orang dari bias dan favoritism, tetapi di sisi yang lain topeng bisa merubah orang tersebut menjadi sosok figur yang lain, yang tidak dikenal, saya jadi ingat di salah satu kotbah seorang pendeta beberapa tahun yang lalu di GPO (Gereja Presbyterian Orchard), di dalam kotbah pendeta tersebut menegur banyak orang Kristen yang secara sadar ataupun tidak sadar, memakai topeng pada waktu datang ke gereja, bukan itu saja bahkan orang Kristen mungkin saja mempunyai beberapa topeng, satu untuk di gereja, satu untuk di kantor, satu untuk di rumah dll, zaman sekarang ini bertambah 1 category lagi, topeng di dunia maya, bisa di blog, facebook dll. Saya rasa jika sampai seperti itu maka kehidupan orang Kristen tersebut akan berada di atas sebuah panggung sandiwara, ahhh... tidak heran lagu Panggung Sandiwara yang dinyanyikan Akhmad Albar menjadi sangat terkenal dan disukai oleh banyak orang, karena liriknya mengena di hati kebanyakan orang.
Saya tidak (berani) mengatakan memakai topeng sama dengan munafik, karena ada banyak faktor yang akhirnya membuat kita terpaksa memakai topeng tersebut, salah satunya adalah pendapat kebanyakan orang, yang akhirnya kita (terpaksa) mengikuti, walaupun sebetulnya kita tidak begitu menyukainya, contoh yang simple misalnya dalam hal berpakaian di gereja, pada saat acara persekutuan (bukan ibadah/bertugas) atau acara non formal, ada sebagian orang yang tetap tidak bisa menerima seorang Pendeta atau Penatua atau Majelis berpakaian casual seperti kaos tshirt, jeans dll. Selain faktor orang-orang luar dan lingkungan yang membentuk topeng tersebut, bisa juga karena faktor dari dalam orang itu sendiri, yang mempunyai masalah ataau dalam pergumulan, bisa masalah rumah tangga antara suami istri atau orangtua dengan anak, masalah teman hidup, pekerjaan dll, tetapi di gereja yang kelihatan orang itu tetap ceria, aman sentosa, damai dan tentram, buat saya faktor ini lebih penting, harus segera ditangani sebelum meledak, atau jika sudah terjadi harus diselesaikan. Sulitnya faktor dari dalam ini mungkin tidak disadari orang tersebut, ataupun jika sudah menyadari, kesulitan mencari orang yang bisa dipercaya untuk membantu menyelesaikan masalahnya, selain itu bisakah komunitas gereja menerima itu dan tidak menjadikan sebuah bahan gosip?
Sejujurnya saya sendiri pengen jadi apa adanya dengan diri saya (jadi ingat lagu Just As I Am), manusia yang masih bisa jatuh berbuat dosa, mempunyai keluarga yang tidak sempurna (tidak ideal), kadang masih membentak anak-anak supaya mereka membuat homework, tidak bermain HP/Ipad, kadang masih bisa ngambek dengan istri, bisa cape, jenuh dan bosen, bisa kecewa, bisa marah, bisa berasa sendirian dll. Sulitnya tidak semua orang bisa menerima hal itu, umumnya orang mempunyai anggapan jika sudah memegang jabatan majelis, apalagi kalau sudah menjadi penatua, atau bahkan pendeta, diibaratkan seperti manusia yang sempurna, yang tidak mempunyai kekurangan, jadi tidak heran semakin tinggi posisinya, semakin rawan terjebak untuk memakai topeng tersebut.
Kembali ke acara reality TV show "King of Mask Singer", di dalam setiap episode ada 6 penyanyi yang diadu secara berdua, pemenangnya (3 orang) akan diadu lagi, hingga mendapatakan 1 pemenang, pemenang di dalam episode diharuskan menanggalkan topengnya. Setiap penyanyi hanya diberikan kesempatan 2 kali kalah, jika kalah lagi untuk ke tiga kalinya, maka keluar dari kompetisi ini, penyanyi yang kalah keluar dari kompetisi ini, diberikan kebebasan dan diberi waktu 1 menit, untuk memutuskan apakah akan keluar menghadap penonton dengan menanggalkan topengnya atau pergi meninggalkan kompetisi ini tanpa diketahui identitasnya. Di dalam 2 episode yang saya lihat, ada 1 penyanyi yang kalah pergi meninggalkan kompetisi tanpa menanggalkan topeng, tetapi ada juga 1 penyanyi yang kalah, berani menanggalkan topengnya untuk dikenal penonton.
Sebagai seorang penyanyi yang sudah terkenal, jika kalah dan harus menanggalkan topengnya, dikenal oleh para penonton, butuh sebuah keberanian yang besar, sebuah hati yang lapang dada, sebuah hati yang rendah hati dan mau menerima kekalahan seperti itu, menanggalkan harga dirinya sebagai penyanyi terkenal, sungguh bukanlah suatu hal yang mudah. Harga diri memang penting, tetapi tidak setiap kali harga diri harus dipegang terus menerus, ada kalanya kita harus merendahkan diri, bukankah sekitar 2000 tahun yang lalu, Tuhan Yesus sudah mencontohkan hal itu, Dia yang adalah Allah pencipta, yang Maha Besar dan Maha Agung, tetapi mau menanggalkan semuanya itu, untuk menebus kita semua, jadi rasanya akan aneh sekali jika kita yang sudah ditebus, tapi masih kekeh memegang terus menerus harga diri kita.
Oleh karena itu, saya suka dengan seorang tokoh alkitab, dia seorang gembala, seorang raja, seorang penyanyi, pemain musik, seorang seniman, dia mempunyai kelemahan, jatuh dalam dosa yang fatal, keluarganya boleh dikatakan berantakan, karena anaknya memberontak, berencana mengkudeta merebut takhtanya, bahkan mau membunuh dia. Di dalam keadaan dia yang tidak sempurna, tetapi toh Tuhan tetap mengasihi dia, bahkan nama dia yang sering disebut sebagai leluhur Tuhan Yesus, semuanya anugerah Tuhan semata di dalam keseluruhan hidup dia, jadi belajarlah dari tokoh tersebut, seorang manusia biasa yang penuh kekurangan, tetapi di dalam kekurangan dia, pada saat dia jatuh, ditegur dengan keras, dia tidak memegang harga diri sebagai seorang raja, tetapi dengan rendah hati mengakui datang kepada Tuhan.
Singapore 10 Aug 2015.
Note: Tulisan ini juga terinspirasi dari tulisan PlainBread di Sabda Space dengan judul "Persepsi", hanya bedanya tulisan Persepsi, yang dibahas adalah kita sebagai manusia di dalam memberikan penilaian/respon terhadap seseorang/sesuatu, sulit terlepas dari persepsi, jika kita sudah mempunyai persepsi yang jelek terhadap seseorang/suatu hal, maka respon/penilaian kita akan menjadi negatif. Sedangkan di tulisan saya ini, yang dibahas adalah sebaliknya, orang memakai topeng untuk memberikan persepsi yang positif bagi orang lain. Semoga di ulang tahun Sabda Space yang ke 8 ini, penulis-penulis lama kembali menulis.
- yujaya27's blog
- Login to post comments
- 4597 reads
@yujaya : bagus alarmnya masih hidup dan berfungsi
salam kenal ya.
menurut saya sih, ya karena memang kita masih hidup dalam tubuh maut ini. jadi masih harus berjuang. sampai mati.
justru bagus kalau kita masih merasa munafik dan pakai topeng, banyak orang yang sudah kehilangan alarm bahwa mereka masih munafik dan pakai topeng, akhirnya jadi kebas dan gak tahu arah.
ya terus saja terbuka sama TUHAN, walaupun kita gak bisa menutup nutupi sebenarnya. tapi banyak orang merasa bisa menyembunyikan sesuatu dari TUHAN.
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
@JF: Salam kenal juga
Tq :)
Kalo masih ada alarmnya dan berasa, itu tandanya Tuhan masih menegur dan mengasihi.
Salam
yahya