Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

semoga masih ada suatu saat, Ren...

iik j's picture

Kesan pertama aku melihatnya: yaaaa... untuk ukuran dunia jelas ne’ manusia dikategorikan "tampan”, modis, bodi mantap, dan hemmmm... wangi!! Keren pokoknya.... He he he... tapi aku ’kok’ merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya entah apa.

***

Kami bertemu tanpa sengaja, aku mengajaknya berkenalan, ketika melihatnya ”bengong dengan muka aneh” sore itu di sebuah Mall di Semarang. Butuh waktu beberapa saat hingga dia bisa percaya padaku (karena tampilanku jelas aja berbanding terbalik dengannya... ha ha... konyol dan kadang cuek banget!). Ternyata Tuhan mempertemukan kami di saat yang benar-benar ”TEPAT”. Disitulah dia bercerita tentang ”dia yang sebenarnya”.

“Aku sudah sangat berdosa, kayaknya Tuhan nggak mungkin bisa maafkan aku lagi” katanya pelan.

“Oke Rendi, kamu bisa ceritakan kepadaku apa yang telah terjadi”

“Empat tahun yang lalu aku aktif melayani Tuhan, aku hidup serius untuk Dia, tetapi tiga tahun yang lalu ayahku meninggal dan hidup kami berubah. Kami ditipu oleh orang kepercayaan papa, kami bangkrut dan kehilangan segalanya, aku bingung, tinggalin kuliah dan pergi ke rumah seorang teman di Yogyakarta. Suatu malam, ketika sedang duduk di sebuah kafe, aku berkenalan dengan seorang oom, katanya punya pekerjaan yang bagus buatku. Dia membawaku ke sebuah hotel, dan ….”

Aku diam, dan tetap mendengarkannya.

"Aku melakukannya. Pertama aku merasa sangat bersalah, tetapi dia memberikan banyak uang kepadaku. Aku mulai berpikir, berhubungan dengan cowok toh nggak apa-apa. Dari situlah aku mengenal dunia gay dan gigolo. Akhirnya, aku 'dipakai' oleh wanita dan juga pria. Aku jatuh semakin dalam di pekerjaan kotor ini, jatuh, jatuh dan semakin dalam. Jurang ini sangat dalam, tidak ada terang sama sekali didalamnya. Aku tidak tahu, apakah suatu saat aku akan bisa melihat terang itu lagi. Dengan uang yang kudapatkan, aku bisa membeli kembali apa yang pernah kupunya. Aku bahkan bisa mulai kuliah lagi di kota ini, bisa tampil gaul, bisa membeli apapun yang kumau. Uang, yang sekarang manjadi tuhanku, dan bukan TUHAN Yesus lagi. Aku tahu ini salah, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara keluarnya"

"Lalu, apa yang terjadi padamu hari ini?" tanyaku

"Siang tadi, aku ada janji dengan mas itu di hotel. Tetapi sampai dikamarnya... aku melihat dia berduaan dengan cowok lain. Tiba-tiba aja... aku muak... aku merasa sangat kotor dan ucapan seseorang yang bertemu denganku tadi malam terngiang kembali"

"Memangnya, ada yang omong sama kamu apa semalam?"

"Semalam di sini aku bertemu dengan seseorang, dia berbicara tentang dosaku, dia katakan kalau aku masih tetap seperti ini maka aku akan berakhir di neraka. Tetapi aku telahterbuang jauh dari hadapanNya, aku tak akan mungkin bisa kembali lagi kepadanya. Aku terlalu hitam untuk bisa diputihkan lagi. Aku ingin kembali... tapi takut... DIa tak akan mungkin terima aku lagi. Aku telah menjualNya... "

Aku melihat matanya yang berkca-kaca, dan aku katakan "Kamu masih bisa kembali" sahutku dengan cepat dan tegas

"Kenapa kamu katakan seperti itu?"

"Yang terjadi padamu sore ini, adalah kesempatan yang diberikanNya padamu, dia takkan membiarkanmu bernafas sampai saat ini, Tuhan mengasihimu, dan ini kesempatan baik Ren, bertobatlah. Kembali sungguh-sungguh dan sepenuh hatikepada anugerahNya, maka engkau akan beroleh pengampunan yang kamu harapkan itu" kataku meyakinkannya

Pembicaraan sore itu, menjadi awal yang baru bagi kehidupannya.

***

Hari-hari berlalu, aku makin dekat dengannya, dan diapun berubah dalam banyak hal. Meskipun terkadang masih aneh, tetapi sudah lebih baik. Dia putuskan semua pacar-pacarnya, mengganti nomor hp, ‘biar tidak bisa dihubungi siapa-siapa, katanya. Tidak lagi makan di kafe atau restoran besar, bahkan terakhir kali, dia mengajakku untuk makan ‘nasi kucing’ dipinggiran simpang lima.

“Mengapa kamu mau sungguh-sungguh membantu aku?” tanyanya suatu kali

“Aku adalah salah satu orang yang sudah diubahkanNya, masa laluku buruk juga, tetapi tidak ada yang terlalu sulit untuk Dia ubahkan. Aku bukan sampah yang didaur ulang, tetapi sampah yang dihancurkan hingga tak tersisa, kemudian oleh anugerahNya aku diciptakan lagi menjadi barang baru yang berguna”

Berteman dengannya membuatku mengetahui sisi lain dunia ini. Dia banyak bercerita kepadaku tentang dunianya dahulu, tempat mereka suka nongkrong, dan orang-orang yang memakainya dan juga bayaran mereka. Ah.. ternyata ada dunia ’sekelam’ itu...

***

Aku dikenalkan dengan teman-temannya Aldi, Sandi, Tommy. Beberapa dari mereka terkejut melihat perubahan Rendi, walaupun mereka masih ragu-ragu, tetapi mau mendengar kesaksiannya. Perubahannya memang sangat menggembirakan, tetapi perjalanannya masih sangat jauh, dan pengaruh apapun bisa menghancurkannya, aku masih ’gamang’ dengannya. Dia masih belum sungguh-sungguh, itu yang kurasakan... dia masih sekedar mencoba hidup dengan Tuhan, bukan bertobat sungguh-sungguh dan ingin diubahkan.

Pagi itu, setelah 2 bulan kami bersama-sama, tiba-tiba sesuatu terjadi padanya.

“Aku jatuh lagi, Ik” begitu katanya pagi itu

“Kenapa?”

Mas itu datang lagi, dan aku tidak bisa menolaknya, dia memberikan banyak sekali uang kepadaku”

“Lalu?”

“Ya aku kembali lagi, lakukan dan lakukan lagi. Kayaknya aku memang ditakdirkan untuk menjadi gigolo. Aku butuh uang, dan saat ini Tuhan tidak memberikan aku uang, Dia memberikan aku damai sejahtera tetapi bukan uang. Yang dikatakan Mas itu tentang diriku benar, aku tidak akan bisa kembali jadi orang baik-baik. Selama ini bukan Tuhan yang jadi Tuhanku tetapi uanglah Tuhanku, jadi kupikir lebih baik aku kembali kepada uang saja”

“Tetapi…”

“Berikan aku uang Ik, berikan aku jaminan materi maka aku akan mengikuti Tuhan kembali”

“Bodoh kamu!”

“Aku tahu, dua bulan ini kamu telah engajariku banyak hal, tetapi sorry, hari ini aku putuskan untuk mengikuti orang itu. Suatu saat kalau aku sudah siap, pasti aku akan kembali”

“Kapan kamu siap Ren? Padahal kita sama-sama nggak tahu, 2 hari, 2 minggu, 2 bulan, atau mungkin 2 jam lagi, kita bisa tiba-tiba dipanggil Dia”

“Ah, sudahlah, pokoknya suatu saat kalau aku sudah siap pasti aku akan kembali, udah ya...” itu kata terakhir yang kudengar sebelum dia menutup telponnya.

Setelah hari itu, bahkan kemarin aku masih melihatnya ngobrol dan makan dengan gerombolannya di kafe tempat mereka biasa berada. Dia tetap tertawa, tetapi kekosongan dan keletihan terlihat jelas di wajahnya, dan cahaya di matanya sudah semakin pudar.

Suatu saat, ya… kalau memang masih ada suatu saat semoga kamu masih bisa benar-benar kembali, Ren. Suatu saat itu, semoga saja terjadi sebelum pintu anugerahNya tertutup bagimu.

***

Kisah ini hanya ringkasan salah satu kisah nyata pertemuan dan persahabatanku dengan salah satu orang yang berada sudut kegelapan dunia beberapa tahun lalu, yang sudah mendapatkan ”kesempatkan kedua” namun gagal mengawali dan meneruskan lagi ”perlombaannya di dalam Tuhan”. Ini hanya salah satu! Beberapa ada yang gagal, tetapi tidak sedikit yang berhasil...

Fokus cerita-cerita ini bukan masalah-masalah mereka. Tetapi, setiap pertemuan, setiap orang, unik, luar biasa, menantang, membuatku terpesona dengan rencana keajaiban Tuhan untuk keselamatan mereka. Bukan untuk membuatku jadi sombong dan angkuh, atau merasa diri hebat, justru ini semua membuatku semakin takut akan Tuhan, karena aku bisa juga gagal seperti salah satu dari mereka.

Sisi lain, aku hanya ingin membagi cerita bagi semua orang, bahwa kekristenan itu “kehidupan yang nyata”. Injil, Firman Tuhan, yang kita punyai bukan hanya sesuatu yang dibicarakan di dalam gereja, komsel, dan sejeninya, tetapi siap diperhadapkan dengan masalah-masalah dunia dan segala macam dosa yang ada di dalamnya. Berhadapan dengan orang-orang yang terluka, memberontak, sakit, hemmmm.... membuatku sadar bahwa ada rencana indah Tuhan bagi semua orang di dunia, dan sesungguhnya setiap orang apalagi yang sudah dipanggil Tuhan mempunyai tujuan yang berarti dalam kehidupannya.

Semua itu diawali oleh pertobatan lahir baru yang kualami, jika aku tidak dilepaskan terlebih dahulu, maka mustahil bisa melepaskan orang lain juga, dipenuhi Roh Kudus, dimuridkan, bertumbuh. Dan setelah itu, melangkah keluar dan memberitakan INJIL KRISTUS! Tanpa keluar dari zona nyaman kekristenan kita, melakukan sesuatu, bertemu dengan orang berdosa, dan memberitakan Injil, ga bakal ada sesuatu yang terjadi!! Kekristenan hanya menjadi suatu yang ”garing dan agamawi” jika kita tidak melakukan salah satu dari Firman Tuhan ini yaitu Pemberitaan Injil. Perjalananku ternyata telah membuktikan itu!!

Janjinya di Kisah Para Rasul 2:38-39 bener-bener terjadi, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu
sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan kita."

Dan juga, cerita-terita tersebut, ternyata membangkitkan semangat orang-orang yang dalam urutan selanjutnya aku temui... untuk bangkit, menerima keselamatan melalui Yesus Kristus dan hidup dengan Tuhan sungguh-sungguh! Waaaahhhh... Tuhan Yesus Kristus emang benar-benar luar biasa!!

Sampai ketemu di cerita yang berikutnya ya....

hiskia22's picture

dear iik

Saudariku iik...anda menuliskan...: Pagi itu, setelah 2 bulan kami bersama-sama, tiba-tiba sesuatu terjadi padanya. “Aku jatuh lagi, Ik” begitu katanya pagi itu “Kenapa?” “Mas itu datang lagi, dan aku tidak bisa menolaknya, dia memberikan banyak sekali uang kepadaku” “Lalu?” “Ya aku kembali lagi, lakukan dan lakukan lagi. Kayaknya aku memang ditakdirkan untuk menjadi gigolo. Aku butuh uang, dan saat ini Tuhan tidak memberikan aku uang, Dia memberikan aku damai sejahtera tetapi bukan uang. Yang dikatakan Mas itu tentang diriku benar, aku tidak akan bisa kembali jadi orang baik-baik. Selama ini bukan Tuhan yang jadi Tuhanku tetapi uanglah Tuhanku, jadi kupikir lebih baik aku kembali kepada uang saja” “Tetapi…” “Berikan aku uang Ik, berikan aku jaminan materi maka aku akan mengikuti Tuhan kembali” “Bodoh kamu!” Yang ingin saya tanyakan: 1. Siapakah yang salah sehingga teman anda jatuh lagi ke dalam dosa. 2. Teman anda bergereja di mana? Ceritakanlah masalah ini ke Gerejanya. Maka kalau Gereja itu peduli kepada jemaatnya, pastilah Gerja itu tidak akan tinggal diam. 3. Temukan masalahnya...dan carikan jalan keluar. Kalau anda perhatikan artikel anda, jawabannya sudah ada. Hanya anda yang tidak mau membantunya.Anda membiarkan teman anda semakin terhilang.
__________________

GBU

iik j's picture

Thanks @Hizkia 22

Dear Mas Hizkia, Saya ingin menjawab 3 pertanyaan mas Hizkia neh: 1. Salah dia sendiri. Kenapa saya bisa bilang gitu? Semua pihak (sori... nggak bisa disebutin semua pihaknya siapa saja) sudah memberikan padanya yang the best lho. Firman, pelayanan pelepasan, dll... komplitttt plit plit... tetapi semua orang bisa punya pilihan masing-masing kan? 2. Gereja dimana? wah ya ada to' mas... dan sudah diberitahukan kepada mereka pula. Lha... mereka memang tidak tinggal diam, tapi kembali lagi ke no.1, meskipun kita udah kasih tahu sejelas-jelasnya semua konsewkensi dari jalan yang benar ataupun yang salah, toh' semua orang tetap bisa memilih jalannya sendiri kan? Kalo udah gitu, nggak bisa maksa kan? 3. Sudah ketemu masalahnya, dan sudah dicarikan pula jalan keluarnya pula lho.. tapi emang artikelnya saya persingkat sih... Permisi mas... emang kesannya, saya ga mau bantu dan malah membiarkan teman saya terhilang ya? He he... itu kan' kesannya ya... (kalau mo ditulis semua kepanjangan kali ya..) Waktu Saya, 'dipercaya' untuk membantu orang. Maka saya akan membantunya sampai akhir. Entah akhirnya orangnya memilih terhilang atau serius. itu udah 'wajib'. Soalnya saya nggak bertanggung jawab cuma kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan kan? Lha kalo DIA minta pertanggung jawaban "pekerjaan" yang saya lakukan dengan setengah-setengah aja. Bisa gawat!! Setuju?! cuma ya... memang saya nulisnya nggak pernah sekomplit gitu. Besok kalo mo nulis yang begituan lagi, saya komplitin deh... Oke... sekian balasan saya. Thanks buat comment-nya ya... Salam Hangat, IIK To Love God Is To Obey God