Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

SAPU LIDI BUAH PEPAYA

Purnomo's picture

                    23 Maret 2015. Aku diminta seorang penatua  memeriksa draf brosur panti wreda di Salatiga yang dinaungi oleh gerejaku. Aku baca ada kalimat berbunyi “Kunjungi klien kami, ajak klien menyanyi dan mendengar Firman Tuhan, ajak klien beraktifitas, ajak klien bercerita.”


                    Jadi ingat waktu beberapa tahun yang lalu aku sering diajak ke sana. Begitu sampai di halaman panti langsung aku nyanyi keras -
                   "sapu lidi buah pepaya
                    Jiwa manis indung di sayang"
 
                    Lalu dari satu kamar ada suara perempuan yang meneruskan lagu itu. Dia seorang oma tua tapi suaranya masih bening, matanya kena glukoma, mantan penyanyi panggung, tidak punya keluarga karena tak pernah punya suami, dikirim ke panti oleh keponakannya. Dia paling senang bercerita jaman keemasannya ketika bisa menyanyi satu panggung dengan Zaenal Combo. Kepadaku dia memamerkan beberapa album fotonya ketika masih aktif jadi penyanyi panggung.

                    Aku sering diomeli teman-teman sebab berlama-lama di kamar oma ini asyik berbagi cerita, nyanyi bareng lagu-lagu jamannya Zaenal Combo, atau main tebak-tebakan judul lagu lawas. Dia hepi banget kalau aku datang.

                    Dalam draf brosur panti wreda itu juga ada kalimat  “Wisma Lanjut Usia ini hanya diperuntukkan bagi usia lanjut wanita yang telah berusia di atas 60 tahun.”

                    Mengapa sekarang hanya menerima wanita saja? Padahal dulu aku pernah bercita-cita untuk jadi penghuninya, menempati 1 kamar yang dilengkapi dengan perangkat IT canggih. Apa karena lansia pria merepotkan? Terus nanti lansia pria ke mana?

                    Dulu di situ memang ada 1 klien pria yang sering buat ulah. Seminggu sekali ada dokter perempuan berkunjung melakukan pemeriksaan medis rutin. Para klien berbaring di tempat tidurnya masing-masing untuk menjalani pemeriksaan. Nah si pria tua ini sering kali mendadak tangannya usil, meremas pantat bu dokter. Tetapi apakah hanya pria yang punya kecenderungan itu?

                    Seseorang pernah menulis, “The sad part about getting old is that you stay young on the inside, but nobody can tell.”

                    Di situ juga ada 1 klien wanita yang punya hobi tidur siang telanjang bulat karena selalu merasa badannya gerah. Kalau dia keluar kamar dan lupa pakai daster apa juga tidak dianggap merepotkan? Paling tidak aku yang repot karena harus cepat-cepat menyingkir agar tidak melihat pemandangan yang tidak bisa dinikmati lagi.



                    Suatu kali aku disuruh petinggi gereja mengunjungi seorang anggota perempuan yang sakit, sudah tua, tinggal sendiri di sebuah rumah sederhana. Aku ke sana. Biar (katanya) sakit, dia masih saja tak lupa bersolek. Wajahnya disaput bedak tebal, bibirnya merah menyala. Dia permisi masuk sebentar. Aku tunggu di ruang tamu. Katanya sih mau buati aku minum, tetapi dia tidak keluar-keluar. Aku panggil-panggil namanya, dia juga tidak muncul. Kuatir dia sedang semaput di dalam, aku menyingkap korden yang membatasi ruang tamu dan ruang dalam. Aku melihat dia sedang duduk di tepi tempat tidur sambil senyum-senyum. Dia menepuk-nepuk kasur memberi tanda agar aku duduk di sebelahnya. Ya enggaklah, wong umurnya sudah 75 tahun.

                    Ketika kembali mengunjungi panti wreda Salatiga ini timbul rasa rinduku kepada “oma Zaenal Combo” yang sudah meninggal itu sehingga tak terasa aku keras melantunkan lagu Keroncong Kemayoran -
                   “sapu lidi buah pepaya,
                    ujung pepaya apa warnanya”

                   “Huss, nyanyimu tidak senonoh,” tegur seorang teman.
                   “Harusnya kamu mengajari penghuni panti untuk setiap hari melihat ujung pepayanya kalau-kalau ada perubahan warna.”
                   “Memangnya itu indikator kanker?”
                   “Aku tak tahu persis. Kamu tanya dokter saja,” jawabku.

                    Omong-omong soal susu, kalau itu susu manusia perempuan, aku sering sedih.  Bagian tubuh perempuan yang pernah menjadi sumber kehidupan bagi anak-anak yang dilahirkannya, suatu ketika bisa berbalik menjadi sumber penyebab kematiannya.

** gambar diambil lewat google sekedar ilustrasi.