Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Rem

cahyadi's picture

Pernahkah kita membayangkan andai kendaraan atau mobil kita tidak diberi rem? Bagaimana ketika kita ngebut di jalan raya dan tiba-tiba harus berhenti mendadak karena lampu lalu lintas menyala merah? Bagaimana jika berada di jalanan yang menurun?

 

 

Rem mungkin hanyalah bagian kecil dalam motor atau mobil kita. Namun berkat jasanya kita bisa mengendalikan motor atau mobil kita yang cukup besar. Dengannya kita bisa lebih menghargai pemakai jalan yang lain. Kapan saatnya berhenti. Kapan harus menahan diri untuk tidak menyalip atau ngebut. Dengan rem kita bisa lebih berhati-hati ketika berada di jalanan.

 

Manusia juga sudah diberi rem oleh Tuhan. Rem itu adalah hati nurani. Persoalannya adalah apakah rem itu masih kita pakai? Ataukah sudah sejak dahulu kita lepas dan kita buang entah kemana? Melihat situasi dan kecenderungan masyarakat dewasa ini hal itu sudah terjadi. Kekerasan ada di mana-mana. Ketidakadilan bertumbuh semakin besar. Hanya karena persoalan sepele dengan mudahnya manusia saling bertikai, tawuran bahkan saling bunuh dengan cara-cara yang begitu biadab. Manusia mencari hal-hal untuk memuaskan nafsu tanpa mempedulikan sesama dan lingkungannya dengan foya-foya dan korupsi di segala bidang.

 

Untuk itu, kembali menggunakan rem adalah satu-satunya jalan yang mesti diperjuangkan. Memang sungguh berat apalagi ketika melihat pengaruh lingkungan yang ada di sekitar kita. Materialisme, hedonisme, kesenangan-kesenangan sesaat seakan terus hadir dan berlomba-lomba mempengaruhi kita. Mereka menawarkan sejuta kenikmatan dan kesenangan semu yang pada akhirnya membuat kita menjadi bimbang dan gampang terjatuh.

 

Tapi disadari atau tidak, itulah tantangan yang harus dihadapi. Rem yang sudah kita miliki hendaknya kembali kita rawat dengan baik. Kita jaga agar tidak cepat aus tergerus oleh keadaan dan lingkungan yang menawarkan banyak keindahan semu. Rem itu senantiasa kita lumasi dengan rajin mendengarkan firman-firman-Nya melalui doa dan ibadah kita sehari-hari serta ketekunan kita dalam melaksanakan kehendak baik. Berat memang, terlebih kita hanya manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Namun kita percaya, di bawah bimbingan-Nya tiada yang mustahil.