Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

pisang yang dicuri

josh putra's picture

Di kantor tempat saya bekerja, ada seorang Office Boy (OB) sudah tua dan telah bekerja sejak perusahaan berdiri 20 tahun yang lalu. Bapak Udin seorang OB yang baik sekali, cepat bekerjanya untuk orang seusianya.

 

Sejak saya berkerja di perusahaan ini 8 tahun yang lalu, saya tidak pernah menyaksikan Bapak Udin mengeluh, marah, atau bekerja asal-asalan. Semua staf di kantor menyukainya dan selalu memberikan tip kalau menyuruh Bapak Udin melakukan sesuatu di kantor. Selain OB, Bapak Udin juga mengolah tanah di belakang perusahaan, yaitu menanami dengan pohon jagung, pisang, kacang-kacanganan, dll. Hanya sepetak tanah dan yang ditanam juga hanya beberapa pohon saja. Kalau panen walau hanya sedikit, kami yang bekerja semua bisa kebagian, semua turut makan, semua turut senang, walaupun nilainya ga seberapa.

Satu hari ketika saya sedang menghadap direktur di ruangannya untuk membicarakan beberapa hal, tiba-tiba Bapak Udin masuk dengan muka tegang, matanya mulai berkaca-kaca, dan sambil melepaskan topinya, ia berkata pada Direktur, “Pak, saya udah ga tahan lagi……” loh loh ada apa ini saya kaget sekali, Pak Udin punya masalah seberat apa? Sampai-sampai Ia (OB) berani datang dan berbicara dengan Direktur kami. Waktu itu saya mereka-reka dalam hati, apa yang terjadi dengan pak Udin?

 

Setelah direktur saya mempersilahkan berbicara, Pak Udin mulai bicara dengan terbata-bata, “Pak saya udah ga tahan lagi…… bayangkan setiap kali pohon pisang yang saya tanam mau panen, pasti malam harinya dicuri orang…… saya kesal sekali pak, bahkan satpam tidak ada yang tau kemana hilangnya pisang itu!” wah wah saya jadi geli dalam hati, direktur saya juga hanya tersenyum, saya tadi udah ikut tegang, dikirain peristiwa yang tragis, taunya hanya pisang yang dicuri orang.

Direktur saya masih dengan bibir tersenyum berkata. “baik pak Udin ga usah terlalu dipikirin, saya ga marah kok pisangnya hilang, ga apa-apa, nanti saya akan tegur satpam supaya penjagaan malamnya diperketat.”

Setelah pak Udin keluar ruang direktur, kami berdua akhirnya ga tahan tertawa, saya bilang, “ada-ada aja ya pak Udin, dikirain ada peristiwa yang heboh, tahunya hanya masalah pisang.” Waktu itu saya berpikir, pisang kan murah, beli di pasar juga paling hanya beberapa ribu saja.

 

Malam harinya ketika saya berdoa, Tuhan memberikan hikmat mengenai peristiwa pohon pisang tadi siang. Sepertinya pisang ga ada harganya, sangat murah, tapi….. tahukah bagi yang menanamnya, mencangkulnya, merawatnya, tentunya pohon pisang itu sangatlah berarti. Demikian juga dengan kita, mungkin dunia memandang kita rendah dan tak berarti, namun sebenarnya kita adalah pribadi yang sangat berharga dimata Tuhan. Ia yang menebus kita dari dosa, menjadikan hidup kita berharga dan seharusnya menjadi berkat bagi banyak orang.

Allah kita tentu sedih bila kita terhilang di dunia ini, Ia ingin hidup kita memancarkan kemuliaanNya.

Malam itu saya berdoa mohon ampun karena mentertawakan pak Udin dan bersyukur pada Tuhan untuk inspirasi baru bahwa saya sangatlah berharga dimata Tuhan.

 

ORISINIL

tulisan ini murni pengalaman pribadi nyata yang dialami penulis untuk menjadi sumber inspirasi dan berkat bagi yang membacanya.