Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Petik Strawberry di Batu

Purnawan Kristanto's picture

Pengalaman yang kita dapatkan itu bisa jauh lebih berharga daripada nilai materi yang kita dapatkan. Inilah hikmah yang kami dapatkan saat jalan-jalan di kota Malang dan Batu.

Kami ada di kota apel ini dalam rangka pelayanan yang dilakukan oleh isteri saya. Sedangkan saya hanya mengantarkannya. Kami berangkat dari Klaten pada Jumat malam menggunakan travel. Menjelang fajar, mobil sudah sampai di penginapan dan kami pun merebahkan diri untuk tidur sejenak.

Menjelang siang kami memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan jalan-jalan di sekitar kota Malang. Berbekal informasi dari staf kantor gereja, kami berjalan kaki sekitar 300 meter untuk menyetop angkot. Sesampai di pinggir jalan, kami berdebat kecil tentang arah.

Menurut isteri saya, kami harus menyetop angkot yang ke arah kiri. Sedangkan menurut saya, berdasarkan informasi dari staf kantor gereja, kami harus menyetop ke arah kanan. Untuk menyudahi perdebatan itu, maka saya bertanya pada pedagang loak yang menggelar dagangan di sekitar itu.

"Pak, nyuwun pirso, arah dateng terminal Lindungsari, pundi nggih?" tanya saya [pak, numpang tanya, arah ke terminal Lindungsari ke mana ya?] Pedagang barang bekas itu menunjuk ke kiri. Isteri saya tersenyum kemenangan. Saya menurut.

Kami menumpang angkot ke arah kiri. Setelah menyusuri jalan-jalan di kota Malang yang berdebu selama setengah jam, kami sampai di terminal, tapi namanya terminal Arjosari. Ini jelas salah. Kami telah menuju arah yang berlawanan. Maka kami pun mencegat angkot dengan jalur yang sama, tapi tujuan yang sebaliknya. Artinya, kami harus menempuh perjalanan dari ujung timur kota Malang, menuju terminal Lindungsari di ujung barat kota.

"Nggak apa-apa, hitung-hitung bisa plesir di kota Malang dengan biaya murah," kata saya menghibur diri.

Sesampai di terminal Lindungsari kami berganti angkutan menuju Batu. Waktu tempuhnya ternyata tidak begitu lama, hanya sekitar 20 menit dengan jalan menanjak. Sampai di terminal Batu, kami masih bingung mau kemana karena belum tahu sama sekali tempat yang akan dituju.

"Tempat wisata di Batu ini apa saja, pak?" tanya kami pada sopir angkot. Dia menyebutkan Jawa Timur Park, Wisata Agro, Songgoriti atau Sengkaling. Kami memutuskan ke Agrowisata saya karena kata pal sopir di sana kami boleh makan apel sepuasnya, sepanjang tidak dibawa pulang. Dia bersedia mengantar dengan tambahan ongkos Rp. 10.000,- Kami setuju.

Sesampai di lokasi, kami harus gigit jari karena ternyata pohon apelnya belum bisa dipanen. Sebagai gantinya, ditawarkan petik jambu merah. Kami tidak tertarik. Lalu kami mendapat informasi bahwa di lokasi lain kami bisa memetik buah strawberry langsung dari pohonnya.

"Wah ini lebih seru," batin saya bersorak gembira sambil membayangkan mengunyah buah berry yang berwarna merah muda dan sudah ranum. Kami harus berjalan mendaki sedikit dan sampai di pintu loket Agro Kusuma. Di sana sudah dicantumkan berbagai paket wisata plus tarifnya. Blaik!! Tiket termurah ternyata Rp. 24.000,- per orang.

Lalu fasilitas apa yang kami dapatkan? Kami mendapatkan buah paprika 4 biji, segelas minuman sirup strawberry, puding rasa strawberry dan boleh memetik empat butir strawberry di kebun. Ya, Anda tidak salah baca: hanya empat biji strawberry.

Photobucket

Karena sudah terlanjur datang ke situ, ya apa boleh buat. Uang limapuluh ribuan pun dikeluarkan untuk membayar tiket berdua.

Kami dipandu oleh seorang karyawati untuk memetik buah strawberry. Sekali lagi kami harus menelan kekecewaan karena ternyata kebun yang dipetik sangat terbatas. Jumlah buah tiap pohon pun tidak banyak. Ya sudahlah. Yang penting mendapatkan pengalaman bisa memetik buah strawberry, punya bahan tulisan untuk blog dan bisa mengambil video untuk www.beoscope.com.

Itulah hikmah yang saya petik pada hari ini. Usai petik strawberry, kami disuguhi minuman sari strawberry dan pudding strawberry. Menurut saya, rasanya tidak jauh beda dengan sirup dan pudding yang dijual di Klaten.Photobucket Perjalanan pulang memakan waktu yang lebih lama karena harus menunggu angkot yang ngetem di terminal Batu. Sekitar pukul 3 sore kami sudah sampai di kota Malang. Malamnya, kami ditraktir makan Cwi Mie dan Angsle (minuman khas Malang) 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Bayu Probo's picture

Empat buah strawberry

Walau hanya empat buah strawberry berharga Rp 24 ribu, pasti ada bedanya dong jika Mas beli di Klaten, meski berkilo-kilogram. Kira-kira jika beli di Klaten 24 ribu dapat berapa buah ya?

Purnawan Kristanto's picture

Gudeg 220 ribu rupiah

Mas Bayu, seperti yang saya tulis, bedanya adalah di pengalaman yang didapatkan.

Sehubungan dengan buah strawberry berharga Rp. 6.000/biji, ada cerita teman saya yang berjudul Gudeg seharga Rp. 220 ribu.

Ceritanya begini: Koh Yoyok, teman saya, mendapat tugas untuk mengantarkan den baguse Ngarso (selebritis lokal Jogja yang jenaka) setelah diundang di GKI Klaten. Sepulang mengantar, dia bersama temannya jajan gudeg. Pas mau parkir, mobil mereka menabrak tugu milik penjual warung sampai patah. Akibatnya mereka dikenai tarif ekstra Rp. 200 ribu.

Meski dulu menjadi pengalaman pahit, tapi sekarang menjadi pengalaman lucu setiap dikenang dan membuat tertawa terpingkal-pingkal

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

king heart's picture

Koreksi dan saran !!

Pak Wawan,

Anda salah menyebut nama terminalnya, bukan Lindungsari tapi Landungsari

Kalau anda punya waktu lebih panjang ( mesti menginap ) anda bisa menikmati panorama kota Batu pada malam hari yaitu naik sekitar 300 m dari Agrowisata, tinggal naik menyusuri jalan aspal sampai ke dataran tertinggi yang dilalui jalan bersapal tersebut. Dari sanalah keindahan kota Batu dan sekitarnya bisa dilihat dengan sempurna ( selama tidak turun kabut ). Tanpa bayar alias free.

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Purnawan Kristanto's picture

@KH: Terimakasih untuk koreksinya

Terimakasih untuk koreksinya. Sayang, karena terburu-buru kami tidak dapat menikmati kota Batu dengan leluasa. Sekitar 5 tahun yang lalu, saya sudah pernah ke batu. Antara lain ke SAB dan pondok pemulihan Doulos dalam rangka reportase. Kalau saya bandingkan, keadaannya sudah jauh berbeda. Sekarang jauh maju dan ramai, tapi aura sejuknya sudah luntur.

Ada kemungkinan, tahun ini akan menginap di Batu lagi. Tapi itu belum pasti. semoga bisa menikmati keindahan kota Batu dengan leluasa.

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

crom's picture

@king heart

kalau bukit panderman itu bisa gak liat2 kota batu..dari atas sana?

btw lafal pandeman itu bener gitu gak sih...?

ato salah?..

 

Salam...

__________________

Salam...

king heart's picture

@crom

Kalau yang dimaksud itu perumahan Panderman Hill ya bisa sih tapi kurang maksimal mesti naik lagi sedikit ke tempat yang saya maksud ( melalui perumahan Panderman Hill merupakan jalan alternatif menuju Agrowisata ), tetapi jika yang dimaksud adalah di puncak gunung Panderman ( benar sih tulisannya ), sulit dijangkau karena mesti dipandu naik ke atas atau jika tidak mesti seorang yang hobi naik gunung ha ha ha

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?