Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
PENGANIAYAAN
Matius 5 : 10 – 16 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (12) Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (13) "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
PENDAHULUAN
Banyak orang Kristen menghadapi penganiayaan karena iman mereka, seperti yang terjadi di Sudan, Nigeria, negara-negara di Afrika Tengah dan Utara, Saudi Arabia dan Mesir. Penganiayaan terhadap orang Kristen merupakan suatu kenyataan juga di negeri-negeri Asia, seperti RRC, Korea Utara, India, Bangladesh, Pakistan, Filipina Selatan (khususnya di Mindanao), bahkan di negeri kita Indonesia yang berazaskan Pancasila. Diperkirakan 150.000 sampai 300.000 orang Kristen mati terbunuh per tahun di seluruh dunia (David Barret: World Christian Encyclopedia). Dalam ayat-ayat yang kita baca di atas, kata berbahagialah, tampaknya terjemahannya agak kurang tepat, karena dalam Alkitab versi King James, tertulis “blessed”. Lebih tepat mungkin jika diterjemahkan “diberkatilah”.
Sepintas kelihatan aneh, mengapa Yesus berkata bahwa orang-orang yang dianiaya merupakan orang-orang yang diberkati, orang-orang yang berbahagia? Bila kita teraniaya, apakah kita merasa diberkati dan berbahagia? Bagaimana mungkin penderitaan fisik dan batin adalah tanda berkat dari Tuhan? Bukankah berkat berarti kenyamanan, kesejahteraan dan kelimpahan material? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus sungguh-sungguh merendahkan diri dan meneliti dengan cermat apakah arti berkat yang sebenarnya. Bila “keberkatan” kita sadari sebagai “menjadi seperti Kristus”, memahami kebenaran sejati, memiliki damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus, maka penganiayaan dapat kita lihat sebagai tanda yang ajaib dan keuntungan yang besar. Penganiayaan menantang pemahaman dasar kita mengenai “berkat” dan “upah” pada hidup orang Kristen. Ini akan mendewasakan dan menguji kemurnian iman kita dalam mengikut Kristus (Mat. 13:20-21).
MENGAPA ORANG KRISTEN TERANIAYA?
Kenyataan tak terelakkan, “Kerajaan Surga” selalu mengalami penganiayaan oleh “kerajaan dunia”. Ini terjadi karena adanya perbedaan dinamika spiritual yang sangat besar antara “daging” dan “Roh”, Kain dan Habel, Esau dan Yakub. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Galatia 4:29 “Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.”
Yesus sendiri berulangkali berbicara mengenai tak terelakkannya penganiayaan terhadap orang-orang yang memiliki Kerajaan Surga. Seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 15:18-21 "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (19) Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. (20) Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. (21) Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.”
Stefanus sebelum dirajam berkata terus terang kepada orang-orang yang menentang Roh Kudus, Kis. 7:51-53 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. (52) Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. (53) Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya."
Sebagian besar dari penganiayaan-penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, dilakukan atas nama “agama” dan “kekuasaan” dunia ini (lihat Yoh. 11:48). Pada zaman sekarang, orang-orang Kristen dianiaya oleh “agama-agama lain” dan oleh komunisme. Tetapi sejarah mencatat juga bahwa “gereja” pernah membunuhi orang-orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus. Orang-orang Farisi merupakan musuh utama Gereja mula-mula. Mereka mengejar dan menganiaya orang-orang Kristen, dari rumah ke rumah untuk melaksanakan “fatwa” agama Yahudi, di Roma, Antiokia dan Efesus. Mereka menimbulkan kerusuhan di kota-kota yang dikunjungi Rasul Paulus (lihat Kis. 13:50, 17:5) dan mengadakan konspirasi untuk membunuh Paulus (lihat Kis. 23:12-24). Oleh karena itu Paulus menulis kepada muridnya Timotius, 2Tim. 3:12, “Memang setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.”
MENGAPA PENGANIAYAAN ADALAH BERKAT?
Paling tidak, ada delapan alasan mengapa penganiayaan oleh sebab kebenaran, merupakan berkat dan tanda dari Kerajaan Surga :
1. Dianiaya oleh sebab kebenaran, adalah suatu tanda, seperti yang dialami oleh para nabi dan orang-orang kudus. Bila kita tidak menjadi murtad karena aniaya, ini adalah indikasi bahwa kita berada di jalur yang benar, dan tanda bahwa kita menggenggam iman kita dengan konsisten, serta menjadi “garam dan terang” dunia. (lihat Mat. 5:10-16, 13:20-21).
2. Bila kita dianiaya karena kebenaran, kita akan menerima “upah” kita di Surga – dimana ngengat dan karat tidak dapat merusaknya serta pencuri tidak dapat mengambilnya. (lihat Mat. 5:12, 6:19)
3. Penganiayaan memberikan kita kesempatan untuk mendoakan orang-orang yang menganiaya kita dan membalas kejahatan dengan kebaikan, dengan demikian kasih kita menjadi nyata dan sempurna. (lihat Mat. 5:44-48, Rom. 12:14).
4. Penganiayaan tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (lihat Rom. 8:35-39).
5. Para penganiaya pada akhirnya akan berhadapan dengan Kristus sendiri karena kita adalah tubuh Kristus. Ingat peristiwa ketika Saulus menganiaya Gereja mula-mula, dan dihadapi oleh Tuhan Yesus sendiri (lihat Kis. 9:1-5).
6. Penganiayaan adalah tanda bahwa kita “layak bagi Kerajaan Allah”, dalam hal ini kita dipandang berharga untuk menderita bagi Kerajaan Allah (lihat 2Tes 1:3-5).
7. Penganiayaan menjadikan kita layak dipandang sebagai salah satu dari pahlawan-pahlawan iman (lihat Ibrani 11:32-40).
8. Penganiayaan memberikan kesempatan untuk kita bersaksi dan kita akan diberikan hikmat dari Allah sehingga musuh tidak dapat menentang atau membantah perkataan kita (lihat Lukas 21:12-19).
KESIMPULAN
Penganiayaan yang dialami umat Kristus adalah kesempatan untuk bersaksi dan bertumbuh serta menyempurnakan kasih. Ini adalah tanda bahwa kita benar-benar merupakan garam dan terang dunia, serta tanda bahwa iman kita benar-benar murni seperti emas yang teruji kemurniannya di dalam api. Memahami arti penganiayaan secara benar, akan membantu kita untuk mengerti bahwa “berkat Allah” bukan hanya sekedar kesehatan jasmani dan kemakmuran material. Selain itu juga mengingatkan kita bahwa Kerajaan yang kita layani bukanlah berasal dari dunia ini. Jadi, siapkah kita apabila kita dipandang layak oleh Allah untuk mengalami aniaya karena iman kita? Pada kesempatan lain akan kita bahas bagaimana cara kita untuk menghadapi penganiayaan itu. Damai sejahtera Kristus beserta kita semua.
- widdiy's blog
- Login to post comments
- 5102 reads