Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pemberian yang Paling Berharga

clara_anita's picture

Tidak Sayangku,
aku tidak berharap kau mendapat kekayaan dan kesuksesan.
Aku hanya berharap,
kau mendapatkan pekerjaan yang kau sukai,
keahlian yang bisa kausempurnakan,
rasa antusias yang bisa menerangi hatimu,
teman dan kekasih yang baik.

***

Penggalan syair di atas memang bukan karangan ibu saya, melainkan buah karya Helen Exley tujuh belas tahun lampau. Namun hampir seluruh nasihat ibu mengenai harapan-harapannya pada saya terangkum dalam syair itu, dan saya tak dapat mengungkapkan dengan kata-kata betapa berartinya harapan ibu yang sederhana itu bagi saya yang tinggal di tengah jaman yang teramat kompetitif ini. Jaman dimana nyaris ukuran kualitas adalah kuantitas materi, ataupun prestise.

Ibuku yang sederhana hanya memiliki impian yang teramat sederhana buat anak-anaknya, bahwa anak-anaknya dapat menjalani hidup yang damai dan bermakna. Ibu memang berbahagia bila kami berprestasi baik, namun tanpa itupun ibu dapat menerima kami apa adanya. Kata ibu, kami istimewa di matanya bukan karena kami menjadi atau meraih posisi "paling", namun karena kami memang benar-benar spesial buat ibu.

Banyak hal, menurut beliau, yang tak terukur dengan materi, dan ibu selalu berkata dengan terus terang betapa bersyukurnya beliau memiliki anak-anak seperti kami. Padahal saya amat menyadari betapa seringnya saya membawa airmata buat ibu. Betapa seringnya saya tidak memenuhi harapan beliau. Tapi ibu selalu ikhlas menghadapi kenakalanku ataupun kerikil-kerikil lain yang harus kami hadapi sebagai sebuah keluarga.

Dan hingga kini, nasihat ibu agar anak-anaknya tak terjebak pada arus persaingan yang terkadang konyol masih terngiang di telingaku, dan entah mengapa nasihat yang panjang lebar itu malam ini ketemukan dalam bentuk yang amat ringkas di dalam sajak Exley yang lain:

Aku bangga akan semua prestasimu.
Kau telah bekerja keras untuk mencapainya.
Aku bangga akan wajahmu dan kepandaianmu, yang telah diturunkan oleh nenek moyang kita.
Tetapi yang paling membanggakan adalah karena kau menjadi dirimu sendiri.
Kesuksesan hanyalah tambahan.
Kau istimewa bagiku, apapun yang kau lakukan.

... dan harta yang paling berharga yang kuterima dari ibu adalah mimpi besarnya yang bersahaja, dan penerimaannya akan diriku apa adanya. Sebuah fakta sederhana yang begitu besar maknanya bagiku : Aku dicintai.

anakpatirsa's picture

Jadi Ingat Ibu

Aku jadi ingat pesan ibuku sebelum berangkat ke sini: "Jangan lupa membeli handuk, kalau ada uang tambahan sisihkan untuk membeli baju. Dan jangan sampai begitu berhemat sampai mengurangi jatah makan."
clara_anita's picture

@anakpartisa :maaf lama sekali ya

Maaf ya AP, Lama sekali baru sempat terbaca sekarang komentarnya :)

Alangkah keterlaluannya saya :(

Wah, ibumu pasti sangat perhatian ya. Ibu memang yang paling bisa memperhatikan setiap detil sederhana yang kadang kita sendiri pun lupa. Apa jadinya hidup tanpa ibu :D

Gimana, apa handuknya sudah terbeli, dan apakah baju barunya juga sudah di tangan :)

 

Saya jadi teringat pesan ibu kemarin. Sebagai catatan ibu saya punya cara yang cukup unik untuk "memarahi" anak-anaknya. Ia akan marah ketika kami sudah separuh tidur. (jadi ibu "ngomong" sendiri pada anak-anaknya yang sudah nyaris "tidak sadar" tapi masih mendengar suara ibu). Nasihat ibu, jangan kebanyakan lembur, dan jangan lupa makan....

 

Alangkah bersyukurnya punya ibu yang baik. Semoga saya juga bisa menjadi ibu yang baik suatu hari nanti :)

Mohon doanya ya

 

GBU 

fritz's picture

Ibu

Apakah benar? Ibu menerima anak2-nya tanpa syarat sedangkan Ayah dengan bersyarat
NoStressInDepress's picture

Ibu yang unik

Ternyata dunia ini sungguh misterius . Dibalik keindahan pada satu sisinya yang penuh karangan bunga dan puisi indah. Di sisi yang lain mungkin ada raut yang menangis terisak diantara isak-isak tangis haru bahagia. Sebuah isak tangis ratapan dan kesedihan. Bahkan hasrat untuk mampu terbang bebas dari ikatan-ikatan kodrat yang sungguh menyiksa. Ibu mana yang memanggil anaknya dengan sebutan an****. Menyuruhnya melakukan banyak hal demi kepuasan dirinya sendiri. Membiayai untuk sekolahpun tidak. Sayang.. sang Ayah telah tiada. Terengut jiwanya bersama endapan dari kepulan-kepulan asap nikotin. Ibu entah kapan engkau berubah? ahh pertanyaan itu mungkin hanya angin lalu baginya (sebuah reflexi kisah sahabat wanitaku ) *Shallom4Ever@all
__________________

*Shallom4Ever@all