Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PASKAH, MOMENTUM TERINDAH UNTUK BANGKIT DARI KETERPURUKKAN

sarlen's picture
Nats :  Roma 5 : 8
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
 
 
Pada
dasarnya, setiap orang ditakdirkan untuk hidup sebagai seorang
pengusaha. Cuma dengan berusaha saja, seseorang dapat bertahan untuk
hidup. Untuk meraih kesuksesan atau kemakmuran, kita harus kerja keras
serta berusaha, dan membangkitkan kemauan diri di dalam berusaha.
 
Perjuangan
hidup sebaiknya tiada lelah, harus berani mencoba dan terus mencoba,
harus berani menerima serta menghadapi tantangan hidup, dan sebisa
mungkin memanfaatkan kesempatan yang diberikan kepada kita. Selain itu,
kita wajib setiap saat dan setiap waktu mengucap syukur serta berdoa
kepada Tuhan agar setiap langkah hidup kita diberkati serta selalu
dalam penyertaanNya.
 
Semua
itu sudah selayaknya menjadi panggilan nurani kehidupan, baik mereka
yang belum menikah, maupun yang mereka yang telah menikah. Karena pada
saat kita mengucap syukur, itulah saat kita menyatakan dan
mengungkapkan tanda kasih kita kepada Tuhan.
 
Titik
yang bertolak-belakang sering kali terjadi manakala kesuksesan telah
tercapai. Manusia justru tenggelam dalam kehidupannya. Manusia, justru
sering kali lupa bahwa kasih Tuhan yang menolong serta menuntun mereka
hingga semuanya itu dapat diraih. Manusia menjadi lalai atas
kewajibannya kepada Tuhan karena kesuksesan, kesenangan hidup dan harta
telah membutakan mata mereka.
 
Lalu,
apa yang terjadi ketika kesuksesan itu pada satu waktu tiba-tiba di
ambil dari diri manusia? Yang timbul justru adalah rasa sesal, kecewa,
dan marah kepada Tuhan, karena mereka menganggap Tuhan tidak menyertai
usaha yang sedang dibuatnya.
 
Pada
sejumlah orang, keterpurukan hidup justru membuat mereka menjadi
semakin lemah dan jatuh ke dalam dosa. Mereka justru jatuh ke dalam
kesedihan, ratap dan tangis, melupakan harap serta membangkitkan siksa
bagi diri sendiri. Mereka menjadi lemah dan kadang, lupa untuk berusaha
kembali.
 
Tuhan
bukanlah pribadi yang seperti itu. Tuhan itu teramat baik. Setiap saat,
setiap waktu, dan di setiap kesempatan kala kita membutuhkan
hadiratNya. Ia selalu menyempatkan hadir untuk menyapa kita dan
menemani kita, tidak hanya disaat kita sedang menghadapi masalah,
tetapi juga, di saat kesenangan ada di dalam diri kita.
Ia
teramat baik. Ia sangat baik. Meskipun kita sering lalai atas panggilan
kasihNya, Ia tetap mau datang dalam hadiratNya untuk menghibur,
menolong, dan menjaga kita. Ia bukanlah imajinasi, melainkan sebuah
kenyataan yang dapat kita rasakan, tidak hanya di dalam hati, akan
tetapi juga di dalam kehidupan nyata kita.
 
Tindakan
kasih Tuhan yang teramat agung dan rasanya tak mungkin kita samai atau
jumpai pada pribadi yang lain, adalah dengan memberikan nyawaNya untuk
keselamatan kita agar tidak terpuruk dan jatuh ke dalam jurang maut,
upah orang berdosa.
 
Tuhan
Yesus mengalami penderitaan hebat, sewaktu Ia usai diadili, di saat Ia
harus memikul salib, dan pada saat Ia disalibkan. Yesus mati  mengalami penderitaan di dalam sisi kemanusiaanNya, dan bukan di dalam ke-IllahianNya.
 
Darah
yang mengalir keluar dari tubuhNya merupakan tanda basuhan dosa atas
manusia, agar manusia dapat ditebus serta disucikan dari dosa. Ia
disalibkan bagai seorang penjahat besar (karena pada pada waktu itu,
orang yang disalibkan adalah orang yang dianggap telah melakukan sebuah
kejahatan besar saat itu), padahal apa yang dilakukanNya adalah untuk
menanggung segala dosa kita.
 
Apabila
kita merenungkan akan hal ini, siapakah yang sebenarnya harus
disalibkan? Begitu besar kasih dan rasa sayang Tuhan kepada kita
sehingga Ia bersedia menggantikan kita untuk menderita di kayu salib
agar dosa-dosa kita dapat di tebus.
 
Kita
harus bersyukur kepada Allah akan hal tersebut karena kita telah
diselamatkan dan terbebas dari hukuman menerima alam maut karena
dosa-dosa kita dan dapat menjadi hamba kebenaran (Roma 6 : 18 ).
 
Yesus
melakukan sesuatu yang kelihatan mustahil untuk kita, mengorbankan
diriNya agar orang banyak terselamatkan. Ia melakukan pembaharuan dalam
kehidupan umat manusia, khususnya kepada mereka yang percaya kepadaNya.
 
Rekan-rekan
sekalian. Kematian Tuhan Yesus dan juga Paskah, tidak akan pernah
berarti jika di dalam diri dan hidup manusia tidak pernah ada respon
positif atas kemurahan serta kebaikkan yang telah Tuhan perbuat untuk
kita.
 
Apakah
itu hanya menjadi ceremony biasa yang kita rayakan setiap tahunnya?
Atau, akankah salah satu momen paling indah untuk kehidupan manusia
saat ini dan masa yang akan datang tersebut, dapat kita gunakan sebagai
sebuah simbol nyata kebangkitan iman kita? Jawabannya ada dalam
kejujuran hati masing-masing.
 
Menjalankan
prinsip-prinsip keimanan dengan benar memang bukanlah sebuah langkah
yang mudah. Penyerahan diri di dalam suatu pertobatan untuk menjadi
Anak Tuhan perlu dilakukan. Dan semua itu kemudian diikuti oleh suatu
upaya untuk menjalankan tugas panggilan hidup kita yang dinyatakan
Tuhan Yesus sebelum Ia naik terangkat ke sorga, yaitu menjadi umat di
seluruh muka bumi ini menjadi percaya dan yakin bahwa Yesus adalah
Tuhan dan Juru Selamat manusia.
Dunia
bisa saja membuat kita menjadi terpuruk. Dunia bisa saja membuat kita
tak berdaya dan makin larut dalam dosa. Tetapi Yesus Kristus telah mati
di kayu salib. Dan  kini kita bisa menegakkan
kembali kepala kita, mengangkat lagi iman kita, tidak hanya pada saat
perayaan Paskah dirayakan, namun juga di seluruh waktu yang kita
miliki. (Mazmur 3 : 3, Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat
kepalaku
)
 
Kiranya
Tuhan yang Maha Kasih, memberkati setiap langkah hidup rekan-rekan
sekalian, di dalam pembaharuan hidup dan iman kepercayaan kepada Tuhan
kita, Yesus Kristus.
 
 
Selamat memperingati hari Jum’at Agung dan merayakan Paskah kepada rekan-rekan semua.
 
HAPPY EASTER Everybody…
 
 
 
GOD BLESS US…
Diberkatilah Indonesia dengan melimpah-limpah.
 
 
 
.Ir. Sarlen Julfree Manurung