Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Panggilan tertinggi

vicksion's picture

Esensi dari suatu agama ke Tuhanan Yang Maha Esa yang dialirkan dari pengorbanan Kristus di Kalvari dalam Kekristenan adalah gaya hidup "keintiman" antara Sang Sesembahan dan si penyembah. Bukan nya bermaksud menyampingkan penting nya pengetahuan, karisma dan amal baik manusia dalam ber agama. Hal hal yang sudah disebutkan diatas itu juga penting. Tapi diatas  semuanya itu ada suatu panggilan paling mulia, yaitu hubungan pribadi dengan  dengan  Sang Tuan itu sendiri.
Menjamah keintiman dengan Sang Khalik juga berarti menjamah Roh Agama yang benar dan tertinggi. Sedangkan kehilangan keintiman dengan Allah bagi Kekristenan sama seperti manusia kehilangan roh nya. Mati. Agama akan hidup dan menghidupi orang lain bila si pelaku Agama mempunyai hubungan Intim dengan ALLAH nya. Dalam keyakinan Kristen seperti yang di ajarkan Alkitab, hal ini merupakan Fondasi dasar yang kuat.
Maka disadari atau tidak, aliran darah dari semua apa yang dinamakan "pelayanan", dalam Kekristenan, semuanya bersumber pada "jantung keintiman" si pelayan dan Tuan nya yaitu Kristus kepada BAPA, Satu satu nya Khalik. Tidak pada banyak atau tidaknya seseorang melakukan upacara religi, maupun dalam penerapam hukum-hukum agama. Tidak pada aktifitas sosial, sekalipun dengan alasan yang terdengar rohani, juga tidak seberapa sering orang itu pergi kerumah ibadah. semua yang sudah disebutkan tadi nerupakan sesuatu yang baik, yang harus dilakukan karena tuntutan agama bahkan mungkin hal itu adalah aturan dari "hukum" itu sendiri. Tapi yang harus kita sadari bahwa tidak ada hukum agama yang nilainya lebih tinggi dari pada mengasihi Allah dengan segenap hati. Hukum diatas segala hukum, adalah kasih kepada Allah.
Bisa terjadi suatu saat ada orang yang berusaha melakukan tuntutan agama, tapi hati mya jauh dari ALLAH. Dia tergila-gila pada pelayanan, tapi bukan kepada siapa yang dilayani nya. Begitu dipenuhi kesibukan program tapi tidak "dipenuhi" Roh nya. Lukisan yang paling terang untuk hal ini ada pada cerita Marta, Maria dan Yesus. Seperti Marta, gambaran dari orang yang sibuk melakukan sesuatu untuk Yesus. dari pada duduk dekat kaki Sang Tuan dan mendengar dia berbicara dalam keintiman layaknya Maria, Marta memilih sibuk di ruangan lain yang mana Tuan tidak ada disana.
Disini kita tidak sedang berbicara tentang orang-orang yang melakukan perbuatan jahat manusia, seperti mencuri, membunuh, berzinah atau hal-hal jahat lain yang kasat mata. Kita lagi berbicara tentang orang baik. Tapi bisa terjadi, ada orang baik, tapi belum tentu ia punya hubungan intim dengan Allah. Ada lagi, suatu cerita Yesus, mengenai dua orang yang pergi ke rumah Ibadah. Yang satu adalah orang baik (kalau tidak mau dikatakan sempurna) dan juga ahli agama. Kita mengetahuinya waktu dia berdoa. Dalam doa nya dia berkata kalau dia bukan seorang pembunuh, pezina, atau pencuri, melaikan seorang pelaku hukum Torat yang taat. Sementara disisi lain berdiri seseorang penghianat negara (pemungut cukai). Ia seorang pendosa dan pastinya bukanlah seorang yang baik.
Mereka berdua ada dalam ruangan ibadah yang sama, dan menghadap ALLAH. Beribadah......
tapi hasilnya,.. yang satu diterima yang lain tidak. Dan ini yang sungguh-sungguh mencengangkan. Yang Ibadah Doanya diterima oleh ALLAH bukan orang baik itu melainkan si Pemungut cukai. Loh,..
Dari cerita ini Yesus sementara mengajarkan murid-murid, bahwa letak perkenanan ALLAH pada manusia bukan dari hal-hal dilakukan manusia sekalipun itu baik. Perkenanan ALLAH pada manusia terletak pada Anugrah Ilahi Nya yang muncul dari rasa sayang Allah pada manusia, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal supaya barang siapa yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (yoh 3:16).
Rasa sayang (terjemahan bebas).
Hei,... Itu adalah seruan keintiman Allah bagi manusia. Itulah kabar baik,... Inilah Injil yang benar.
Bahwa Allah mengasihi kita.
Bukankah itu panggilan keintiman?
Dia yang memulai hubungan yang intim dengan manusia.
Maka, Agama yang benar bukanlah seperti kebanyakan agama ciptaan manusia yang dipenuhi seremonial liturgis belaka. Hubungan intim ALLAH dan ciptaanya lebih dari sekedar agama kebanyakan. Kekristenan, sebenarnya adalah masalah hubungan dengan ALLAH.
Dihari yang terakhir (matius 7) Sang Tuan Agung mengusir orang-orang yang merasa sudah melayani dan melakukan sesuatu untuk Dia. Tuan itu berkata "..,enyahlah kamu,.. Aku tidak mengenal kamu". (Kata "kenal" disini dalam pengertian bahasa yunani nya adalah hubungan intim). Bayangkan, sudah melayani bahkan mengusir setan dan bernubuat tetapi tidak dikenal ALLAH??? Apa apaan ini.
Tapi itulah kenyataanya. Semua pelayanan bila tidak didasari hubungan dengan Sang Tuan hanyalah ajang pementasan sandiwara manusia dengan segala macam topeng busuk kebaikan manusia semata mata.
Sekian ribu Tahun berlalu semenjak Kristen awal ada di bumi. Tapi berita ini tidak pernah dan tidak akan berubah. Yesus sudah meletakan dasar bangunan Rumah ALLAH dengan bahan ini, para Rasul juga. Biarlah Generasi sesudah nya ketika membangun dinding serta perabotan perabotan didalam nya, membangun dengan bahan yang sama yaitu, Ke INTIMAN.

bygrace's picture

Salam kenal,

Salam kenal, Vicksion

Tulisan ini mengingatkan lagi apa yang berulang-ulang diajarkan oleh Yesus dan para rasul mengenai hukum yang utama dan panggilan utama pengikut Kristus.

Tulisan ini mengingatkan pula tentang mutlaknya menjalin hubungan yang mesra dan benar dengan Allah sebelum kita melakukan sesuatu apapun yang - kita pikir - diinginkanNya. Tanpa hubungan yang telah dipulihkan dengan Allah sebagai dasar, semua 'kebaikan' dan 'kebenaran' kita cuma ilusi ('baik' dan 'benar' di mata kita) atau - menurut Vicksion - sandiwara belaka.

Thanks,Bro.

vicksion's picture

SALAM KENAL JUGA

Trims, buat koment nya,.....