Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Melayani juga perlu sistem dan mekanisme

Mujiono's picture
Perlunya Pembinaan Para Calon Pelayan
 
Suatu hari saya berkunjung ke rumah teman setelah pulang bekerja.
Ya.... seperti biasa kami ngobrol-ngobrol.... sampai kepada pelayanan Gereja.
Kebetulan teman saya ini dicalonkan sebagai anggota Majelis karena beberapa anggota Majelis akan purna bakti dan biasanya diadakan pemilihan anggota Majelis baru, salah satunya adalah teman saya ini.
 
Saya :  Gimana persiapan kamu?
Teman saya : Aduh.... sebenarnya aku belum siap untuk dicalonkan menjadi anggota Majelis, karena aku tidak tahu apa-apa, bahkan aku jarang mengikuti kegiatan Gereja.
Saya : Jadi kok kamu mau dicalonkan?
Teman saya : Ya .... Mau bilang gimana lagi..... ketika saya dikunjungi pelayan Gereja, mereka katakan gak papa pak, nantikan bapak tau sendiri.
Saya : Apa tidak ada pembinaan khusus untuk para calon anggota Majelis sebelum mereka dicalonkan?
Teman saya : Tidak ada tuh, ya ....... mengalir seperti air sajalah.. ikutin saja
Saya : Wah... kalau gitu saya sarankan kamu harus belajar sendiri, karena setahu saya jemaat yang terpanggil dalam pelayanan Gereja harus dipersiapkan dulu dengan sistem dan mekanisme yang ada di Gereja sehingga para calon pelayan tersebut memang betul-betul menguasai tata layanan dan pengajaran gereja yang berlaku.
teman saya : Ya... sudahlah..... kita serahkan pada Tuhan sajalah
 
Hal tersebut di atas sering terjadi dalam Gereja-Gereja Konvesional, yang belum membutuhkan sistem dan mekanisme pelayanan yang dinamis, berkembang terus menerus sesuai dengan kebutuhan jemaatnya  tanpa mengabaikan Tata Layanan dan aturan yang berlaku, dan terkesan monoton.
 
Perlunya pembinaan dalam jemaat yang khususnya terpanggil dalam pelayanan jemaat, agar nantinya para pelayan tersebut paham benar dengan ajaran-ajaran yang berlaku dan tidak menjadi batu sandungan bagi jemaatnya karena bisa-bisa nantinya lebih pintar jemaatnya daripada pelayannya (anggota Majelsi), atau bahkan ada yang sama sekali tidak bisa menerima ajaran dan sistem serta mekanisme gereja yang ada tapi justru ingin menerapkan ajaran-ajaran yang lain (di luar ajaran Gereja yang berlaku) dengan harapan akan membentuk komunitas baru (Gereja di dalam Gereja).
 
Mudah-mudahan tulisan ini bisa membuat kita lebih serius lagi dalam panggilan pelayanan kita, sehingga tidak ada istilah " anggota Majelis Mingguan" yang kurang berbobbot dan tidak mempunyai visi dan misi  dalam pelayanan jemaat ke depan yang mencakup secara keseluruhan (dari anak-anak sampai orang tua).
 
 
Rusdy's picture

Seleksi Pelayan

"...bisa membuat kita lebih serius lagi dalam panggilan pelayanan kita,..."

Cara Tuhan menyeleksi para pelayanNya memang bikin saya bingung. Masalahnya, siapa sih yang qualified menjadi pelayanNya? Melihat kriteria minimal untuk menjadi penatua di gereja menurut 1 Timotius 3, membuat saya berdecak kagum kalau memang ada yang mampu mengisi kriteria tersebut.

Kalau mau direnungkan, saya bisa terpilih menjadi pelayanNya membuat saya bangga. Mungkin bak mbah Maridjan yang begitu bangganya dipilih menjadi penjaga gunung merapi. Bedanya, saya lebih sering (selalu): "udah nggak absen buat pelayanan aja udah bagus, mao minta apa lagi sih?"