Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menyandang Jabatan

smile's picture

Setelah Fit and Proper Test, akhirnya anggota DPR dari komisi III melayakan Komjen Timur Pradopo menjadi balon Kapolri menggantikan Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri yang akan memasuki masa pensiun.Beratkah menjadi Kapolri? Bapak Pengayom Indonesia?
Beratkah menyandang jabatan tertentu? Apalagi dibutuhkan tanggung jawab yang sangat besar?
 

Diluar negeri, seperti di Jepang, Perdana mentrinya mengundurkan diri karena tidak bisa merealisasikan janjinya sewaktu berkampanye, suatu perbuatan seorang yang gentlemen.

Di Indonesia, menurut Pengamat sosial kemasyarakatan Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Tubagus Januar Soemawinata menilai, pejabat di Indonesia tidak punya ‘urat malu’ sehingga tidak bakalan  mau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rasa pertanggungjawaban apabila terjadi bencana ataupun berbuat kesalahan atas kebijakannya. “Nampaknya, pejabat di Indonesia menjadikan kursi jabatan sebagai kue kekuasaan yang dinikmati, bukan amanat yang harus dipertanggungjawabkan,” ungkap Januar di Jakarta, Sabtu (6/3).
(diambil dari Jakarta Press.com)

Semua mau menyandang jabatan, tapi ogah untuk bertanggung jawab.
Semua mau menjadi PNS, jika diminta tanggungjawab akan berkata, Masa gaji sekecil ini diminta tanggung jawab sebesar itu?

Pertama menyandang jabatan dengan mengatakan amanah, mau mengabdi, mau menciptakan perubahan yang lebih baik ( mungkin lebih baik untuk dirinya sendiri...) uang bukanlah yang terutama (tapi kampanye pake uang...) Tapi lama kelamaan lupa dengan tujuan utamanya menyandang jabatan itu.

Kecenderungan untuk legowo itu nampaknya hanya sebuah slogan saja. Begitu hebat untuk dikatakan, tapi begitu susah untuk dibuktikan.

Sebenarnya, apa yang dicari dari menyandang sebuah jabatan? Apakah mencari keuntungan untuk diri sendiri, ataukah untuk bisa merealisasikan apa yang diinginkan dari desakan yang ada dalam hati semata, atau untuk kepentingan orang banyak?

Bagaimana dengan Prabowo? Yang dipaksa untuk meletakkan jabatannya ketika 1998?
Membaca buku karangan A.Prambudi, yang berjudul “KONTROVERSI KUDETA PRABOWO”, membuat saya berpikir apakah memang di Indonesia itu tidak bisa dilaksanakan suatu demokrasi yang benar-benar demokrasi?

Begitu bingungkah orang menyandang suatu jabatan, sampai kadang tidak sepantasnya seseorang yang berpikiran sangat intelek menjadi tidak berpikir intelek?

Apakah harus ditekan dan terus ditekan agar tidak keluar jalur dan rajin bercermin diri?

Demikian saya tuliskan cuplikan pembicaraan dari buku tersebut, halaman 24 dan halaman 25 :

Presiden Habibie kembali ke ruang kerja.
Pukul 09.00 Presiden meninggalkan kediaman Kuningan
menuju Istana Merdeka. Di depan tangga istana, Pangab Wiranto menantikan kedatangan Presiden, dan memohon untuk diperkenankan melaporkan keadaan di lapangan, tetapi hanya empat mata.

Dalam kesempatan bicara berdua dengan Presiden, Pangab Wiranto melaporkan bahwa pasukan Kostrad dari luar Jakarta bergerak menuju Jakarta dan ada konsentrasi pasukan di kediaman Presiden di Kuningan, demikian pula di Istana Merdeka.

Jenderal Wiranto mohon petunjuk.

Dari laporan tersebut, Presiden Habibie menyimpulkan bahwa Pangkostrad bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab. Presiden Habibie langsung memberikan instruksi, "Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad sudah harus diganti dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing."

Jenderal Wiranto bertanya, "Sebelum matahari terbenam?"

Presiden Habibie mengulangi, "Sebelum matahari terbenam!"

Jenderal Wiranto bertanya lagi, "Siapa yang akan mengganti?"

Presiden Habibie menjawab, "Terserah Pangab."

Sebelum Pangab meninggalkan ruang kerja Presiden, ia menyampaikan bahwa untuk mengamankan keluarga Presiden, ia sudah menginstruksikan agar mengumpulkan seluruh keluarga Presiden di Wisma Negara.

Presiden bertanya, "Untuk berapa lama kami harus tinggal di Wisma Negara?"

Tergantung perkembangan keadaan," jawab Pangab.(*)

(*) Setelah Jenderal Wiranto meninggalkannya, Presiden Habibie
memikirkan hal-hal buruk yang mungkin menimpanya. "Mengapa keluarga
saya harus dikumpulkan di satu tempat? Apakah tidak lebih aman jikalau
anak-anak dan cucu-cucu saya tinggal di tempatnya masing-masing dan
dilindungi oieh Pasukan Keamanan Presiden? Mengapa mereka harus
dikumpulkan di satu tempat?" (Detik-Detik yang Menentukan, hlm. 83-84).
"Saya teringat nasib keluarga Tsar Romanov dari Rusia yang semuanya
dibunuh di satu tempat dalam revolusi kaum Bolshevik. Pemikiran yang
mengerikan timbul." (Detik-Detik yang Menentukan, hlm. 96)

Apa yang bisa diambil disini? Penguasa yang tidak benar benar berkuasa. Menyandang jabatan yang teramat berat menjadikan pemikiran para politikus menjadi selalu berpraduga.Memang itu sah sah saja, karena politik itu kejam dan kadang tidak mengenal siapa kawan dan siapa lawan, kill or tobe killed.

Pernahkah terbayangkan untuk menjadi seorang pemimpin? Jika hanya membayangkan itu mudah, tapi disaat sudah berada didalamnya tentu akan menemui bukan sedikit hal hal yang ternyata diiluar dari apa yang sudah direncanakan dan apa yang diharapkan.

Hari ini tidak akan sama dengan hari esok.

Satu menit akan berbeda dengan satu menit kedepan.

Semuanya tidak bisa di prediksi.
Apakah dengan menyandang jabatan sebagai pemimpin, bisa benar -benar mempunyai bawahan yang loyal? Bisa benar benar menjadi pemimpin yang baik, yang tidak mementingkan dirinya sendiri?

Sebenarnya sangat lah tidak enak menjadi pemimpin, yang benar benar dituntut banyak sekali tanggung jawab.Kesalahan yang dibuat oleh departemen yang dipimpinnya sudah seharusnya menjadi tanggung jawab dari pemimpinnya. Dan jarang sekali dengan jiwa ksatria mundur dari jabatan karena merasa gagal, walaupun tidak dilakukan secara langsung oleh dirinya.

Budaya mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain mungkin sudah sangat melekat dengan negeri ini. Apa lagi yang tersisa?

Ketika belum mendapat apa apa, dan belum menjabat apa apa, bicaranya paling keras, kritikannya paling tajam, tetapi semuanya akan berangsur memudar setelah jabatan dipegangnya.

Jabatan keren yang sedang naik daun sekarang , yaitu KORUPTOR....(walaupun dari dulu sudah ngetrend sekali, karena KPK dan  Komjen Susno Duaji-lah si whistle Blower, maka koruptor jadi kelihatan kepermukaan)
Apa relevansinya? Dari memangku jabatan itu pasti akan ada arah menuju korupsi.
Bolehlah sumpah jabatan diucapkan, ikrar dibaca keras dan mantap, tapi untuk prakteknya? (apalagi tak terlepas kata kata DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH....)

Bagaimana dengan hal tersebut dalam kekristenan?
Siapkah menyandang jabatan sebagai Hamba (T)uhan? Sebagai Pendeta? Sebagai Ahli teologia?

Apalagi dengan gelar :
teologi seperti S.Th, MA, M.Div, M.Th sampai D.Min

tidak bisa dengan sembarangan. Apalagi dengan ijazah palsu atau aspal. Mengapa? Karena setiap hamba (T)uhan harus mempertanggungjawabkan semuanya itu  bukan hanya kepada masyarakat umum, namun terutama kepada (T)uhan Yesus Kristus.

Hamba Tuhan atau sejenisnya, termasuk pendeta,adalah wakil dari (T)uhan di dunia yang tugasnya adalah menyampaikan Firman (T)uhan melalui kotbah, pengajaran dan sebagainya. Jabatan yang diemban bukan hanya sekedar profesi semata, tapi sebaliknya dari merekalah (T)uhan akan memberkati dan mencurahkan keselamatan serta segala berkat-Nya kepada para jemaat.

Atau, jika sudah hidup dalam kelimpahan, maka jabatan asli sebagai pendeta, yang sarat dengan panggilan, akan menjadi sampingan dan kebutuhan dunia bisa menjadi hal utama yang akhirnya menyesatkan, membutakan dan menjadikan seorang hamba (T)uhan menjadi seorang Penipu.

Bagi saya pribadi, setiap manusia yang diberikan kehidupan, memiliki suatu hubungan khusus dengan (T)uhan, dan setiap orang akan memangku jabatan sesuai dengan apa yang (T)uhan tentukan dari awal. Kepekaan dan kedekatan kepada (T)uhan-lah yang bisa menggiring kita menjadi peka dengan jabatan yang (T)uhan berikan buat kita dalam kehidupan ini.

Dunia hanya menjanjikan ketidakabadian, semuanya akan selalu berlaku sementara, Tapi (T)uhan yang Maha Kuasa- lah yang menjanjikan jabatan sejati untuk kita sebagai anak Allah.

Siapkah menyandang jabatan itu? Jika anda tidak siap, (T)uhan berkata siap, jadi tunggu apalagi?

Smile
Oktober 16th 2010
 

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

iik j's picture

Jabatan? Pimpinan? Tanggung jawab

Jabatan? Pimpinan? Hah!
Semua orang eh tepatnya banyak orang menginginkan mendapatkannya, memimpikannya,mengusahakannya dengan berbagai cara. Tapi waktu udah dapetin itu gimana?

Ternyata 'nangkring' diatas sama sekali tidak enak. Banyak konsekuensi, banyak tuntutan, harga yang dibayar lebih mahal ketimbang waktu sebelum mendapatkan jabatan itu (seharusnya).

Itu kalo secara 'dunia'.

Bagaimana dengan hidup dalam Tuhan?

Sedikit kesaksian smile... barusan aku nangis di gereja he he he... (jarang - jarang eh setahun sekali juga ga mesti hua ha ha ).

Semalam aku 'jalan' PI dengan satu orang anak komsel. muter kesana kemari, dan halleluya ga dapet 'teman baru'.

Pegel, aku memilih beli minum es teh, keluar mall dan nongkrong duduk cuek di teras deket taneman2 depan gerai MC. D tapi ga beli makanannya (seperti biasa). Hujan, gelap.. aku 'ndlongop' sama anak itu kira2 30 menit.

Aku bicara dengannya, "Kok ga dapat kenalan yah? Aku dah berdoa lho tadi sebelum pergi.. padahal... aku pengen sekali bisa kenal orang baru lagi. pengen dapat orang yang bisa n mau denger Injil Kristus lagi. Apa sih penghalangnya? Apa karena aku dah terlalu sibuk dengan kerjaan? terlalu sibuk mikir duit? Suatu saat kalo ini bener2 menjadi penghalangku untuk dapetin jiwa2... mungkin aku harus melepaskannya. Tuhan... kenapa sih kok ga kasih kesempatan kenalan sama orang?" sambil ngedumel aku bicara panjang lebar.

Ga lama kemudian aku pulang gitu aja.

Pagi ini, aku ke gereja. eh yang kotbah ternyata teman pendetaku yang dulu mantan muslim, FPI, dan anak salah satu Gus...

Dia cerita banyak soal pertobatannya menjadi seorang Kristen, pencarian dia selama ini tentang kebenaran.. sederhana. Ga muluk2

Aku tersentak. Bukan lagi masalah Tuhan ga menyediakan orang buat kuinjili, tetapi aku penuainya yang lalai... padahal Tuhan seperti yang smile tulis diatas setiap manusia yang diberikan kehidupan, memiliki suatu hubungan khusus dengan (T)uhan, dan setiap orang akan memangku jabatan sesuai dengan apa yang (T)uhan tentukan dari awal. Kepekaan dan kedekatan kepada (T)uhan-lah yang bisa menggiring kita menjadi peka dengan jabatan yang (T)uhan berikan buat kita dalam kehidupan ini.

Begitu banyak di luar sana.. belum mengenal Kristus. Bagaimana dengan aku, kita, yang sudah dipilihNya untuk menjadi anakNya?

Jabatan istimewa yang udah kita sandang ini buat apa?

Wowwwww... sadar akan hal itu, aku menyesal dengan ucapanku semalam. dan tak terasa nangis deh... he he he...

Aku, bisa mendapatkan apapun, bisa berubah menjadi siapapun, ter up-grade menjadi apa saja. Tetapi bagaimana dengan jabatan kekal yang kupunya, kita punya itu? Resikonya sampai kepada kekekalan.

Salam smile...

 

 

smile's picture

iik : are you ready?

Menurut smile, apa yang jadi kehendakNya bukanlah seperti apa kehendakmu.Apa yang direncanakan, belum tentu (T)uhan juga rencanakan.Jika selalu terjadi semuanya sesuai dengan apa yang kita kehendaki, apalah gunanya ada (T)uhan lagi, sekalipun itu dilakukan demi kemuliaanNya.

Bagi smile, (T)uhan itu misteri yang tak akan pernah bisa terpecahkan bagi kehidupan manusia. Suka atau tidak, kita hanya bisa mendekatkan diri, tak tau rencana (T)uhan yang sebenarnya buat kehidupan kita. Jika hanya karena satu kali atau dua kali, lalu memutuskan untuk meninggalkan semua yang sdah diraih sekarang, apakah tidak terlalu terburu buru jadinya?

Untung kamu cepet sadar ik,.....-)

apakah siap, ketika (T)uhan bilang, sekarang waktunya,..kamu akan Ku pakai untuk menjaring manusia....hayooo....(T)uhan tahu kemampuan kita tentunya,...hihihii.....-)

Jangan kaget yah ketika waktunya tiba.....are u ready???

 

 

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

PlainBread's picture

Cermin

Kalau mau lihat rakyat suatu bangsa, lihatlah anggota2 parlemennya. Sedikit banyak ada kemiripan.

Kalau mau lihat elit suatu bangsa, lihatlah pemerintahnya. Sedikit banyak ada kemiripan.

Agama2 samawi (Islam, Kristen, Yahudi) menggambarkan Tuhan yang menyediakan surga dan neraka, alias konsekuensinya kemungkinan besar nanti, setelah mati. Jadi kalo ada korupsi gila2an dan main cewek diam2, mulai dari tanah Arab, Amerika, atau Indonesia, mungkin bisa dimengerti. Kalo pun berdosa, toh bisa bertobat. Itu sebabnya di negara2 di wilayah tersebut, peraturan mesti banyak dibuat. Biar ada kontrol katanya; power tends to corrupt. Selama gak ketahuan yah gpp. Penjara itu buat orang yang ketahuan, katanya.

Sementara sebaliknya, patut dipertanyakan kenapa Jepang bisa begitu. Setau saya gak ada aturan tertulis di UU mereka bahwa kalo gagal harus mundur. Tapi kenapa malah mereka sering melakukannya? Apakah untuk mereka berbuat baik itu punya makna yang lebih dalam dari sekedar "stick and carrot" alias neraka dan surga? Tidak ada konsep surga dan neraka, tapi orang bisa berbuat baik, lebih baik daripada orang2 yang punya konsep sorga dan neraka! Hossana! Subhanallah!

Jabatan terasa begitu penting buat banyak orang. Ada desiran hasrat Butuh Diakui oleh orang banyak. Makanya berlomba2 mencari titel, baik itu Phd (tapi kalo ngomong isinya ngawur), atau gelar, seperti gelar pahlawan. Apa pentingnya diakui sebagai scientist, dokter, pahlawan bangsa? Apakah waktu kecil kurang dipuja puji oleh orang tua dan sanak saudara sehingga setelah besar masih butuh pengakuan?

Demi seonggok eksistensi, begitu pernah kata Liel :)

smile's picture

-) PB

Sementara sebaliknya, patut dipertanyakan kenapa Jepang bisa begitu. Setau saya gak ada aturan tertulis di UU mereka bahwa kalo gagal harus mundur. Tapi kenapa malah mereka sering melakukannya? Apakah untuk mereka berbuat baik itu punya makna yang lebih dalam dari sekedar "stick and carrot" alias neraka dan surga? Tidak ada konsep surga dan neraka, tapi orang bisa berbuat baik, lebih baik daripada orang2 yang punya konsep sorga dan neraka! Hossana! Subhanallah!

Kalau menurut smile,mayoritas penduduk jepang memang beragama Shinto dan Budha, tapi tentunya masih ada juga yang memeluk agama Kristen atau katholik.Mungkin dalam Shinto tidak ada surga dan neraka, tapi tentu mereka mempercayai surga dan neraka dalam pandangan mereka sendiri, dalam nama dan pengertian mereka sendiri.Dalam budha ada nirwana,ada karma.

sebenarnya mungkin,...diJepang disiplin dan tanggungjawab mereka terlatih sejak mereka kecil, sejak jaman para samurai,mereka akan harakiri jika memang mereka tidak dapat menanggung malu.Tapi makin lama tentunya jiwa kepatriotikan seperti itu makin memudar. apalagi orang yang katanya tidak takut mati,disaat ,menjelang ajal akan tetap memiliki perasaan itu.

smile juga punya teman yang tak pernah takut sepertinya ngadepin apapun,tapi sekalinya dia sakit dan harus operasi, dia bilang terus terang,...doakan saya yah,..saya takut,....

 

oh, jadi ngelantur yah,..itu aja yang bisa smile bahas,...assalamualaikum.-)

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

PlainBread's picture

Kemunafikan

Smile, poin saya adalah adanya kecendrungan yang besar di dalam agama2 samawi mengenai hal kemunafikan. Saya gak tau apakah karena mayoritas pengajarannya terletak kepada fokus perbuatan2 (deeds, rakaat, pahala, dll), atau karena hal2 lain.

smile's picture

PB : oke.

Oke,...saya menangkap maksudnya.TQ-)

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

mujizat's picture

Tanggungjawab moral vs Cinta Tuhan vs Cinta diri sendiri

Shalom,

Menurut Muji, kebiasaan Jepang soal itu menyangkut tanggung-jawab moral yang sepertinya merupakan paradigma turun-temurun, sampai2 kalau bicara"harakiri" langsung ingat Jepang. Tapi apakah budaya "tidaktahu malu" juga warisan negara2 tertentu semacam Indonesia? Atau apakah penampilan beberapa gelintir pemangku jabatan di Indonesia serta merta mewakili seluruh bangsa Indonesia? Walahualam,...

Agama samawi saya rasa mendidik manusia cinta Tuhan (kalee,...). Yang bisa nangkep pesan moralnya, dalam artian cinta Tuhan, cinta kebenaran dan cinta keadilan, Muji rasa mampu memiliki "tanggung-jawab moral" sebagaimana dilakuin bangsa Jepang. Sedang yang salah persepsi soal ajaran agama samawi, terjebak dalam egoisme, sampai2 untuk mencapai surga-pun (mungkin) dilakukan dengan menumpahkan darah orang lain, yang (mungkion juga)  anehnya merasa berbuat bakti bagi tuhannya. Disinilah diperlukan tuntunan (baca=agama) yang sejati.

Celakanya, yang biasanya semangat mencari jabatan (dengan cara apapun: sikut sana, sikut sini, semisal pemilihan calon Bupati,...) sementara orang2 yang tulus (baca=punya integritas) sedikit punya kesempatan, disamping itu , mereka ogah main kotor, akhirnya ngak muncul ke permukaan.

Ah, taulah.

Omong2, maksud Smile dengan (T)uhan itu apa?  Napa ngak cukup "Tuhan" saja? Atau apa bedanya Tuhan dengan (T)uhan?

Salam,

__________________

 Tani Desa

smile's picture

Muji

Thanks muji untuk sharingnya,maksud smile kenapa (T)uhan, bukan Tuhan?

Karena aslinya satu, tapi disembah dengan banyak cara oleh orang dari berbagai keyakinan...jika kurungnya dilepas, berarti semua orang didunia percaya akan yang satu itu dengan satu penyembahan dan satu keyakinan, itu menurut smile lho,....

 

-)

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

mujizat's picture

Smile, ooo, begitu,...

Oh, maksudnya begitu.

Ok, thanks.

GBU

__________________

 Tani Desa

KEN's picture

smile: Maksud PlainB benar

Kita tidak perlu muncul ke permukaan. Buat apa setelah muncul ke permukaan lalu kau mengajar yang baik-baik sementara dalam dirimu busuk? Bukankah itu berarti kau itu penyesat?

 

Namun hal itu masih terhitung relatif. Dalam arti selama bisa dan mampu berbuat yang terbaik, lakukanlah. Namun bukan karna ingin muncul ke permukaan, dan juga bukan pura-pura rendah hati dan rendah diri. Lakukanlah apa adanya dan saya yakin orang lain diberi kemampuan untuk menilai siapa dirimu.

smile's picture

ken : tidak searah dengan tulisan blog

saya mengerti Ken, dengan sharing dari PB, tapi untuk sharing anda, melancong dari topik dari blog saya, maaf.

kecuali kalau kau disini anda tujukan untuk orang banyak.

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

KEN's picture

smile: sorry

saya pikir kamu belum ngerti, makanya saya coba bantu. Saya memang cuma sambung dari komentar saja, tidak dari blog.

smile's picture

Ga apa Ken

Oh,..ga apa Ken,...thank buat sharingnya,...

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

mujizat's picture

Smile, lagi ya?

Maaf smile, Muji nambah lagi.

Belum seminggu ini Muji kopdar dengan rekan guru dari Chichago yang dari negara bagian Illinois. Nama beliau Mr Brett. Sekitar dua jam kami ngobrol soal apa saja, termasuk pendidikan. Beliau juga ingin belajar bahasa Indonesia.

Muji sempat membaca buku yang dia bawa berjudul: "American Life and Institutions" tulisan Douglas K. Stevenson dan satu dua hal Mr Brett jelasin.

Katanya, negara bagian Mississippi yang mayoritas penduduknya adalah black-people memiliki kesadaran yang sangat rendah soal pendidikan. Kami bicara soal paradigma, dan Mr Brett mengakui bahwa soal mengubah Paradigma suatu bangsa adalah persoalan khusus yang tidak mudah diatasi.

Entahlah, bagaimana pendapat Smile soal paradigma bangsa Indonesia yang tidak punya "urat malu" seperti you told earlier.

Kadang Muji diskusi sama anak2 Muji, dan ternyata mereka berpikiran seperti Muji. Misalnya begini: bahwa secara kekayaan alam, sebenarnya Indonesia itu kaya raya, seperti kandungan minyak bumi, biji besi, tambang emas, timah hitam dlsb. Tapi sepertinya bangsa kita tak mampu mengelola.

Bayangin, sudah merdeka 65 tahun tetap saja tidak punya industri hilir pengolahan minyak bumi, tapi export minyak mentah, lalu import minyak (jadi) dengan harga berlipat. Belum lagi soal korupsi dan budaya "tak tau malu",...

Haruskah Indonesia "ganti penduduk" (just kidding) atau tukar tempat?

Ya,... dibutuhkan suatu metode untuk mengubah paradigma bangsa.

__________________

 Tani Desa

smile's picture

muji : berapa lama?

Paradigma itu ada karena tercipta dengan bergulirnya waktu, jelas itu bisa dirubah. Jika tanya waktu nya berapa lama, tentunya masing masing pribadi harus punya mental dan kesatuan untuk melakukannya.jika tidak, hasilnya akan sia sia belaka.

maaf Muji, smile tidak pernah mengatakan Entahlah, bagaimana pendapat Smile soal paradigma bangsa Indonesia yang tidak punya "urat malu" seperti you told earlier.

Saya hanya mengkopas ucapan dari

Di Indonesia, menurut Pengamat sosial kemasyarakatan Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Tubagus Januar Soemawinata menilai, pejabat di Indonesia tidak punya ‘urat malu’ sehingga tidak bakalan  mau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rasa pertanggungjawaban apabila terjadi bencana ataupun berbuat kesalahan atas kebijakannya. “Nampaknya, pejabat di Indonesia menjadikan kursi jabatan sebagai kue kekuasaan yang dinikmati, bukan amanat yang harus dipertanggungjawabkan,” ungkap Januar di Jakarta, Sabtu (6/3).
(diambil dari Jakarta Press.com)

Jika negara Ini terbentuk 65 tahun berarti akan memakan waktu yang sanagt panjang untuk bisa merubah paradigma, kecuali jika manusianya yang satu dan yang lain punya pikiran yang sama dengan pa yang kita pikirkan, dn juga prosesnya itu memerlukan waktu yang akan sangat lama....tapi bisa saja tentunya dilakukan.

 

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"