Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pelaku Firman Tuhan

simon nugroho hadikusuma's picture

Dan Raja itu akan menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."  Matius 25 : 40  

 

 

          Dari tanggal 6 – 9 September 2010, 2 (dua) gereja di Semarang bergabung untuk membuka pos mudik gratis PEKA – Peduli Kasih. Kami menyiapkan berbagia macam fasilitas untuk pemudik yang akan mudik ke arah Timur lewat jalur Selatan. Dengan megaphone para pemuda-pemudi bergantian meneriakan “GRATIS, GRATIS! Bukan penipuan (beberapa penikmat cerita kalau ada pos mudik yang menuliskan GRATIS di spanduk, tapi hanya minum, yang lain bayar). Makan, minum GRATIS! Pijat GRATIS! Toilet GRATIS! Bengkel GRATIS! Tes kesehatan GRATIS!
 
          Seorang teman sendiri mengomentari, “Aneh, sudah GRATIS masih teriak-teriak mengundang.” Memang benar dengan 3 megaphone, mereka di posisi 50 meter sebelum pos, 25 meter sebelum pos dan tepat di pintu gerbang pos mudik GRATIS! Dengan senter bak pengatur lalu-lintas mempengaruhi pemudik untuk berbelok masuk ke area pos mudik.
 
          Seorang pegang mike menawarkan berbagai macam fasilitas yang bisa dinikmati pemudik, seorang memegangkan speaker dan seorang memegang poster kecil Toilet GRATIS, Makan - Minum GRATIS, Tes Kesehatan GRATIS, Pijat GRATIS, seorang memegang minuman gelas bagi mereka yang tak ingin berhenti bisa mengambil minuman dan terus melanjutkan perjalanan.
 
          Ini adalah Peduli Kasih tahun ketiga. Pengunjung sekitar 800 roda 2 (sendiri, berdua bahkan berempat) dan sedikit beroda 4 dalam 4 hari Peduli Kasih.
 
           Ada pengunjung yang telah 3 kali dalam 3 tahun ini. Dan pengatur parkir GRATIS, yang juga jemaat selalu bilang pada mereka yang akan melanjutkan perjalanan:
          “Hati-hati dijalan, selamat jalan Tahun depan kami tunggu lagi,”
atau
          ”Selamat sampai tujuan, tahun depan kami tunggu di sini,”
atau terserah apa kata pengatur parkir.
 
          Dan pada pengatur parkir, sering mereka mengungkapkan rasa terimakasihnya karena telah mendapatkan kesempatan istirahat, teristimewa mereka yang membawa balita.
           “Terimakasih pak,” dengan senyum yang tak menunjukan kelelahan setelah perjalanan yang sebetulnya sangat melelahkan. Panas, jauh, macet dan bagi yang berpuasa - istirahat hanya sekedar ke toilet, tidur di tikar adalah suatu kenikmatan tersendiri.
 
          “Pak, punggung saya sudah sembuh. Terimakasih ya,” dengan gagah tak seperti ketika dia turun dari roda 2 nya. Turun sempoyongan dan membungkuk -bungkuk. Kami sangka setelah perjalanan jauh dia kesemutan.
          “Pak ada tukang urutnya (ahli pijat urat)?" tanyanya pada pengatur parkir.
           “Punggung saya salah urat.”
 
          Seorang pengunjung yang lain dari Jakarta akan ke Klaten, dengan kendaraan besarnya yang stang rendah, turun dengan gontai / sempoyongan dan kami harus bantu pegang kendaraannya agar tak jatuh. Wow keren, motor besar, merah kena kotoran air comberan yang telah mongering (belepotan) dengan stang bak pembalap.
           “Wah, kendaraan ini kelihatan keren pak, tapi punggungku sakit semua,
 terlalu membongkok dari Jakarta, jalanan macet. Dan hampir 20 jam baru sampai sini,” dia katakan dengan wajah menahan nyeri, kusut dan kami harus bantu melepas tas punggungnya.
 
          Seorang bapak di sela-sela istirahatnya sempat berdialog, anak dan istrinya sudah mudik duluan dengan kereta api seminggu yang lalu, menghindari tarif  lebaran
          “Berhemat pak.”
          Sambil menjalankan mesin pijat portable dia mengurut kaki dan lehernya. Kami tawarkan untuk dia tidur tengkurap dan kami yang jalankan mesinnya.
          “Wah, punggung saya linu semua pak.”
          Kami jalankan mesin pijat dari leher, bahu, punggung, pantat. Dan dia sangat menikmati, sekalipun kami bukan tukang pijat beneran. Perjalanan dari Jakarta akan ke Madiun, setelah sekitar 18 jam perjalanan, saat berdialog jam 14.00 di Semarang dan dia berharap jam 24 .00 paling lambat sampai di Madiun bertemu dengan istri yang kawatir memantau suaminya lewat handphone. Perjalanan yang sangat melelahkan!
 
          Setelah merasa cukup beristirahat, dia menghampiri beberapa diantara kami:
          “Bapak, ibu. Perbuatan amal bapak ibu tak bisa saya balas. Biar nanti Gusti Allah yang balas.”
          Terharu kami menerima ucapan itu, Tuhan Yesus kok mau pakai kami untuk meringankan beban mereka yang butuh tumpangan walau sementara. Kami katakan padanya bahwa kami sudah menerima dari Gusti Allah dan sekarang kami sedang berbagi.
          Dengar wajah berbingar dia meninggalkan kami.
          “Hati-hati di jalan pak. Tahun depan kami ada di sini lagi, berkunjunglah.”
          Dia baru sekali ini mudik naik roda 2 dan pengalaman indah yang dia dapatkan. Kami berharap dari mulutnya, minimal keluarganya mengerti ada orang-orang yang sedang membagi kasih milik Gusti Allah. Semoga.
 
          Seorang pengendara lain, dengan mesin yang belepotan oli yang ternyata packingnya bocor, merasa beruntung bisa beristirahat, menikmati mi gelas, kue basah, menikmati minuman multi vitamin, tiduran di bawah pohon rindang yang kebetulan juga langit sedang berawan tebal mau hujan. Tenaganya pulih untuk melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur dan mesin roda 2 nya telah selesai disservice GRATIS, ganti packing, isi oli dan siap melanjutkan perjalanannya.
Tak terbayangkan jika dia, sekalipun badannya tinggi besar harus menuntun roda 2 nya yang juga besar dan berat oleh barang bawaan, sementara keluarga menanti dia tak kunjung datang.
 
          Malam itu, jam 21.30 kami mulai berkemas. Sudah sejak pagi jam.08.00 para pemuda/i, karyawan/wati, guru les yang disela-sela kesibukannya ikut melayani, ahli pijat refleksi yang sehari-hari praktek di rumah merelakan waktu untuk beberapa hari melayani pemudik (keahlian pijat refleksi dia dapatkan dari pelatihan yang diadakan oleh klasis gerejanya), mahasiswa/i jenjang S.1/S.2 , seorang dokter bedah, seorang dokter yang sedang mendalami spesialis anak. Bapak pendeta dan istrinya bergantian (sementara pembantu di rumah juga mudik, mereka bergantian menjaga 3 anak di rumah pastori – luar biasa keteladannya) mendampingi jemaatnya dari pemuda/i sampai kakek/nenek, juga beberapa penatua hadir meneladan pada pelayanan pendeta & ibu. Tak berkesan lelah, wajah-wajah ceria yang belum mandi sore. Kami menyelesaikan PEKA - Peduli Kasih malam itu dengan doa:
 
            “Bapa sorgawi, kami berterimakasih, Bapa mau pakai kami untuk berbagi kasih. Terimakasih, apa yang telah kami lakukan boleh meringankan beban sebagian para pemudik. Kami berdoa untuk para pemudik, di jalan yang padat dan kelelahan tubuh mereka, lindungilah mereka sampai di rumah. Beri juga kami kesehatan dan istirahat malam ini, agar besok pagi kami bisa berbagi kasih dengan yang lain lagi. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”
 
          Dengan melakukan PEKA apakah kita sudah melakukan untuk Tuhan Yesus dalam konteks seperti kata Firman Tuhan dalam Matius 25 : 40?
          Menurut saya belum!
Purnomo's picture

Posko mudik gratis Sabda Space Semarang

           Bagaimana kalau tahun depan user SSS ikutan di posko ini? Pasukan Rumah Singgah bisa menyediakan nasi kucing, pijat shiatsu dan orkes anak jalanan dan ditambah baca puisi by Smile.

          Salam.

simon nugroho hadikusuma's picture

Posko mudik gratis siap menanti SSS

Sebelum 2 gereja ini bergabung, kami 4 tahun yang lalu belajar dari gereja lain yang sudah memulai lebih dahulu. Kami siap bersama-sama SSS, apalagi ada orkes anaknya. Menarik! Kalau perlu waktu penutupan panitia, evaluasi kerja,  SSS yang berminat bisa kami undang.

Trimakasih, pak Pur.