Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Berubah

Melvin Silitonga's picture

Dulu aku adalah seorang yang kasar dan setiap perkataan yang keluar dari mulutku adalah perkataan yang kotor. Kalau orang bilang "ngomongnya tidak pake perangko", asal keluar aja seperti orang muntah.

Setiap orang yang mendengarnya butuh kasih karunia untuk bisa tetap bertahan, karena telinganya akan panas dan wajahnya pasti akan menjadi merah, karena menahan emosi yang meluap di hatinya.

Orang2 bilang aku ini sebaiknya mati saja, karena kalau hidup hanya menyusahkan saja. Apalagi mamaku adalah seorang janda yang harus menghidupi kebutuhan 4 orang anaknya, sehingga dia harus kerja dari pagi sampai malam untuk itu semua, tentunya punya anak seperti aku merupakan kutukan baginya.

Tetapi aku sama sekali tidak peduli, sebab yang kutau adalah apa yang kumau (kek iklan aza ya..)

Tetapi semua itu berubah 180 derajat ketika kelahiran anakku yang pertama. Katika kulihat betapa sulitnya proses persalinan itu, antara hidup dengan mati.

Barulah kusadar, bahwa ternyata untuk melahirkan aku, mamaku harus berjuang sampai hampir mati. Sejak saat itu, aku berjanji tidak akan lagi menyakiti mamaku sampai kapanpun.

Tanpa kusadari aku berubah menjadi seorang yang berkata2 jauh lebih lembut dari yang sebelumnya, dan sangat jarang kata2 kasar keluar dari mulutku.

Ternyata setelah aku sadari, aku sudah semakin dewasa, apalagi aku sudah mempunyai anak yang kepadanya aku harus menjadi teladan.

Setelah aku berkeluarga, barulah aku tau makna kehidupan yang sesungguhnya, dan bahwa aku bukanlah aku yang dulu, yang kasar dan suka menyakiti orang lain, tetapi aku yang sekarang adalah seorang pria dewasa, suami dari istriku yang tersayang, juga bapak dari anak2 kami.

Baru aku sadari bahwa sebagai seorang yang dewasa, baik secara usia, tanggung jawab maupun secara moril, aku harus berubah, tidak lagi seperti dulu. Sebagai orang dewasa aku harus belajar menahan emosiku ketika berkomunikasi dengan orang lain, sekalipun orang itu menyakiti perasaanku. Sebagai orang dewasa aku harus tau memposisikan diriku bahwa aku harus lebih bijaksana dalam segala hal, apalagi apabila aku berhadapan dengan orang2 yang usianya lebih muda dariku.

Sebagai orang dewasa, aku harus belajar untuk menata setiap perkataan yang keluar dari mulutku, karena aku sudah tau bahwa hanya dibutuhkan 1 - 2 menit saja untuk merusak suatu hubungan dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinya.

Sebagai orang dewasa, aku harus tahu bahwa aku dinilai oleh orang lain, dan aku tidak bisa memaksakan keinginanku kepada orang lain.

Sebagai orang dewasa, sampai hari inipun aku masih terus belajar agar aku jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Aku akan terus belajar untuk terus bertambah dewasa dalam segala hal.

__________________

Di dalam Dia tersembunyi segala Harta Hikmat dan Pengetahuan
God bless u
Melvin

teograce's picture

Semakin dewasa, semakin aku

Semakin dewasa, semakin aku sadar akan cinta Bapa.. :)

 

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

vicksion's picture

Belajar dari pengalaman

pengalaman emang guru paling baek,..

Thnx tulisan nya,

Hannah's picture

Ngemeng-ngemeng

Bicara kasar di SS dianggap bersikap jujur kepada diri sendiri. Bicara baik-baik dianggap munafik.

Menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata makian dianggap kasih untuk kebaikan orang yang dimaki. Menasehati dengan kata-kata halus dianggap berkhotbah dan biasanya si 'pengkhotbah' akan ditertawakan.

Cacian berlanjut ke lebih banyak umpatan. Penjelasan secara baik-baik akan berakhir dengan cemooh.

Yang menurut gw pribadi menarik di forum kek gini adalah bagaimana mencegah diri sendiri supaya gak terbawa arus. Diskusi baik-baik dengan orang yang kasar bukanlah hal yang mudah tapi pembelajaran selalu bisa terjadi di mana pun dalam kondisi apa pun karena di antara yang kasar tetap ada segelintir yang bijak seperti bang Hieronymus dan kang Ferry yang gak perlu kasar tapi tetap bisa membagikan wawasan dan kebijaksanaannya kepada yang gak berpengalaman kek gw ini.

__________________

“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi