Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pengangguran Terselubung

Rusdy's picture

Sepertinya Tuhan menciptakan manusia untuk tidak pernah puas. Kalau dulu saya stress pagi-siang-malam karena belum mendapat pekerjaan tetap, sekarang saya stress karena merasa keahlian saya belum digunakan secara maksimal (padahal ahlinya hanya makan-tidur). "Pengangguran Terselubung" katanya.

Ketatnya persaingan lapangan pekerjaan bisa mengakibatkan yang lulusan universitas ternama pun keringetan. Dulu, ketika saya baru selesai kuliah, saya menunggu selama 8 bulan sampai mendapat pekerjaan tetap. Jumlah CV yang keluar pun sudah tak terhitung, yang pasti lebih dari 100 CV dengan covering letter yang unik ke 100-an perusahaan yang berbeda. Setiap covering letter minimal butuh 2 jam untuk persiapannya. Tidak jarang yang butuh berhari-hari karena memiliki selection criteria yang panjang. Dari semuanya itu, saya hanya terpanggil untuk wawancara oleh 5 perusahaan. Jawabannya pun semua sama, "Walau kualifikasi anda baik, sayangnya anda tidak mampu bersaing dengan yang lain karena kurang pengalaman". "Buset, namanya juga lulusan baru, mao pengalaman apa? Pengalaman dari Hongkong?" gerutu saya.

"It's not what you know, but who you know" memang saya amini. Akhirnya, saya mendapat pekerjaan dari kenalan orang gereja. "Weleh, tau gitu gue nggak usah repot-repot dan sutris sampai kayak gini", gerutu saya. Padahal, harga diri sudah hancur berantakan berkat kerja serabutan termasuk ngepel lantai dan membersihkan toilet. "Masa lulusan universitas kerja beginian", gerutu saya lagi.

Herannya, walaupun sekarang saya sudah bekerja dengan kondisi yang jauh lebih baik, masih saja bergumul dengan ketidak puasan kerja. Walaupun di kepala saya tahu, kepuasan dalam bekerja tidak akan bertahan lama, secara tidak sadar saya masih mengejarnya. Sepertinya saya masih belum bisa mengamini eksperimennya Salomo, yang sudah bekerja di proyek besar, tetapi tetap saja dia masih bisa berkata 'meaningless'. "Masa iya sih? Bisa aja si Salomo emang dasarnya nggak tau berterima kasih" pikir saya. "Ngaca dong!" pun langsung terlintas di pikiran saya saat ini.

Si Adam (atau ular, whatever) memang brengsek. Gara-gara dia, kerjaan yang seharusnya adalah kenikmatan manusia (Kejadian 2:15) menjadi kutukan (Kejadian 3:17-19). "Cuman disuruh nggak makan buah aja syusah amat" gerutu saya. Gara-gara dia, pekerjaan selalu saja banyak durinya, hasil pekerjaan serasa tidak ada artinya. Perekonomian dunia hanya berputar-putar di tempat, hanya untuk mengoroti bumi ini (seperti yang sudah saya gerutu di blog sebelumnya).

Mungkin, "pengangguran terselubung" ini diizinkan Tuhan supaya saya terus teringat akan bumi dan langit yang baru. Secara tidak sadar, saya telah men-Tuhan-kan pekerjaan. Bagaimana tidak, saya lebih perduli akan kepuasan pekerjaan dibanding kerajaan Tuhan, "Dosa!! Dosa!!" kata hukum pertamanya Musa.

Saya selalu ketakutan ketika membaca perumpamaan Yesus tentang talenta (Matius 25:14-30). Jangan-jangan saya adalah si hamba yang malas, yang mengubur talentanya di tanah. Bukannya sibuk mengusahakan talenta ini, malah sibuk-sibuknya mengurusi urusan pribadi sendiri. Bukannya hamba yang malas di cerita itu juga sama? Siapa tahu dia "malas" bukan karena ongkang-ongkang kaki, tapi dia sibuk dengan hal lainnya. Walaupun hal-hal lainnya itu baik, seperti keluarga, bekerja (untuk bos yang lain), de el el, tapi, pekerjaan yang diberikan juragan utamanya malah terlantar.

"Habis bagaimana?" pikir saya. Saya terlalu pengecut untuk berdoa agar Tuhan mendatangkan bencana. Rutinitas hidup saya yang terbilang 'enak' adalah cobaan tersendiri. Pintar juga si iblis (Adam, Ular, whatever) menggoda saya untuk mengubur talenta ini.

Saat ini saya hanya bisa berdoa agar Tuhan tidak membiarkan saya mentelantarkan pekerjaan utama saya. Bagaimana caranya supaya saya tidak dicap sebagai "Pengangguran Terselubung" di buku kehidupan? Saya juga tidak tahu pasti. Berbekal "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada" dari Kolose 4:5, saya berharap bisa mempekerjakan talenta saya diantara teman sekerja. "Pekerjaan memang penting, tetapi lebih penting lagi orang-orang di sekitar kita", kurang lebih begitu yang diajarkan kepada saya.

---

You put me here for a reason
You have a mission for me
You knew my name and You called it
Long before I learned to breathe

Sometimes I feel disappointed
By the way I spend my time
How can I further Your kingdom
When I'm so wrapped up in mine

by Mercy Me

tonypaulo's picture

termasuk terlalu intens dalam ngeblogs?

mungkinkah termasuk terlalu intens dalam ngeblogs?

sekedar bertanya saja...

kalau profesinya bloger...mungkin tidak kali ya

 

:)

salam

dennis santoso a.k.a nis's picture

ilusi kepuasan

yup, susah emang untuk merasa puas.

di satu sisi, kata orang "itu bagus, berarti kamu masih bisa maju". bahkan ada orang yang bikin buku yang judulnya kira2 "who move my cheese" atau apa lah yang membahas pendapat di sisi ini.

di sisi lain, "emang hidup ini cuma buat kerja yah? dan bukannya kerja buat hidup?".

gue rasa salomo pun belum mendapatkan jawaban yang dia suka deh rus ;)

PlainBread's picture

Kerajaan Sorga ada di antara kamu

Dulu saya pernah memikirkan hal tersebut. Saya sibuk kuliah, sibuk kerja, tapi saya seperti tidak melayani Tuhan.

Dulu di blog Purnomo juga pernah dibahas mengenai hal ini, mengenai profesi pelayanan. Banyak jawaban SSer yang bagus2. Sudah saatnya kita tidak lagi memisahkan antara pekerjaan non-rohani dan rohani. Karena kerajaan Sorga ada di antara kita, bukan dibatasi oleh tembok gereja.

Saat ini saya percaya 24/7 Tuhan maha melihat, dan apa yang saya lakukan adalah untukNya, untuk orang lain dan juga untuk saya. Dan berbuat untuk orang lain dan untuk saya tentunya bagian dari perintah Tuhan (Mengasihi Tuhan <--> mengasihi sesama <--> mengasihi diri sendiri).

Dengan begitu saya tidak akan cemas mengenai bagaimana ending cerita hidup saya, atau soal status "pengangguran terselubung" pada diri saya di buku kehidupan.

Yenti's picture

aktualisasi diri-bersyukur-ketidak puasan

Sepertinya Tuhan emang menciptakan manusia untuk tidak pernah puas... G kadang2 pikir iya juga:). Ada yang mengatakan , hiduplah seperti air yang mengalir. Kalo hidup seperti itu terus, gimana bisa maju yah?? Tapi kalo hidup dengan satu target dan mau mencapai yang lebih, katanya tidak bersyukur:p he..he..

Pada saat kerja, g pikir setiap manusia punya keinginan yang ia  akan capai dan itulah suatu kebutuhan manusia - aktualisasi diri. Setiap manusia membutuhkan itu, dan seberapa besar aktualisasi dirinya, mungkin itulah yang akan mempengaruhi kepuasan/ketidakpuasannya sejauh apa. Mungkin.....

Melvin Silitonga's picture

Setiap orang punya tujuan spesifik

Pasir, batu, angin, dll yang ada di dunia ini tidak ada yang tidak punya tujuan. Semuanya punya tujuan mengapa dia ada di bumi ini.

Apalagi kita yang notabene diciptakan serupa dan segambar dengan Allah (kej. 1:26), yang mana ketika kita percaya kita juga disebut sebagai anak (Yoh. 1:12), yang dikasihi dan dijaga seperti biji mataNya (Ul. 32:9-10), yang sudah tentu memiliki tujuan.

Juga apabila kita melihat bahwa setiap orang (dari +/- 6 milyar penduduk dunia ini) adalah pribadi yang sama sekali berbeda satu dengan yang lainnya, mis: wajah dan bentuk tubuh tidak ada yang sama, sidik jari tidak ada yang sama, struktur jaringan kornea mata tidak ada yang sama, bahkan helai rambut kita apabila dicheck DNAnya tidak ada yang sama pula.

Hal itu juga menyatakan bahwa setiap orang pastinya memiliki tujuan yang juga spesifik sebagaimana setiap pribadi adalah juga spesifik.

Apa tujuannya? Tujuannya secara umum adalah agar setiap pribadi juga bisa menjadi berkat dan menjadi gambaran2 Allah di mana mereka ada (kej. 1:26-28), sehingga bumi ini dipenuhi dengan gambaran Allah. Yang mana setiap manusia bisa mencapai kemaksimalan masing2 sesuai dengan potensi yang ada padanya.

Oleh karena manusia dirancangkan menurut gambar dan rupa Allah, yang mana artinya hakekat (sifat) ilahi juga ada pada manusia, termasuk juga sifat untuk selalu melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Hal inilah yang membuat manusia sulit untuk mencapai tingkat kepuasan diri, apalagi apabila dia hidup juga hanya untuk diri sendiri. Karena mereka akan selalu merasa belum mencapai apa yang terbaik bagi hidupnya, akibatnya, mereka akan mencoba untuk melakukan lebih dan lebih lagi dari yang sebelumnya.

Menurut saya, setiap orang sebenarnya sebelum mereka diciptakan pribadi lepas pribadi, Tuhan sudah lebih dulu merancangkan fungsi dan tujuan masing2 (Maz. 139:16). Bukanlah diciptakan dulu baru dipikirkan tujuannya apa.

Sama seperti microphone, yang mana tujuannya telah ada lebih dulu, barulah pembuatannya. Demikian juga manusia, sudah ada tujuannya barulah kelahirannya di muka bumi ini (Ef. 2:10)

Nah pertanyaan pentingnya adalah, apa tujuan spesifik dari tiap2 pribadi?

Tentunya hal ini harus kita kembalikan pertanyaannya kepada Tuhan yang sudah menciptakan kita. Karena yang paling tahu spesifikasi setiap buatan/ciptaan adalah penciptanya sendiri.

So, itulah pentingnya bagi kita untuk memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan (melalui berdoa dan baca Firman), sehingga kita mengetahui maksud dan tujuan Tuhan atas hidup kita (Maz. 25:14).

Apabila kita sudah mendapatannya, maka hidup kita tidak akan lagi merasakan ketidakpuasan, karena kita sudah berjalan di dalam rancangan yang memang Tuhan sudah siapkan bagi kita, atau kalau dunia ini mengatakan "takdir" (sekalipun Kekristenan tidak mengenal yang namanya takdir)

Seperti Bunda Theresia yang sudah menemukan rancangan Tuhan atas hidupnya, sehingga dia tidak lagi disibukkan atau dipusingkan dengan segala kepuasan dunia ini, tetapi dia merasa sangat dipuaskan dengan melakukan apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidupnya, sekalipun dia tidak memiliki apa yang selama ini sangat diinginkan oleh orang-orang di dunia ini (mis, harta, jabatan, dll)

Nah, bagaimana dengan kita? Apakah setiap kita sudah mengetahui apa tujuan spesifik yang memang Tuhan sudah siapkan bagi kita?

Atau hari ini kita masih mencari-cari dan belum menemukan? Usia manusia sangatlah terbatas, kalau pemazmur katakan hanya berkisar 70 - 80 th (Maz. 90:10), dan itu semua berlalunya sangat buru2, sehingga baru aja tahun baru eh sekarang dah dekat tahun baru lagi. Sementara setiap detiknya setiap kita sedang menuju kepada kesudahan masing2, sesuai dengan usia yang sudah ditentukan bagi kita.

He he he ..., sepertinya terlalu banyak saya bicara hari ini ya... sorry deh bagi yang keberatan, terutama bagi sesepuh2 yang saya hormati di tempat ini.

__________________

Di dalam Dia tersembunyi segala Harta Hikmat dan Pengetahuan
God bless u
Melvin

Rusdy's picture

Me-Tuhan-kan Kerja

Menurut saya,

idolatry

yang satu ini sulit dideteksi. Setia dengan pekerjaan, membuat keluarga bahagia, melayani Tuhan adalah hal-hal yang sangat baik. Tapi, bagaimana mendeteksi ketika pekerjaan-pekerjaan yang baik ini justru telah mendapat tempat nomor satu di hati kita, bukan Tuhan lagi?

Brother Yun

di biografinya

The Heavenly Man

bercerita bahwa dia juga terjebak di siklus ini. Dia melayani Tuhan pagi-siang-malam sampai kelelahan demi berkembangnya gereja awal di daratan Cina tahun 1980-an, tetapi ia mengakui kekeringan rohani pada saat-saat tersebut. Bagaimana ia mendeteksinya? 

Sangat sulit, karena semua hal yang dia lakukan adalah hal-hal yang baik, dia sendiri melalui 'sapaan Roh 

Kudus' yang membuat dia sadar bahwa dia telah me-Tuhan-kan pelayanan.

Mungkin ketidak puasan saya dalam pekerjaan adalah 'sapaan Roh Kudus', sebagai pengingat saya bahwa kepuasaan kerja telah rusak gara-gara si Adam. Tapi saya yakin Tuhan setia akan janjiNya kepada kita:

'TUHAN berkata, "Aku akan membuat langit yang baru dan bumi yang baru. Kejadian-kejadian yang dahulu akan dilupakan dan tidak diingat lagi.
...
Umat-Ku akan panjang umur seperti pohon, dan menikmati hasil kerja mereka."' Yesaya 65:17-21

Saya berdoa, agar saya hidup untuk bumi dan langit yang baru itu, bukan sekadar untuk sekarang saja.

Jadi:

  1. @tonypaulo: terlalu intens ngeblog. Ya, kalau saking intensnya lupa bahwa Tuhan sendiri yang membangun kerajaanNya, itu namanya berperang lupa komdanNya kali yah?
  2. @dennis: ilusi kepuasan. Yup, menurut gue, Solomon is one of the bastard that was 'lucky enough' to enjoy every good things. Hasilnya, they are meaningless. Abis, langit dan bumi baru belom disini tuh ;)
  3. @plainbread: itu dia strugglenya si rusdi, mudah2an dia mengerjakan semua hal yang fana ini untukNya, bukan untuk membangun kerajaanNya sendiri
  4. @Yenti: tul tul, menurut saya, ketidak puasan manusia sengaja ditaruh Tuhan di hati kita, agar kita selalu mencariNya, seperti Pengkotbah 3:11 bilang, "He has also set eternity in the hearts of men; yet they cannot fathom what God has done from beginning to end."
  5. @Melvin: tul tul, makanya kita berdoa untuk sesama agar kita semua dicelikkan matanya terhadap tujuanNya, "supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus," Efesus 1:18

 

KEN's picture

Rusdy: Bekerja itu nikmat

Bodo amatlah ama si Adam (ular alias iblis, what ever-lah), pokoknya manusia dituntut untuk bekerja, dan bekerja itu nikmat-nikmat aja.

Yang bikin ga nikmat itu, ketika banyak orang picik dan munafik ga mengerti dilema orang-orang pengangguran hahahaha....

Bulshit tuh si picik dan si munafik!