Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PERSEPSI : Belajar Dari Kasus Hawa

Felly Sotanto's picture
Anda pasti pernah mendengar ada orang yang ngomong, “orang itu sudah salah persepsi”. Dan bagi orang Psikologi atau yang pernah belajar Ilmu Komunikasi, dan juga dalam bidang Perilaku Organisasi pasti sangat familiar dengan istlah PERSEPSI. Konsep ini kembali muncul dalam otak saya waktu saya lagi menyiapkan materi pelatihan yang dimana didalamnya saya memasukkan poin tentang PERSEPSI. Nah, saat materi ini saya masukkan ke dalam sesi pelatihan, saya pun teringat ada satu bagian dalam peristiwa Kejatuhan Manusia Dalam Dosa yang menurut saya bisa menjadi contoh kasus yang bagus untuk cerita tentang PERSEPSI. Sayangnya cerita dalam peristiwa tersebut tidak bisa saya ekspose untuk sesi pelatihan tersebut.
 
Cerita yang saya maksudkan adalah pada bagian yang berbunyi, “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian”. Persepsi bermula dari penginderaan, diolah ke alam pikiran dan berakhir dengan pengambilan keputusan. Dalam kasus tersebut sangat jelas dikatakan bahwa “Perempuan itu melihat”. Kemudian bagian selanjutnya dikatakan, “… sedap kelihatannya”. Kalo “melihat” menggunakan mata sebagai alat indera, maka “kelihatannya” disini proses sudah masuk ke dalam pikiran. Dalam berbagai pengajaran, kita sering diajari bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh kita terdapat panca indera. Dalam jiwa terdapat pikiran, perasaan, dan kehendak. Dan pada tahap ini imajinasi mulai berperan. Disadari atau tidak imajinasi melibatkan pikiran, perasaan, dan kehendak. Juga disadari atau tidak tawaran iblis sudah masuk dalam jiwa Hawa. Sampai disini kita sudah bisa memprediksi kalo 90% Hawa akan mengambil keputusan untuk “membeli” produk Iblis. Pernyataan “… lagipula pohon itu menarik hati…” mengkonfirmasi prediksi tersebut. Iblis sudah berhasil mendapatkan hati Hawa.
 
PERSEPSI merupakan suatu proses masuknya suatu pesan atau informasi ke dalam otak manusia, yang tanpa kita sadari berlangsung pada diri kita sewaktu kita mengamati sesuatu yang kita temui. Dalam kasus ini kayaknya Hawa sudah sangat sering mengamati pohon yang ada ditengah-tengah taman itu. Gerak gerik Hawa ini kayaknya terbaca oleh si Ular yang memang sedang mengincar Hawa. Proses PERSEPSI dibangun dalam 3 (tiga) tahap, yakni Sensasi, Atensi, dan Interpretasi.
 
SENSASI adalah tahap dimana proses yang berlangsung di panca indera yang kemudian di kirim ke otak. Sensasi yang dibangun oleh Hawa adalah lewat mata. Versi BIS menggambarkan hal ini dengan kalimat, “Perempuan itu melihat bahwa pohon itu indah”. Proses kejatuhan sudah dimulai. Gak heran dari pengalaman ini waktu Yesus kotbah di bukit, Ia memperingatkan kita dengan keras lewat pernyataan, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka”.
 
Tahap berikutnya adalah ATENSI. Contohnya begini, kalo ada sekumpulan orang yang menggunakan baju putih, kemudian ditengah-tengah kumpulan itu ada orang yang pake baju merah, maka mana yang akan menarik perhatian kita ? Yang pake baju merah kan. Nah, ditengah-tengah taman itu ada pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Saya juga gak tahu kenapa, ATENSI Hawa kok pada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat ? Apakah pohon kehidupan bentuknya gak indah ? Kayaknya ATENSI Hawa sudah dipengaruhi oleh SENSASI tadi.
 
Yang terakhir adalah INTERPRETASI. Tahap ini adalah tahap kesimpulan sebagai akibat dari proses yang telah berlangsung tadi. BIS menulis, “Dan ia berpikir alangkah baiknya jika dia menjadi arif”. Saya lebih tertarik dengan versi CEV, “She wanted the wisdom that it would give her”. Satu hal tentang INTERPRETASI ini adalah kesimpulan yang muncul pada dasarnya bukan merupakan hasil penalaran ataupun pemikiran intuitif, tetapi cenderung pada pemikiran-pemikiran yang telah ada dalam benak kita. Lain kata, apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman mempengaruhi PERSEPSI. Jadi, mungkin saja kesimpulan yang dibuat Hawa untuk mengambil apa yang ditawarkan si Ular karena pada dasarnya dalam pikiran Hawa telah ada sikap pemberontakan terhadap Allah, mungkin saja Hawa berpikir bahwa kayaknya ada sesuatu yang Allah sembunyikan dari Manusia atau Allah tidak mau Manusia menjadi sama seperti Allah, atau juga karena Hawa tidak memiliki pengalaman pribadi dengan Allah sehingga pikiran dan perasaan Hawa penuh curiga terhadap Allah. Jadilah PERSEPSI Hawa terhadap Allah rusak atau di rusak oleh si Ular.

Dari sini juga kalo saya ingat-ingat saat saya jatuh dalam dosa kayaknya memang gak langsung. Begitu bangun tidur langsung ambil keputusan untuk berbuat dosa. Saya berbuat dosa berawal dari sensasi, kemudian ada atensi dan akhirnya saya membuat interpretasi. Jadilah saya berbuat dosa. 

 

Sumber : pikirankristus.blogspot.com/2010/07/persepsi-belajar-dari-kasus-hawa_29.html

PlainBread's picture

Taman Eden adalah Crime Scene

Buat saya taman Eden adalah crime scene, di mana akhirnya mesti dipasang police line alias beberapa kerub dengan pedang yang menyala2 dan menyambar2.

Sebagai crime scene, menurut saya taman Eden adalah crime scene yang kasusnya adalah kasus paling rumit di dunia. Crime scene yang bisa menyainginya adalah apa yang terjadi di taman Getsemani pada malam saat Yesus ditangkap.

Out of curiousity, saya beberapa kali mencoba merekonstruksi ulang kejadian yang terjadi di taman Eden, dengan teman, dengan istri. Semua percakapan antara Adam, Hawa, Allah kita ikuti dengan perlahan dan kita perkatakan ulang dengan mengambil peran mereka. Sampe sekarang saya masih menganggap bahwa persepsi2 saya tentang crime scene taman Eden adalah misleading atau ngaco. Pernahkah anda berpikir seperti itu juga, bahwa persepsi anda tentang apa yang terjadi di taman Eden adalah ngawur dari awalnya?

Felly Sotanto's picture

@ PlainBread

 mungkin saja ya pak ya :) karena apa yang kita ketahui sebatas apa yang kita baca dari Alkitab dan apa yang di ilhamkan oleh Roh Kudus, karena itu dalam tulisan itu saya memakai kata "kayaknya" karena saya gk mengamati langsung  bagaimana kondisi dan situasi yang Hawa hadapi, mungkin saja jika saya dalam posisi Hawa, saya akan melakukan hal yang sama :) thanks Pak buat komentarnya :)

agamaitucandu's picture

@Felly Sotanto, @PB

Orang2 yg hidup di jaman Yesus punya persepsi yg lebih benar tentang apa yg terjadi menyangkut perihal pokok2 iman kristen dibanding kita yg hidup 20 abad kemudian.

Sebagian tulisan mereka kita akui sebagai kitab suci.

Blog2 d ss suatu hari bisa masuk kanon atau ga? Mungkin saja suatu hari persepsi kita berubah.

__________________

.

Felly Sotanto's picture

@ agamaitucandu

 :) hahahhah bisa juga daya imajinasi Bapak :) mungkin saja ya Pak, salah satu tulisan kita menjadi surat :) yang seratus tahun lagi ditemukan lewat temuan para arkeolog :) 

PlainBread's picture

@agamaitucandu Persepsi

Belum tentu AIC. Kita perlu ingat surat2 yang dikumpulkan menjadi alkitab itu baru terjadi paska generasi Yesus dan rasul2. Seperti kerusuhan '98 misalnya. Mungkin saya yang tinggal di wilayah timur cuma tau apa yang terjadi di wilayah saya, tapi tidak tau apa yang terjadi di wilayah barat atau utara. Saya rasa ada kemungkinan seperti ini dengan orang2 yang hidup di jaman Yesus.

Doktrin2 baru pun juga baru satu persatu terbangun mulai jaman Paulus dan bapak2 gereja. Misalnya dari ayat ini:

2 Petrus 3:16 Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.

Petrus menasihati jemaat soal surat2 Paulus di mana ada isinya yang sukar dipahami.

 

Penyalinan surat2 dari yang original ke salinannya (copy) dan kanonisasi surat2 yang beredar diseleksi menjadi satu buku yang namanya alkitab memang sering diperdebatkan baik di dalam kekristenan maupun di luar kekristenan.

 

agamaitucandu's picture

@pb: Better perspective

Saya setuju kalau dibilang kita yg ada di abad 21 punya perspektif lebih baik. Kita bisa dapat helicopter view, a bigger view ketimbang Paulus, Aquinas ataupun Calvin. Makin jauh jarak dengan obyek, perspektif kita makin baik.

Doktrin pokok yg mapan butuh beberapa abad utk mendapat perspektif yg memadai untuk dikanonkan.

Pada zaman rasul, perspektif mereka pendek dan terbatas. Namun dalam keterbatasan itu mereka punya kesempatan mencerap nuansa-nuansa semangat dan jiwa jaman (kata bdul d kotak ijo) yg masih kental karena masi dekat dengan peristiwa iman.

Memang kemudian jadi ada gap antara penghayatan iman abad 21 dengan iman kristen purba. Jiwa jamankah?

__________________

.

PlainBread's picture

@AIC belum tentu juga :)

Dari sisi itu memang keliatan persepsinya seperti lebih baik. Tapi seharusnya anda mengajukan keberatan kenapa anda bilang sebelumnya bahwa orang2 jaman Yesus punya persepsi lebih baik daripada kita. Karena mereka berada di waktu, sikon dan budaya yang sama dengan tokoh2 alkitab. Ada banyak contoh mengenai hal ini. Misalnya kenapa mesti Yudas digunakan untuk menangkap Yesus, bukankah Yesus terkenal apa orang2 yang mau menangkap harus ditunjukkan tanda kiss of Jude dulu baru tau yang mana Yesus? Kenapa Yohanes Pembaptis mengutus seseorang bertanya kepada Yesus apa benar Dia yang diutus Allah, apakah itu menunjuk keraguan Yohanes atau menunjuk sesuatu yang lain? Pertanyaan2 seperti ini kan gak bisa dijawab hanya dengan berdasar konteks saja, tapi mungkin butuh pemahaman tentang sikon, budaya dan hal2 lain di masa tersebut.

Ngomong2, bukankah sejarah ditulis oleh pemenang? Tentu belum lupa ingatan banyak orang Indonesia mengenai film G30 S PKI yang dulu diputar setiap tahun. Setelah rezim tidak berkuasa lagi, film itu juga dipertanyakan sehingga akhirnya dihentikan penayangannya.

Apakah itu juga berlaku dengan alkitab? Misalnya alkitab katolik ada deuterokanonika di dalamnya, sementara protestan tidak mengakuinya. Bukankah posisi alkitab sebagai "divine inspired writing" membuat perbedaan ini menimbulkan tanda tanya besar. Divine loh. Kalo gak divine ngapain capek2 dipikirin. Kecuali kalo klaim divine itu ternyata hanya merupakan klaim saja.

agamaitucandu's picture

@PB: Perspektif bukan persepsi

Maksud saya perspektif makin baik kalau ada cukup jarak. Sementara persepsi akan lebih baik jika kita berada cukup dekat.

Bapa gereja abad 1 punya persepsi lebih baik. Tapi kita punya perspektif lebih baik.

__________________

.

PlainBread's picture

@AIC

Iya ya, bener juga.

bintang seven's picture

@felly sutanto

klo persepsi dan sensasi bisa membawa kita ke tahap kejatuhan. apakah salah sensasi di neuro2 syaraf kita? Tuhan bilang pada saat kamu memakannya kamu mati. adam kayaknya gak mengalami sensasi dan persepsi itu? ia cuma diberi perempuan, buah itu dan alkitab mencatat hawa yg berpikir buah itu kelihatannya indah. tp dosa katanya masuk lewat adam. bukankah harusnya lewat hawa, yg mengalami persepsi dan sensasi tadi

apakah persepsi dan sensasi adalah pandangan awal kejatuhan?

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

blunder's picture

ketika

ketika mempunyai persepsi negatif, cepat sadar dan bertobat, itu lah yg dikehendaki Tuhan Yeshua hamashiah, cepat katakan dalam nama Yesus pergi lah engkau hai roh pikiran negatif. begitulah cara yg paling benar. selamat mencoba

__________________

mencintai diri sendiri, adalah harta terbesar.