Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

The Sun Has Set: Sebuah Refleksi atas kecelakaan Valentino Rossi di Mugello

ebed_adonai's picture

Bukan kawan...

Saya bukanlah seorang pebalap, ataupun seorang yang suka kebut-kebutan di jalan (mantan pacar saya malah lebih jago dalam hal ini, hehe). Alasan saya mengagumi Vale cuma satu, berani tampil 110% dengan mengedepankan keterampilan dan pengalaman, mengatasi segala kekurangan yang ada, melawan segala ketidakmungkinan. Karena alasan yang sama pulalah, saya mengagumi pebalap-pebalap GP motor seperti Kenny Roberts, Sr. (juara GP500 1978-80; Yamaha), Wayne Rainey (juara GP500 1990-1992; Yamaha) dan Kevin Schwantz (juara GP500 1993; Suzuki), dan bukannya pebalap-pebalap lain, berapa pun jumlah gelar yang telah mereka kantongi. "There's a whole lot more to racing than just winning", begitu bunyi sepenggal dialog dalam film animasi "Cars" (Disney-Pixar, 2006).

Saya mulai mengikuti jejak Vale kira-kira setelah dia menjadi juara GP125 (1997). Demikianlah berturut-turut hingga dia juga menjadi juara di semua kelas balapan (!), mulai dari juara nasional Italia, GP125 (1997), GP250 (1999), GP500 (2001), MotoGP 990cc (awal era 4 tak; 2002-05), hingga MotoGP 800cc (2008-09), dengan tim yang berbeda-beda pula. Tetapi, seperti yang saya kemukakan di atas, bukan jumlah gelar di berbagai kelas yang membuat saya tertarik pada kiprahnya-pebalap legendaris Giacomo Agostini dengan total 122 kali juara seri dan 15 kali juara dunia dalam soal ini masih jauh di atas Rossi, melainkan spiritnya dalam membalap...

Dedikasi dan talenta Vale di dunia balap motor memang luar biasa. Bahkan semasa kanak-kanak, hobinya tidak jauh dari bermain-main di sekitar paddock tim balap ayahnya. Jika pebalap-pebalap pada umumnya berusaha mati-matian dalam kualifikasi untuk start terdepan, Vale malah "lenggang-kangkung." Saat yang lainnya fokus dalam mencetak best lap tercepat dengan setelan mesin yang kuenceng (tapi tidak reliable untuk jangka waktu lama) dan ban khusus kualifikasi (yang super sticky, tapi cepat aus), Vale justru sibuk dengan mencari settingan motor yang terbaik untuk balapan nanti. Tidak heran do'i sering tercecer start di urutan yang ke-sekian. Begitu pula saat balapan berlangsung. Tatkala yang lainnya berusaha untuk menyeruak ke depan dan meninggalkan yang lain sejauh-jauhnya sesegera mungkin (1 detik saja sudah menyisakan jarak yang cukup berarti dalam dunia balapan), Vale adem-ayem saja di belakang, menjauhkan diri dari resiko bersenggolan di lap-lap awal, dan justru menggunakan 4-5 lap awal untuk mengetes setelan motor dan kondisi sirkuit. Setelah mendapat groovenya, baru do'i "mengamuk" dan mengasapi satu demi satu pebalap yang ada di depannya. Ngguenggggg....!! Brmmmmmm....(engine braking..)...!!

Sempat panas karena dituduh juara gara-gara nyemplak motor yang pada dasarnya memang gahar, dengan sedikit berselisih paham dengan Honda, Vale memutuskan untuk pindah beralih ke tim ayam sayur (kala itu) Yamaha, yang sudah paceklik juara sejak tahun 1993 (pernah sejenak bangkit dengan bergabungnya si nyentrik alm. Norifumi Abe, namun akhirnya layu jua sebelum berkembang). Nah, justru di titik inilah, saya semakin mengagumi Vale...

Sudah jamak dalam dunia balap, orang berusaha untuk bergabung dengan tim terkuat (=tunggangan tercepat), dan biasanya akan terus bercokol di sana, 'til fat lady sings. Lihat saja Michael Doohan (juara GP500 5 kali berturut-turut, 1994-98) dengan tim Honda. Atau kalau mau cari bandingannya di tim F1, Michael Schumacher bersama tim Ferrarinya, saat musim balap 1996-2006. Seakan ingin hendak mengatakan pada dunia bahwa dirinyalah (dan tim; do'i sangat menghargai kerja tim yang mendukungnya) yang menjadi jawara kontes balap motor sejagat, dan bukan teknologi, Valepun memulai kiprahnya bersama motor ala kadarnya tim Yamaha di sirkuit Welkom (Afsel) 2004. Khalayakpun mulai harap-harap cemas dengan masa depan Vale...

Mamma Mia...

Ternyata Vale membuktikan sesumbarnya (karena inilah saya sering menasehati my girls di rumah, kalau sombong itu adalah sifat yang tidak terpuji; tapi lebih kacau lagi kalau sudah sombong ternyata tidak sesuai dengan mulut besarnya, njelei tenan). Do'i kembali menjadi juara. Pada titik ini, Vale (imho) setara pebalap-pebalap lawas yang saya sebutkan di atas. Bagi yang sudah menikmati dunia balap motor era '80-'90-an, siapa yang tidak kenal dengan Kenny Roberts, Sr.? Jengkel dipecundangi melulu sama motor-motor yang lebih cepat, om Kenny mengadopsi teknik rear wheel sliding dari balapan dirt track (do'i memang sudah kawakan di sana), supaya motor lebih cepat kembali ke posisi lurus sekeluarnya dari tikungan, thus, memangkas banyak waktu di tikungan (dan memberikan tontonan yang menarik pula bagi pemirsa, bravo!). Gayanya ini kemudian banyak diikuti oleh pebalap-pebalap bergaya cowboy (dari Amerika pada umumnya), termasuk Vale. Selain itu, om Kenny juga menciptakan satu teknik lagi yang sekarang sudah umum diikuti oleh pebalap-pebalap motor di mana pun juga, yaitu dengan menggeser pantat dan menurunkan dengkul ke arah belokan motor saat menikung, untuk melawan gaya sentrifugal. Wayne Rainey dan Kevin Schwantz. Wah, wah. Kalau yang dua ini siapa juga yang tidak kenal. Berbekal motor yang notabene inferior dibanding Honda, keduanya menyuguhkan tontonan yang sangat menegangkan di era mereka (jauh lebih seru dibanding era balapan computerized seperti sekarang, sungguh). Sliding, hampir bersenggolan, terseok-seok di tikungan, dan lain-lain, semua demi mendapatkan kemenangan dari motor tim goliath, Honda. Satu aksi dari kedua pebalap kawakan ini yang masih saya ingat sampai sekarang adalah saat Schwantz menyalip Rainey pada lap terakhir di sirkuit Hockenheim Jerman, tahun 1991...

So much for the great moments...

Layaknya semua mahluk di bawah matahari, Vale pun tidak bisa menghindar dari takdir yang sama. "Untuk segala sesuatu ada masanya" (Pkh 3:1), tulis seseorang dari ribuan tahun silam...

Eitss.. Tenang dulu...^^

Maaf para Rossi dieharders. Saya bukan hendak mengatakan bahwa Vale sudah letoy di usianya yang ke-31. Lha di umur segitu orang masih perkasa-perkasanya kok. Bukan pula karena Vale sudah tidak punya fighting spirit lagi untuk meraih kemenangan demi kemenangan di pentas balap motor. Percayalah kekasih-kekasih. Berbeda dengan pebalap-pebalap pada umumnya yang cenderung untuk suam-suam kuku saja setelah meraih gelar, dan lebih banyak menghabiskan waktu bermewah-mewah ria dalam hidup (Kimi Raikkonen adalah salah satunya), Vale adalah salah satu pebalap yang paling berdedikasi yang saya pernah tahu untuk selalu menang dalam setiap balapan, entah sudah mengunci gelar atau belum, entah sudah pernah juara atau tidak. Yang inyong maksudkan, Vale sudah semakin dewasa sekarang...

Di usia 30-an, orang sudah mulai lebih tenang dalam berpikir. Lebih matang. Banyak pertimbangan ini dan itu, sebelum memutuskan sesuatu. Ironisnya, dunia balap (imho) 50 persennya adalah kenekatan, kegilaan, kegarangan; dan itulah yang justru membuat dunia balap jadi menarik. Karena itu tidaklah mengherankan, jika di usia 30-an, secara alami para pebalap cenderung menjadi tidak ofensif. Dari sudut pandang kita, hal ini seringkali disalahartikan sebagai tidak mumpuni lagi, sudah tua, sudah tidak sanggup bersaing, dlsb. Jika disimak baik-baik, paling tidak dari tahun 2008, sebetulnya Vale sudah mulai menunjukkan "penurunan". Kalau tidak karena gelarnya dirampok oleh si setan merah Ducati dengan Casey Stoner sang joki yang melesat secepat panah (musim balap 2007 hampir seluruhnya dimemangkan oleh Ducati, dengan selisih waktu tidak tanggung-tanggung pula), Vale seperti "lesu darah" dalam menjalani balapan. Silakan tonton rekaman balapan Vale dari era 2006 ke bawah, dan yang dari masa selebihnya, maka kekasih-kekasih akan tahu apa yang saya maksudkan...

Dan tahun 2009 silam adalah puncak dari "penurunan" Vale. Dengan jumlah/selisih poin dan kemenangan yang agak minim, do'i sempat "diragukan" kemenangannya oleh wartawan sport Italia. Yup. Orang boleh terkesima dengan kemenangan Hail Mary Vale di tikungan terakhir sirkuit Catalunya. Saya pribadi benar-benar tidak menyangka Vale masih bisa menang saat itu. Namun tampak jelas di sana, betapa Vale sudah sangat keteteran sebenarnya meladeni kenekatan rekan setimnya, Jorge Lorenzo, yang terkenal senang "menjual nyawa" demi memenangkan balapan (simak catatan crash do'i sejak bergabung di MotoGP). Intinya, Vale seringkali hanya beraksi saat dirinya betul-betul kepepet. Sekedar contoh, coba saja lihat balapan di sirkuit Valencia Portugal tahun lalu...

Dan akhirnya...

Pada Free Practice 2, sebelum balapan akhir pekan lalu di sirkuit homeland Vale, Mugello (do'i pernah menang di sana tujuh kali berturut-turut), entah karena frustrasi dua kali beruntun dipecundangi Lorenzo atau bagaimana, Vale terjatuh di salah satu tikungan (kontur naik-turun belak-belok Mugello memang menuntut pebalap harus ekstra hati-hati dalam memacu tunggangan). Celakanya, kali ini terjatuhnya itu harus dibayar dengan istirahat total selama minimal dua bulan (kabar terakhir malah mengatakan 4-5 bulan), karena tulang kaki Vale patah. Buyar sudah impian untuk meraih gelar yang ke-10. Hmm. Ingatan saya melayang ke tahun 1993 silam, saat Wayne Rainey hampir pasti meraih gelar juara dunia yang ke-4 berturut-turut, namun terjatuh di tengah balapan, dan mengalami kelumpuhan total dari leher ke bawah (!). Syukurlah cedera Vale tidak separah Rainey. Seseorang dengan kaliber dia memang seharusnya tidak terpancing seperti itu. Namun seseorang yang secara kejiwaan sudah lebih tenang jelas tidak bisa dipaksa untuk berliar-liar ria. Mau gila-gilaan sambil ragu-ragu? Akibatnya malah fatal. Poor Vale. My deepest sympathy to you, pal. Recover soon...

Kekasih-kekasih...

Merenungkan pengalaman Vale, saya jadi ingat beberapa waktu lalu, saat bersama teman-teman fotografer hunting foto malam puncak perayaan Waisak 2010 di candi Borobudur. Waktu itu (seorang juru foto harus selalu ingat ini: Juru foto itu datang duluan, pulang belakangan) saya dan beberapa teman dari Cilacap jalan-jalan keluar area candi untuk menghilangkan rasa jenuh. Mereka makan bakso, sedangkan saya keluyuran ke Mendut. Pulang-pulang, gapura Borobudur sudah dikancing, dan ditinggal lungo begitu saja oleh panitianya. Tak mau kalah set, teman-teman yang kebanyakan masih muda-muda ini ambil jalan pintas meloncati pagar yang lumayan tinggi dan ujungnya runcing pula (hiiiyyyy... ngeri). Sejenak terpikir untuk mengikuti jejak mereka (yang belakangan saya tahu lewat sms, malah ketangkep sama polisi, hehehe). Namun baru mau ambil ancang-ancang, kok sepertinya berat betul ya? Jadi maju mundur. Akhirnya, setelah menimbang-nimbang, seandainya dengan segala "barbel" sekian kilo ini ternyata saya memang tidak kuat/tangkas, daripada mencelakai barang dan (terutama) diri saya sendiri, terjatuh dari atas pagar, atau bahkan nancep di sana (amit-amit dahhh....), saya putuskan untuk mengambil gambar dari luar saja...

Slaman... Slumun... Slamet...

Pulang ke rumah... Ketemu my girls... End of adventure...

To Vale (pardon my Italian): Il mio amico. Uscire da esso mentre è ancora possibile. Dopo tutto, lei è uno dei più grandi campioni del motociclo mai... (My friend. Quit it while you still can. After all, you are one of the greatest motorbike champions ever..)

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Evylia Hardy's picture

sulit ...

Vale sebagai seorang cowok ... tak menarik bagiku (ciee ... mang kalo aku tertarik dianya mau? ... hehe). Vale sebagai seorang pebalap ... sulit bagiku untuk tidak menyukainya. Sampai saat ini aku masih menganggapnya sbg yang terbaik di antara pebalap-pebalap yang masih berlaga.

__________________

eha

ebed_adonai's picture

@eha: nggak ngira..

Wah, wah, mb. eha sungguh mengejutkan saya. Selain suka sepakbola, ternyata suka dunia balap juga ya?

Tak menarik? Do'i memang nggak cakep kok. My girls di rumah malah bilangnya Nicky Hayden (Ducati) yang paling ganteng, setelah saya tentunya (uhukkk..ehhmmmm..^^).

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Veritas's picture

nice post... rossi emang

nice post... rossi emang pembalap yang nyentrik... disitulah dia berbeda dengan yang lain... semoga doi bisa kembali membalap...

Oya, dari penampakan doi emang memiliki karakter yang bagus...

__________________

Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS

http://www.facebook.com/veritasq

king heart's picture

Mick Doohan

Suka tidak suka, Rossy bisa sehebat sekarang ini adalah karena kontribusi Honda dengan adanya Mick Doohan di sana kala itu. Dengan bakat yang demikian besar dan "didikan" orang hebat macam Doohan dengan fasilitas mumpuni dari Honda maka sulit sekali rasanya prestasinya akan biasa biasa saja.

Sampai sekarang prestasi Rossy selalu dibandingkan dengan Doohan, meskipun banyak rekor Doohan yang telah dipecahkannya.

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

ebed_adonai's picture

@KH & veritas: I couldn't agree more...

@veritas: Yups. Karena kenyentrikannya itulah saya senang padanya, meski sering jadi jengkel juga. Soale setiap kali menang, sepertinya makin banyak yang serasa jadi Vale lalu ugal-ugalan di jalan... :( ... Tragis memang kecelakaannya itu. Patahnya betul-betul patah (luka menganga di kulit karena patahan tulang). Nggak kebayang gimana tuh sakitnya. Kasihan.

@KH: Bener bro KH. Mick Doohanlah dulu yang mempromosikan Vale (dan sekarang, Casey Stoner) ke Honda. Bahkan mekaniknya Vale sekarang, Jeremy Burgess, juga mantan mekaniknya Doohan semasa di Honda. Sehebat-hebatnya Vale, kalau tidak ditunjang dengan motor yang mumpuni, rasanya mustahil memang dia bisa jadi seperti sekarang. Karena itu dia lebih memilih pindah ke Yamaha, dan tidak mau pindah ke tim yang bener-bener lemot motornya seperti Suzuki dan Kawasaki (sori nih user Kawak & Suzy, hehe).

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

KEN's picture

ebed: gue suka motor2nya

bukan pembalap2nya hahahaha...

 

Kalo ada duit, pengen ah kawasaki ninja terbaru hahahaha.... bisa buat gaya sekaligus buat kerja.

ebed_adonai's picture

@KEN: Coba saya tebak...

Kawasaki Ninja terbaru? Yang seperti ini apa KEN?

Kata teman-teman saya, ini namanya ZX250 (tidak sia2 berteman dengan anak2 muda, jadi ngerti juga sedikit-sedikit, hehe). Memang mantap tuh KEN tongkrongannya untuk youngsters. Kalau seperti saya mah rasanya nggak cocok. Selain kemahalan, nggak bisa untuk bonceng ketiga cewek saya di rumah... :)

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

coldwind's picture

-

Don't really care about anyone hates or loves Vale, just love to read this blog.

Thanks for sharing ^^

ebed_adonai's picture

+

The pleasure is mine, my friend... Glad you love it.. :)

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)