Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
MY VERY LITTLE ABRAHAM
Akhirnya aku tahu dengan lebih jelas lagi bagaimana perasaan Abraham saat Allah memintanya memberikan Ishak anak yang telah dinantinya berpuluh-puluh tahun. Anak yang sebenarnya sudah tidak diharapkannya, tetapi karena Allah menjanjikannya, Abraham tetap memegang janji Allah itu.
Saat Allah meminta Abraham memberikan anaknya, Ishak sudah besar. Abraham telah memelihara, mendidik, mengasuhnya selama bertahun-tahun. Lalu tiba-tiba Allah memintanya. Tak kubayangkan, betapa beratnya perasaan Abraham.
Mengapa Allah harus meminta Ishak, janjiNya sendiri? Jika Allah meminta seluruh harta Abraham, pasti dengan senang hati Abraham akan memberikannya. Tetapi Allah meminta Ishak. Aku yakin Abraham pasti bergumul dengan beratnya. Saat dia bergumul, dia pasti bisa memilih tidak mempersembahkan Ishak anaknya.
Bagi mereka yang telah merasakan menjadi orang tua pasti merasakan betapa beratnya harus berpisah dengan anaknya dengan cara yang begitu rupa. Kalau kita menjadi Abraham, mungkin atau kalau boleh saya katakan PASTI, kita sudah lari sejauh mungkin dari hadapan Allah membawa anak kita dan tidak akan kita persembahkan kepada Allah.
Tetapi Abraham, cintanya kepada Allah sungguh tidak terukur. Rasa sakit yang harus dia rasakan karena harus berpisah dengan anaknya tidak dapat membuat dia berlari dari Allah. Dia memilih memenuhi permintaan Allah dan memberikan Ishak anaknya dari pada harus berlari dari hadapan Allah yang Maha Besar.
Aku tidak tahu pasti bagaimana Abraham bergumul dengan Allah saat dia harus membawa Ishak naik ke gunung dan mempersembahkannya di sana. Aku tidak tahu dengan pasti juga berapa banyak air mata Abraham yang mengalir karena membayangkan harus mengikat dan membakar anaknya. Aku juga tidak tahu pasti bagaimana remuk, hancur, dan patahnya hati Abraham saat dia tahu sebentar lagi dia akan kehilangan anaknya. Tetapi yang aku tahu, DIA AMAT MENGASIHI ALLAH LEBIH DARI APAPUN JUGA. Bahkan mampu membuat dia membawa Ishak kepada Allah.
Aku bukan Abraham. Tetapi aku punya Abraham kecil. Saat ini dia sudah di surga bersama Tuhan Yesus. Aku diberi kesempatan oleh Tuhan menjadi seorang wanita yang sempurna, rahimku diisinya seorang Abraham kecil, dan tanggal 19 Agustus 2007 pukul 18.00 jalan lahirku diberikan kesempatan olehNya untuk dilewati seorang Abraham kecil yang sempat hidup beberapa jam di dunia ini. Aku juga diberi kesempatan olehNya mendoakan Abraham kecilku yang saat itu berjuang menghadapi detik-detik lepasnya nyawanya. Aku diberi kesempatan olehNya membawa Abraham kecilku kepada Dia di surga. Saat aku sadar dari pengaruh obat bius, saat itu juga Abraham kecilku pergi.
Aku bersyukur, aku bukan Abraham yang harus berjuang memilih apakah harus memberikan Ishak atau berlari dari Allah karena Allah tidak memberikanku pilihan itu. Bebanku lebih ringan. Tetapi aku tahu pasti remuknya hati Abraham saat dia tahu harus mengikat dan membakar Ishak. Begitu pula remuknya hatiku saat akhirnya aku benar-benar kehilangan Abraham kecilku.
Aku yakin Abraham bersorak dan aku tidak dapat mengatakan besarnya luapan sukacita Abraham saat Allah memberikan domba jantan sebagai ganti Ishak yang telah siap dia bakar itu. Walaupun kisahku tidak happy ending seperti Abraham, tetapi aku bersukacita besar, sama seperti Abraham karena Allah mengatakan Dia berkenan atas Abraham kecilku. Dia mengatakannya tadi malam dalam firman-Nya di Mazmur 51 yang ku baca bersama suamiku dengan linangan air mata.
Saat ini aku masih menangis, tetapi aku bersukacita membayangkan Abraham kecilku di sana sudah bermain-main dengan Bapanya yang kasih sayangNya sempurna melebihi kasih sayang orang tua mana pun di dunia ini.
Hanya lima bulan Abraham kecilku kukandung. Hanya beberapa jam suamiku dan keluargaku bisa melihat dia hidup tetapi sukacita kami akan lahirnya dia akan terus sampai selama-lamanya.
Terima kasih Tuhan untuk pengalaman yang meremukkan hati tetapi teramat indah ini. Terima kasih Tuhan untuk kekuatan yang Engkau berikan kepada kami semua, terutama kepada Abraham kecilku saat berjuang menghembuskan nafas terakhirnya.
Buat Abraham kecilku, maafin mama ya, Sayang. Yang tidak sempat mencium dan membelaimu. Tetapi seumur hidup, kamu tetap ada di hati mama dan bapakmu, Sayang. Tidak akan tergantikan dengan apapun juga.
Kami berdua menyayangimu. Tunggu kami ya, Sayang. Kita pasti akan bertemu.
Terima kasih Tuhan, akhirnya aku dapat mengerti dengan jelas arti MENGASIHIMU LEBIH BESAR dari apapun juga melalui kisah Abraham dan Abraham kecilku. Segala kemuliaan dan hormat hanya bagi Engkau. Amin.
- Love's blog
- 8277 reads
Supermom!
Love!!!
Sungguh luar biasa hebat imanmu. Aku tidak yakin akan bisa mengatakan hal yang sama jika aku berada dalam situasi yang sama denganmu.
Aku tahu, aku tidak seharusnya menangis untukmu, dan kamu juga tidak mau aku menangis untukmu, tapi aku tetap menangis untukmu, tangis bahagia karena diijinkan mengenal seorang yang luar biasa sepertimu.
Berbahagialah anak-anak yang kelak diberi kesempatan untuk memanggilmu "mama", karena mereka memiliki ibu yang luar biasa. A supermom!
Tuhan memberkatimu. Tuhan memberkati kandunganmu.
Ibu yang hebat
Love, kau adalah Ibu yang hebat! Mampu mengucap syukur, melihat dan merasakan kasih Allah dalam kepedihan.
Aku juga pernah menyaksikan kejadian yang sama, kakak pertamaku juga kehilangan anak pertamanya di usia kandungan 6 bulan dan keponakanku sempat hidup 2,5 hari. Kami meyakini bahwa si kecil ada dalam pangkuan Bapa seperti halnya Abraham kecilmu.
Bapa menghargai kesetian anak-anakNya. Love.. aku percaya Dia juga menjadikanmu Ibu yang berbahagia.
Kalau yang lain di tolong, Love juga :)
Love, Boleh Saya Menemani Kamu Menangis?
Love, boleh saya menemani kamu ketika menangis?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Tambah Satu Hal
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
speechless
thanks
"kita berbeda dalam semua kecuali dalam CINTA"
Terima kasih pada Tuhan
Tidak Perlu Jadi Pemenang
Love, Di masa-masa sejuta kalelawar hitam menutupi langit biru hidupku, aku merasa sangat terhibur ketika mengucapkan kalimat ini:
Tidak perlu menjadi pemenang, cukup asal mampu bertahan hingga akhir pertandingan!
Wah, kamu menangis sambil menyalahkan diri sendiri? Kalau begitu aku nggak mau nemenin kamu menangis. aku pikir kamu menangis karena sedih dan kangen sama Abraham. Jangan bodoh Love, percaya sama aku, menyalahkan diri sendiri tidak akan membuat rasa sedih dan kangenmu pada Abraham berkurang. Jadi menangislah karena sedih dan kangen saja.
Kamu pasti menangis diam-diam, sebab nggak mau membuat suami tambah sedih, dan suami kamu juga sedih sendiri sebab dia pikir kalau kamu tahu maka itu akan menyebabkan kamu tambah sedih. Jadi benarkan, kalau aku menawarkan diri untuk menemani kamu menangis dan kalau suami kamu mau, aku juga mau nemenin dia bersedih.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Gak kok
Iya aku menangis karena sedih dan kangen aja ama Abraham. Udah gak lagi aku nyalahkan apapun.
Di depan suami aku tidak menangis diam-diam. Aku terang-terangan menangis di hadapannya. Dan dengan caranya dia menyatakan kesedihannya. Tetapi dia tegar, tidak selemah aku. Suamiku baca ini, dia bilang selamat kenal buat Hai Hai dan dia mau ditemenin bersedih juga :)
Thanks ya Hai Hai. Aku butuh dukungan dari saudara-saudara seiman seperti semua yang ada di Sabda Space ini.
Sekali lagi, aku dan suami mengucapkan terima kasih mendalam buat semua simpati, dukungan, terlebih doa saat kami harus melewati kabut gelap yang saat ini belum begitu terang bagi kami berdua dan keluarga besar kami. Abraham adalah cucu pertama baik dari orang tuaku dan mertuaku. Dan sudah tiga tahun kami menanti dia dalam rumah tangga kami. Betapa beratnya harus melepaskan dia. Tetapi itu tetap harus kami lewati walaupun harus tertatih-tatih. Suatu saat pasti juga kuat. Amin.
stres yang disaring
@Evie: tak bisa ku ungkapkan
"Lalukanlah mataku daripada melihat hal yang hampa"
merjan permata
satu merjan permata lagi menyala di hatiku. begitu cemerlang.
matur nuwun, bu evie, aku tambah sahabat sepenanggungan.
@arie saptaji
Pokoknya semuanya baik bagi Tuhan. Kita hanya hamba Tuhan, ya manut saja, sambil terus instrospeksi diri. Thanks Pak Arie ....