Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengungkap Misteri di Alam Bawah Sadar (2)

KEN's picture


...


Tidak lama kemudian, ibuku dan keluargaku pun berdatangan untuk menjengukku di rumah sakit, disusul kemudian oleh teman-temanku, aku mendengar ibuku histeris, semua keluargaku menangis, begitu pula dengan teman-temanku, hampir dari mereka semua menitikkan air mata ketika melihat aku terbaring lemah, rambut kepalaku rontok, banyak sekali sampai bertebaran di bantal tempat aku berbaring, tidak jarang aku muntah darah, ada yang mengatakan itu adalah tanda kematian seseorang.


Kira-kira menunggu selama 4 jam, akhirnya ambulans pun datang menjemput kami untuk dibawa ke rumah sakit pusat dan yang terbesar di Kalimantan Barat, kabarnya di rumah sakit itu ada peralatan canggih yang siap untuk dipakai untuk pengoperasian kepalaku, ketika kami tiba di tempat, ada berita yang kurang menyenangkan dari pihak rumah sakit bahwa alat operasi untuk sementara tidak bisa digunakan. Kepanikan pun menyelimuti ibuku, saudaraku dan semua teman-temanku yang mendengar kabar itu ketika ada seorang kakak senior memberikan kabar tersebut, aku memperhatikan mereka.


Tapi, semuanya bekerja keras, berusaha, begitu antusias, pantang menyerah... maka, segeralah semuanya mencari berita rumah sakit yang dapat memenuhi palayanan operasi tersebut, tapi tampakya memang sangat sulit sekali karna banyak rumah sakit yang terbatas dengan alat demikian.


Selama aku berada di rumah sakit itu, aku sangat gelisah akan apa yang aku alami, tapi aku mencoba menenangkan diri untuk menghemat energi. Beberapa hari kemudian, aku merasa tubuhku lumayan segar dan cukup tenaga untuk berdiri dan berjalan, tapi kepalaku masih terasa pusing sekali, bahkan sempat muntah darah, tapi aku tidak menyerah, aku melawan pusing itu dan mencoba berusaha melawan. Keadaan sekitar sepi dan tenang, aku berjalan keluar kamar, mendapati lorong, di sisi lorong terdapat bangku duduk yang memang dikhususkan untuk pengunjung rumah sakit, aku mendapatinya dan duduk termenung di sana. Ketika aku termenung mengingat kejadian itu, tiba-tiba seseorang datang menghampiriku, kami berbincang panjang lebar, aku melihat wajahnya begitu teduh, penuh kasih dan damai, dan dia tahu keadaanku belum bisa berbuat banyak. Sebelum dia beranjak pergi dia mengatakan satu kalimat yang masih aku ingat hingga sekarang, "Denny, hidupmu masih panjang, melayanilah lebih sungguh ya", setelah mengatakan kalimat tersebut, sambil tersenyum dia pun beranjak pergi, dan aku pun membalas senyuman itu ketika dia beranjak pergi, aku melihatnya sebentar dan aku memalingkan wajahku ke depan, tapi aku coba menoleh ke arahnya untuk melihatnya lagi, tapi aku heran begitu cepatnya dia sudah seperti menghilang begitu saja seperti tanpa jejak, aku kaget, dan beranjak untuk coba menguntitnya, mengejarnya dan mencari-cari ke arah mana dia pergi, tapi hasilnya sia-sia, aku telah kehilangan jejaknya, aku tak tahu ke mana perginya, karna aku sudah melihat sekeliling pun tak ada jejaknya sama sekali, aku terdiam dan sangat heran tapi aku melupakannya ketika itu.


Beberapa saat kemudian, aku kembali ke kamar lagi untuk beristirahat dan sampai tiba waktunya, maka kabar rumah sakit itupun telah ada, ternyata kami harus berangkat ke Malaysia, negara tetangga yang berdekatan dengan Kalimantan Barat, sesegera mungkin ibuku mengurus pasporku untuk keberangkatan. Esok lusanya berangkatlah kami dengan mobil carteran, tibalah kami di sana sehari penuh, ibuku langsung menyerahkan data dan arsip dari dokter sebelumnya untuk diperiksa oleh dokter di rumah sakit Malaysia, sambil menunggu beberapa saat, akhirnya keputusan dokter begitu mengejutkan, bahwa aku memang seharusnya sudah dioperasi dan sesegera mungkin. Dokter itu mengatakan bahwa, menurut analisa dan ilmu kedokteran, aku seharusnya sudah menjadi jasad atau mayat alias orang yang sudah mati atau meninggal, seketika semuanya syok dan kaget bukan kepalang mendengar berita itu, ibuku hampir pingsan. Dalam hitungan 2 jam, aku pun tiba di ruang operasi, dibius dan dalam hitungan detik, penglihatanku kembali gelap tak sadarkan diri, begitu gelap di dalam, sangat gelap sekali.


Aku tak tahu berapa lama itu, aku terbangun dan langsung muntah, aku merasakan ada sesuatu yang ditanamkan di kepalaku, sebelah kiri yang dioperasi dan rupanya itu adalah selang untuk menyaring darah yang keluar dari kepalaku...

sarlen's picture

Sepertinya...

Sepertinya saya pernah membaca kisah dalam tulisan ini...
KEN's picture

@sarlen

Anda baca di mana @sarlen? Tolong beritahu saya... saya minta bukti konkritnya dong, harus loh ya... thank's before

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

KEN's picture

@sarlen

Anda belum menjawab pertanyaan saya.

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

sarlen's picture

Mungkin... bisa saja salah...

Mungkin ceritanya mirip, tapi gak sama. Kalau pun dipaksa untuk mencarinya, saya tidak akan melakukannya karena sudah begitu banyak artikel yang saya baca dan tidak setiap saat saya mencatat link (apabila dari internet), membuat data buku (apabila dari buku referensi, majalah sekolah, buletin kaum muda, maupun tulisan ilmiah), membuat transkrip kotbah dari kaset, atau dari kumpulan lembar warta jemaat yang cukup banyak saya kumpulkan...

Saya pun mengawalinya dengan kata-kata : "sepertinya"... Jadi bisa saja saya belum membacanya.

Sorry, kalau sempat terlintas pemikiran yang mengatakan kalau saya bilang, Ken melakukan plagiat. Maaf, tidak ada maksud saya membuat angan-angan pemikiranĀ  kearah sana sewaktu saya menuliskan komentar itu.

Sorry juga, kalau saya kurang hati-hati memberikan pendapat. Maafkan saya...

. GBU

.Sarlen Julfree Manurung

KEN's picture

@sarlen

Oke, saya tidak masalah, tapi penghuni yang lain juga perlu bukti pak.

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>