Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menghargai Pencapaian yang Tak Kasat Mata

arie_saptaji's picture

Orang modern terobsesi dengan segala sesuatu yang terukur dan indrawi (tangible). Kita ternganga menyimak daftar orang-orang terkaya, asyik menonton film box office, bergairah mencari buku bestseller, dan takjub menyimak rekor olahraga. Nobel, penghargaan paling bergengsi di dunia, juga cenderung disematkan pada pencapaian-pencapaian terukur, kecuali mungkin untuk Nobel Perdamaian.

 

Tentu ada pula pencapaian yang tak kasat mata, tak terukur, intangible. Integritas. Dedikasi. Disiplin. Kebahagiaan. Toh, sejauh ini tak ada trend untuk membuat daftar “Top 10 Tokoh Paling Disiplin di Dunia”, misalnya. Tak masalah sebenarnya.

 

Masalah baru muncul saat secara tidak sadar kita berasumsi bahwa yang terukur dan indrawi itulah fokus utamanya. Konsekuensinya, kita cenderung mengabaikan perkara-perkara tak kasat mata yang sebenarnya justru berperan sebagai aktor di balik layar setiap pencapaian. Kita jadi lebih menonjolkan prestasi daripada karakter.

 

Sebagai seorang ayah, misalnya, Anda tentu dengan mudah mengacungkan jempol saat anak Anda mencetak nilai 10. Bagaimana seandainya ia sudah belajar dengan tekun, dan juga menolak godaan untuk mencontek, namun ia hanya berhasil meraih nilai 6? Adakah Anda tetap bersemangat untuk mengapresiasi ketekunan dan kejujurannya?

 

Seorang pemenang sejati menyadari bahwa kemajuan dan pencapaian karakter, msekipun tak terukur dan tak dilihat orang banyak, justru lebih berharga daripada trofi kemenangan mana pun yang mungkin diraihnya. ***

 

__________________

DAN-DAN's picture

YOIIII...

Ya pak...manusia memang melihat apa yang di depan mata tetapi ALLAH melihat hati saya merasa tergugah dan banyak belajar dari tulisan bapak.

tapi satu hal yang mo saya tanyakan... kasat mata itu bukannya artinya yang tidak bisa dilihat pak??? kalo tak kasat mata malah yang bisa dilihat dunk??? apa saya kebalik????? bingungggg....

 

DAN-DAN

 

saya suka bebek panggang...

__________________

Saya Suka Bebek Panggang...

y-control's picture

@bebek

iya, kebalik 

ebed_adonai's picture

@ari_saptaji: ironisnya...

Idealnya memang seperti itu mas...

Namun ironisnya, orang-orang pada umumnya memang cenderung lebih mengagul-agulkan sesuatu yang terukur dan indrawi. Saya tidak begitu jelas, apakah itu karena compliment (sanjungan) yang biasanya diberikan atas pencapaian hal yang terukur dan indrawi itu (?), atau ada fakto-faktor lain. Putri barep saya sendiri sebentar lagi sudah mau masuk SMP, dan saya selalu mewanti-wanti istri saya supaya jangan terlalu memojokkannya dengan hasil-hasil ujian yang wah, maupun soal masuk SMP favorit di kota kami. Kasihan dia. Belum apa-apa sudah diberi beban sedemikian rupa.

Namun dalam hal karir kependetaan misalnya, bagaimana pendapat mas Ari? Sekarang kan kalau menjadi pendeta harus bertitel, atau dengan kata lain, harus melewati "pencapaian yang kasat mata" terlebih dahulu. Padahal banyak orang, yang, walaupun tidak pernah mencicipi pendidikan teologia secara akademis, namun kompetensinya dalam bidang teologia tidak perlu diragukan lagi, bahkan melebihi mereka yang bertitel S. Th, M. Th, atau Ph. D. sekalipun...

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Purnawan Kristanto's picture

Gereja Top Ten

Kalau mau bikin "Gereja Top Ten" ukuran apa saja yang digunakan? Apakah jumlah jemaatnya? Apakah besarnya persembahan? Apakah jumlah cabangnya? atau apakah pertumbuhan rohani jemaatnya?

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Daniel's picture

pelayanan juga

memang susah...

apalagi ketika pelayanan juga dinilai dengan cara demikian :(

DAN-DAN's picture

ohhh kebalik toh...

Jadi saya kebalik toh? weakakakakakaka...

 

DAn-DAN

 

saya suka bebek panggang...

__________________

Saya Suka Bebek Panggang...

arie_saptaji's picture

@ebed: pendeta tanpa gelar...

 

di gereja kami, para pendetanya, termasuk saya, gak punya gelar S.Th. atau M.Th. Gara-gara ikut sinodi GBI (Bethel), ya terpaksa ikut diklat pendeta, lalu disemati gelar "pendeta pembantu" (berikutnya pendeta muda, baru pendeta beneran, hehe...)

__________________

Purnawan Kristanto's picture

Pendeta untuk pembantu

"Pendeta pembantu" artinya "Pendeta untuk Pembantu"? Apa saja bedanya dengan pendeta muda dan pendeta? Mungkin sama dengan "Vikaris"?

 Tanpa "Diklat Pendeta" pun pengetahuan mas Arie di bidang teologia sudah setara dengan MTh


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

arie_saptaji's picture

pembatune pendeta... ;-)

 

yang jelas bukan pembantune pendeta, mas wawan. ;-) mesti buku buku 'hijau' gbi untuk penjelasan formalnya, haha...

nah, yg "setara" itu ukurannya kasat mata atau tak kasat mata? hihihi...

__________________