Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Memahami Duka

Bayu Probo's picture

Bayi temanku hanya berumur dua hari. Jumat pagi lahir, Minggu pagi tiada. Bayi itu adalah anak pertama. Kemarin malam aku mengikuti kebaktian penghiburan keluarga ini. Berbagai bayangan berkelebat dalam pikiran. Bermacam pertanyaan menyerbu benak tanpa bisa dicegah.

Di tengah khotbah pendeta yang berusaha meyakinkan keluarga bahwa si bayi sekarang sudah aman di surga. Bahwa, ia sekarang diasuh Bapa. Bahwa, kematian adalah tidur panjang. Bahwa, keluarga tidak seharusnya sedih, tetapi bahagia karena bayinya begitu dikasihi sehingga tidak direlakan mengecap kesengsaraan dunia. Berbagai ‘bahwa’ tidak bisa menenangkan hatiku yang gundah dan duka.

Rumor bahwa dokter telah bertindak ceroboh begitu mengganggu pikiran. Pertanyaan klise pun menyeruak, “Mengapa Tuhan.” Dan jawabannya hanya kebisuan. Penjelasan berbagai mazhab teologi dari yang ekstrem kanan hingga ekstrem kiri tidak akan mampu menghapus air mata ayah dan ibunya. Dan memang kulihat air mata mereka berurai.

“Rancanganmu bukanlah rancangan-Ku,” berkumandang di sepanjang kebaktian itu. Hanyalah waktu yang bisa menjelaskan potongan firman-Nya itu kepada yang berduka. Duka memang sulit dipahami. Siapa yang memahami duka, ia sudah sempurna.

Didedikasikan untuk sahabatku: Aryadin Sinuraya & Prima Yuliana

gkmin's picture

tidak perlu bertanya "mengapa?"

kadang kala untuk suatu kejadian, kita tidak perlu bertanya "mengapa?" kejadian atau pengalaman, dilalui saja, tanpa tanya mengapa... tidak perlu mencari tahu siapa yang salah, siapa yang menyebabkan demikian... lalui saja setiap kejadian dengan sikap "aku mau menerima seperti ini" kadang juga tidak perlu diikuti dengan dukacita atau sukacita, sebab duka dan suka hanyalah respons atas kejadian tertentu, jika sesuai keinginan, kita akan suka, jika tidak sesuai dengan keinginan, kita akan berduka atau mungkin marah. "bersyukurlah dalam segala hal" itu RUMUS yang bagus untuk menerima apapun yang terjadi dalam hidup ini. kadang "Tuhan punya rencana yang lebih baik" menjadi kata-kata penghiburan yang ampuh untuk mengurangi rasa duka. Padahal, rasa duka dan suka itu tergantung dari kita sendiri, bagaimana merespons kejadian. Kejadian adalah netral, respons kita yang tidak netral. Belajar untuk "netral" merespons kejadian apapun, membuat kita semakin tangguh menerima apapun yang terjadi dalam hidup. Saya punya teman, dulu, dimintai anaknya sebuah sepeda angin, dibelikannya anaknya sepeda, dipakai oleh anaknya untuk berangkat sekolah. Seminggu setelah dibelikan, dengan sepeda baru itu, ketika berangkat sekolah, anaknya terperosok masuk jurang, dan kepalanya terbentur batu dan meninggal dunia. Teman saya dengan 'santai' datang ke rumah sakit menjemput jenasah anaknya, membawakannya baju ganti, karena baju seragam sekolahnya penuh darah, digantikan pakaian anaknya, dibawa pulang dan dikuburkan hari itu juga. Tanpa ada tangis dan aliran air mata. Dia menerima kejadian itu dengan "ihklas" tanpa penolakan. Padahal teman saya ini bukan pembaca Kitab Suci yang didalamnya ada kata-kata "bersyukurlah dalam segala hal", tetapi pemahaman atas hidup dan kehidupannya-lah yang menjadikan sikap demikian ini. Saya banyak belajar dari teman saya, yang bukan "kristen" ini.

gkmin.net -salatiga-jawa tengah

__________________

gkmin.net -salatiga-jawa tengah

johajes's picture

saya tdk tau jawabannya

saya baru dapat telepon, teman gereja saya meninggal siang ini. saya tdk tau mau bilang apa. sedih. sedih krn tidak bisa ketemu lagi dan curhat firman tuhan. dia br 37 thn punya 2 anak masih kecil. setiap teman saya 'pergi' saya cuma duduk dekat keluarga yg duka, cuma diam dan menemani mereka. saya cuma angkat peti, bw ke mobil dan menguburkannya. jika ada yg tanya. saya tdk tau jawabannya. saya cuma berharap 'yg pergi' sudah memberikan warisan kepada keluarganya...'Percaya kepada Kristus'.. *Oleh kasih setia-Nya
Ari_Thok's picture

Saya Juga Bingung

Sama seperti Johajes, saya kadang juga bingung saat menghadiri perkabungan, mau ngomong apa ya ... ?? Bisane cuma diem dan ikut ngobrol sama para pelayat yang lain. Ini ada link yang bagus, yang didapat dari Situs TELAGA, yang membahas soal itu. Semoga membantu.

- http://www.telaga.org/transkrip.php?orangtua_tunggal.htm

- http://www.telaga.org/transkrip.php?tatkala_anak_meninggal.htm 

*yuk comment jangan hanya ngeblog*


*yuk ngeblog jangan hanya comment*

 

__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

Love's picture

biarkan menangis .....

Biarkan mereka yang sedang kehilangan menangis sepuasnya. Yang perlu kita lakukan adalah menyediakan bahu di mana dia merasa aman untuk menangis. Tidak perlu dengan banyak kata .... temanilah dia ketika dia menangis ....
Bayu Probo's picture

Yap, memang sulit dimengerti

Terima kasih teman-teman untuk komentarnya. Seperti yang saya tulis, ajaran apa pun, teologi apa pun... mungkin secara nalar bisa meredakan... tapi ada hati yang seperti terbelah saat duka melanda... hanya Tuhan yang mampu menghibur para penerima duka... dan masing-masing unik, sulit dimengerti... mungkin juga bentuknya seperti yang teman-teman sarankan. bisa jadi bukan. any way.. thanks banget