Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kunjungan ke Perth (Bagian 2)

Penonton's picture

Salam Para Pembaca,

Bagian ini merupakan sambungan dari pada tulisan "Kunjungan ke Perth" bagian pertaman.Silahkan menikmati.

 

...Perjalanan kami diteruskan dengan menggunakan sarana tranportasi berupa bus kota, yang khusus melayani antar-jemput hanya di sekitar CBD (Central Bussiness Distric) atau yang biasa disebut City of Perth.Bus ini dipanggil dengan singkatan CAT atau juga disebut dengan City Auto Transport  .Satu hal yang unik adalah bahwa dengan diperbolehkannya menaiki bis yang termasuk mewah dan bersih ini, para penumpang sama sekali tidak dikenakan biaya, alias gratis....hebat bukan? Kapan coba di Jakarta, pemda menyediakan sarana angkutan gratis,kayaknya kita masih harus menunggu lama agar angan-angan tersebut terwujud.

Bayangkan kami membawa masuk koper-koper kami ke dalam bus CAT,tentu saja perbuatan kami menjadi pusat perhatian para penumpang lainnya.Untung kami membawa bekal rasa percaya diri yang cukup banyak, sebagai bekal perjalanan kami ke Perth.Setelah 5 menit berlalu kami tiba di sebuah bangunan di tengah pusat kota.Kami menyadari bahwa bangunan tersebut adalah tempat dimana kami akan menginap selama menghabiskan waktu di Perth, ibu kota Australia Barat.Setelah menyimpan barang-barang, seperti sebelumnya, kami berdiri di "Bus Stop", untuk menunggu bus CAT yang akan membawa kami ke tempat tujuan berikutnya.

Sekitar hampir 10 menit kami melewati jalan-jalan di CBD, ahirnya kami sampai di sebuah jalan yang cukup ramai.Saya mencoba mencari nama jalan tersebut, akan tetapi sangat sulit untuk menemukannya.Dalam catatan harian saya, saya hanya menuliskan bahwa rumah makan Indonesia yang kami kunjungi, berseberangan dengan sebuah Mesjid, di dekat jalan New Castle Street.

perth cat

"Western Australia CAT"

 

Kami melangkah masuk ke sebuah rumah makan Indonsia.Tempat tersebut tidak terlalu besar, hanya bisa menampung 100 orang saja, agak terlalu kecil untuk ukuran jakarta.Menurut penjelasan rekan kami ,rumah makan ini merupakan salah satu rumah makan Indonesia terbaik di Perth,jadi dijamin tidak akan menyesal.

Rumah makan tersebut dipanggil dengan rumah makan "Sparrow",kalau tidak salah begitulah penulisannya.Jangan lupa untuk mencari rumah makan Sparrow di Perth, jika anda ingin menikmati makanan Indonesia, begitu pesan rekan kami.Sungguh, memang "Sparrow" menyajikan makanan khas Indonesia, yang terasa akarab di lidah, berbeda dengan kebanyakan rumah makan Indo di Australia yang menyajikan makanan Indo yang telah disesuaikan dengan lidah orang-orang bule.

sparrow

"Sparrow Indonesian Restaurant"

 

Jalan-jalan di City of Perth

 

Setelah kenyang, kami memutuskan untuk mencoba melihat-lihat kota Perth yang memang berada di sudut jalan.Dengan berjalan kaki dari rumah makan Sparrow, kami dapat menempuh daerah "China Town" ,yang merupakan daerah yang banyak terdapat rumah makan bernuansa oriental.Sepanjang jalan anda akan bisa menemui rumah makan Chinese, Vietnamese, Burmese, dan Indian.Selain itu ,memang terlihat perbedaan bahwa, di daerah China Town, memang orang-orang kulit kuning yang menguasai daerah tersebut.Terlihat anak-anak muda dengan dandanan seperti dalam film-film Hong-Kong dan Jepang, yang menurut rekan kami, kemungkinan besar adalah gerombolan gang lokal.

China Town di Perth tidak sebesar China Town di Sydney, dan daerah pecinan di Jakarta, akan tetapi tetap terasa bernuansa oriental yang sangat kental.Hal ini membuktikan eksistensi komunitas cina di Australia Barat yang juga memegang peranan penting dalam urat nadi perdagangan di kota Perth.Selama kami berjalan kaki, juga banyak terlintas anak-anak muda Indonesia (yang kebanyakan adalah pelajar), terlihat berjalan melewati kami.Menurut rekan kami, jumlah warga negara Indonesia di Australia Barat yang terdaftar resmi, dan memiliki visa untuk tinggal di Australia Barat adalah sekitar 6000 pada waktu "Low Season" dan 8000-9000 pada waktu "High Season", jadi memang lumayan banyak juga warga Indo yang berada di kota Perth ini.

Waktu menunjukan hampir jam 5 sore, pada saat kami sampai di pusat kota.Terlihat sebagian toko-toko mulai bersiap-siap untuk menutup toko.Salah seorang rekan yang belum pernah berkunjung ke Australia, menunjukan keanehannya."Kok toko-toko jam 5 sudah tutup sih.....pagi amat tutupnya??", kata beliau.Perlu diketahui kota Perth mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan di Indonesia.Jika di Indonesia anda terbiasa untuk melihat toko-toko yang akan buka sepanjang hari, maka di Perth hal tersebut tidak akan pernah terjadi.

Toko-toko di Perth memulai aktifitas mereka dari jam 9 pagi sampai kemudian tutup pada antara jam 5 sore atau 6 sore.Beberapa toko-toko mempunyai kebiasaan buka sampai larut (sekitar jam 8 malam), akan tetapi kebanyakan toko akan tutup pada jam 5-6 sore.Jam tersebut untuk hari senin sampai jumat.Untuk khusus hari kamis, toko-toko di distrik selain pusat kota, biasa beroprasi dari jam 9 pagi samapai jam 9 malam.Jadi hanya hari kamis saja, anda bisa menemui toko-toko yang buka sampai jam 9 malam, yang biasanya disebut dengan "Late Night Shoping" oleh orang-orang Perth.Selain daripada itu, pusat kota juga beroprasi sampai jam 9 malam pada hari-hari tertentu, dan kebanyakan tutup total pada hari minggu, dan hari libur.Jadi tidak setiap saat kita bisa berbelanja di pusat kota, dan komplek-komplek mall di sekitarnya.

murray street

"Muray Street.Perth"

 


B
erhubung karena sudah banyak toko-toko yang tututp, maka kami memutuskan untuk memuskan mata, berjalan-jalan di pusat kota tampa membeli barang.Satu hal, yang saya sadari akan perbedaan Sydney dan Perth, adalah bahwa di Perth ini ,komunitas orang-orang ASIA benar-benar terlihat di permukaan.Kadang-kadang saya sempat lupa, bahwa saya sedang berada di sebuah negara bekas koloni Ingris, karena begitu banyak orang-orang yang berbicara "BAHASA Indonesia" di mana-mana.Mungkin para pembaca akan mengalaminya sendiri, jika suatu saat nanti anda mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Perth, ibu kota Australia Barat.

Setelah menghabiskan waktu melihat-lihat pusat kota Perth, kami bergegas untuk kembali ke "Apartement" tempat dimana kami menginap.Berhubung bada sudah terasa letih, dan ingin rasanya untuk bisa menutup mata barang sekejab, supaya bisa memperoleh kembali tenaga yang diperlukan selama kunjungan ke kota Perth ini.

Kami merencanakan untuk mengunjungi komunitas Indonesia di Perth keesokan harinya.Oleh karena itu rencana-rencana tersebut, saya susun rapih dalam buku harian saya, agar dapat dengan mudah membagi waktu di keesokan harinya.Dalam daftar harian tercatat bahwa besok, kami akan melihat kebun binatang kota Perth, yang sangat terkenal , kemudian mengunjungi taman botani "KINGS PARK", dan juga bertemu rekan-rekan Indonesia pada malam harinya dengan menghadiri jamuan makan malam di komplek "BURSWOOD".

Tiba-tiba, lamunan saya dikejutkan oleh suara ribut salah seorang rekan kami.Saya berusaha mencari tahu, mengapa beliau sampai terlihat begitu panik?

Dompet...saya....dampet saya...hilang....

Beliau terus berusaha mencari benda tersebut, sambil mengulang kata-kata yang sama.....

(TO BE CONTINUE)

__________________

xxx

Rusdy's picture

Kunjungan Penonton

Padahal udah saya kirimin message beberapa minggu lalu, tapi ndak dibalas-balas, ketahuan takut minta ditraktir yah? Tongue out

 Penonton bilang:

"komunitas orang-orang ASIA benar-benar terlihat di permukaan"

Itu karena Perth itu bukan kota, tapi kampoeng (alias tak semeriah Sydney). Jadi orang Asia pasti larinya ke situ-situ juga, jadi pasti ngumpul deh Sealed