Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kisah orang bermasalah dengan pekerjaannya (1)

Sri Libe Suryapusoro's picture

Hari ini saya benar-benar pusing. Semua berjalan tidak seperti yang saya harapkan. Pekerjaan demikian menumpuk, permasalahan sekaan-akan terus berdatangan tanpa henti. Baru saja saya menyelesaikan masalah yang satu datanglan masalah yang lain. Ingin sekali saya keluar dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan lain yang tidak ada masalahnya. Ya. Keluar dari pekerjaan mungkin satu-satunya solusi untuk masalah saya. Itu akan sangat membuat saya merasa nyaman. Bayangkan saja semua masalah ini tidak ada lagi. Bayangkan saja saya bisa melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan saya. Siapa yang tidak membayangkan hanya melakukan pekerjaan yang mereka suka dan membuang hal-hal yang membuat pusing. Keluar dari pekerjaan. Hemmm…. Sepertinya tawaran yang menarik. Tetapi bagaimana dengan anak dan istri saya? Bagaimana saya harus menghidupi mereka? Bagaimanapun juga mereka memerlukan makanan dan anak memerlukan biaya untuk sekolahnya. Berarti saya harus mencari pekerjaan lain. Pekerajaan yang sangat menyenangkan hati saya.  Saya pun bergegas ke bagian personalia. Saya lihat Pak Anto kepala personalia. Orangnya tidak terlalu tinggi, yach paling tidak tingginya 160 cm, agak gemuk dan sangat jarang senyum. Sepertinya dia mempunyai masalah yang sama dengan saya karena itu dia jarang senyum. Saya pun mengetok pintu ruangannya. “Selamat siang Pak,” Sapa saya mencoba menarik perhatian Pak Anto.“Selamat siang, silahkan masuk.” Katanya pelan. Dia pun mengalihkan perhatiannya dari computer ke saya. Matanya tajam membuat saya malas untuk bertemu dengannya. Bagaimana tidak? Paling nanti ujung-ujungnya saya yang disalahkan.“Maaf mengganggu Bapak, saya membutuhkan bantuan bapak.” Saya pun duduk di kursi yang ada di depannya.“Silahkan saja sampaikan. Jangan segan-segan.”“Saya ingin keluar pak dari kantor ini. Memang saya belum mempunyai rencana kemana saya akan bekerja berikutnya. Karena itu saya meminta pertolongan bapak untuk memberikan referensi tentang saya untuk keperluan melamar.” Saya heran, dia tidak tampak terkejut. Wajahnya biasa saja sepertinya dia sudah mengerti apa yang saya mau.“Boleh, kapan kamu butuhkan?” tanyanya sambil mengambil buku kecil. Mungkin dia akan memasukan apa yang saya minta ke agenda kerjanya.“Bisa hari ini?” Tanya saya memberanikan diri.“Bisa saja.” Katanya berhenti sejenak. “Tetapi saya minta Anda bertemu dengan teman saya dahulu sebelum Anda memutuskan untuk keluar. Mau?”Saya pun menjadi ragu. Benarkah kantor akan melepaskan saya begitu saja? Bukankah sudah banyak training yang saya dapatkan dari kantor? Itu kan investasi yang cukup mahal?“Saya hanya ingin Anda tidak menyesal di kemudian hari. Saya ingin mempersiapkan Anda untuk berjuang di perusahaan lain. Anggaplah ini usaha dari perusahaan untuk Anda. Anggaplah ini sebagai ucapan terima kasih dari perusahaan.” Lanjutnya. Ini pertama kalinya saya dengar. Biasanya perusahaan akan menghentikan segala training untuk orang yang akan keluar. Bukankah itu sangat merugikan perusahaan? Setelah kehilangan sumber daya tetapi masih menyediakan persiapan buat mereka yang keluar? Yang benar saja.“Baiklah Pak, saya mau.” Walaupun saya ragu tetapi saya tetap mengiyakan. Saya tidak pernah melepaskan kesempatan training. Siapa tahu nanti bisa masuk dalam CV (curriculum vitae) saya. Lumayan, memperbesar kesempatan saya untuk masuk ke perusahaan lain.“Saya akan atur jadwalnya. Paling cepat baru minggu depan. Saya harap Anda mau bersabar. Sebagai jaminan saya akan melepaskan Anda setiap saat Anda minta, besok akan saya berikan surat-surat yang Anda butuhkan. Anda bisa keluar dari kantor ini walaupun training tersebut belum selesai.”Saya pun kembali ke ruangan. Perusahaan yang aneh. Tetapi saya menjadi berpikir ulang untuk keluar dari perusahaan ini. Mereka benar-benar memikirkan saya sebagai manusia bukan sebagai pekerja. Mereka memperhatikan kebutuhan saya, peduli terhadap permasalahan saya bahkan ketika saya memutuskan keluar. Saya jadi ragu-ragu, benarkah saya ingin keluar? Atau sebenarnya saya tidak mampu menghadapi semua permasalahn yang ada sehingga saya memutuskan keluar?Ketika pulang saya menceritakan ke istri saya tentang pergumulan saya. “Tenang saja sayangku, paling tidak kita mempunyai waktu 5 bulan untuk mencari pekerjaan baru. Saya sudah lebih dari 4 tahun bekerja sehingga saya akan mendapatkan uang pesangon 5 kali gaji.” Tiba-tiba saja saya tersadar. Pantas saja Pak Anto mau memberikan pelatihan ke saya. Dia sedang berjudi. Kalau isi pelatihan itu membuat saya bertahan sebagai staf di perusahaan tersebut berarti perusahaan terhindar kerugian yang cukup besar karena pesangon tersebut. Membuat perusahaan terkenal mempunyai kualitas staf yang handal.Orang memancing, membuang justru mendapatkan, Buanglah yang terbaik sebagai umpan supaya mendapatkan yang terbaik.

__________________

Small thing,deep impact