Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

ketakutan membuat kita tenggelam

Sri Libe Suryapusoro's picture

Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Matius 14:30 

 

Ketika saya memberikan sebuah training, seorang peserta bertanya kepada saya, “Apakah Anda pernah mengalami kegagalan?” Sebenarnya saya sudah menceritakan kegagalan saya hanya saja si peserta tersebut sedang ngantuk-ngantuknya. Maklum mereka harus menedengarkan saya selama dua hari dari jam 09.00-18.00. Pasti capek sehingga wajar di bagian akhir acara si peserta tersebut bertanya hal yang sudah diceritakan. 

 

Saya pun kembali bercerita. Kejadiannya di akhir tahun 2001 dan awal tahun 2002. Saat itu saya mencintai seorang wanita dan menunggu dirinya sekitar tiga tahun. Saya akhirnya mendapatkan jawaban, saya sudah terlambat. Dia menceritakan bahwa dia menunggu saya sekitar satu tahun yang lalu dimana saya sedang berkomitmen untuk tidak berpacaran. Dia sudah mendapatkan pria lain yang bisa membahagiakan dirinya. Akhir tahun yang kelabu, saya pun mengeluarkan air mata. Saya sangat bersedih. Dia wanita yang tinggal di kampung saya dan akhirnya saya putuskan untuk segera kembali ke Bandung.  

 

Awal januari saya pun pergi ke kampus untuk mengecek hasil ujian akhir. Saya pun mendapati bahwa saya tidak lulus dalam satu mata kuliah. Padahal saat itu saya sedang tugas akhir dan jika semua normal maka saya harus menambah satu semester di kampus hanya untuk menyelesaikan satu mata kuliah tersebut. Wah...hati saya semakin hancur. Saya pun pulang menggunakan motor saya. 

 

Hal lain lagi terjadi. Motor yang saya andalkan, GL 100 keluaran tahun 1985, mogok, mengajukan protes ke bosnya. Saya pun terpaksa menuntun motor saya ke rumah. Saya bertanya kepada diri saya, apalagi yang belum terjadi? Saya sudah mengalami kesulitan keuangan, putus cinta, motor bermasalah. Dan ternyata saya mendapati bahwa tugas akhir saya harus berakhir. Saya tidak mungkin menyelesaikan topik yang saya bahas. Saya harus mengganti topik setelah sekitar setahun bergelut dengan topik tersebut. 

 

Itulah angin yang menimpa saya. Tiupan angin yang seharusnya membuat saya takut. Bagaimana mungkin saya tidak takut? Masa depan saya semua dipertaruhkan di saat itu. Pacar? Keuangan? Pendidikan? Apalagi yang saya punyai? Angin tersebut membuat saya menyadari bahwa saya sedang berdiri di atas air. Sesuatu yang tidak bisa diandalkan. Tidak ada tempat untuk berpegangan. Wajar sekali kalau saya merasakan takut. Angin menimpa dan saya sedang berdiri di atas air. 

 

Bagaimana dengan Anda? Apakah pernah mengalami terkena tiupan angin saat Anda berdiri diatas air? Dulu? Atau mungkin saat ini? Beberapa orang mengalami ketakutan ketika mengalaminya dan beberapa  tidak. Saya termasuk yang mengalami ketakutan. Saya tertunduk lesu di dalam kamar saya. Tidak ada gairah untuk melanjutkan kehidupan. Tetapi saya tidak berpikir untuk mengakhiri hidup. Saya hanya merasa tidak memiliki harapan lagi di masa yang akan datang. Tiupan angin dan berdiri di atas air. 

 

Ketika saya mempelajari sistem kerja otak, saya pun mulai mengerti kebenaran tersebut. Terkadang orang berpikir bahwa ketakutan justru memberikan kekuatan buat orang untuk melakukan yang lebih hebat. Karena itu banyak atasan yang mengancam bawahan supaya timbul ketakutan dan harapannya hasilnya akan semakin bagus. Ada juga kelas dengan guru yang menakutkan supaya hasil studi semain baik. Ketakutan sengaja diciptakan dimanapun mereka berada. Tetapi ketakutan justru membuat kita tidak bisa kreatif. Ketakutan hanyalah membuat kita berusaha bertahan hidup. Apa yang terjadi pada diri kita hampir sama dengan binatang yang sedang diserang, mencoba menyerang balik atau mengorbankan orang lain.  

 

Seorang pekerja yang ketakutan, akan cenderung mengorbankan keluarganya atau rekan kerja lainnya. Seorang jemaat yang ketakutan, pergi ke gereja hanya sebagai rutinitas. Seorang pendeta yang ketakutan akan cenderung melakukan yang menyenangkan jemaat bukan menyenangkan Tuhan. Seorang murid yang ketakutan akan melakukan semua tugas guru tetapi tidak mencoba berkreasi. Seorang pejabat yang ketakutan akan melakukan apa saja supaya posisinya aman. Bagaimanapun juga ketakutan akan berdampak buruk untuk jangka panjang. Karena itu sangat benar jika kita ketakutan maka kita tenggelam. 

 

Masalahnya, sadarkan kita jika kita sedang tenggelam? Petrus sadar karena ada yang aneh dengan kejadian tersebut. Apakah tanda-tandanya? 

 

Kita tidak bisa berjalan kemana-mana. Kita jalan ditempat. Saya mengenal seseorang yang memiliki hutang luar biasa banyak. Hutang rumah, motor, laptop dan entah apalagi. Akhirnya dia sedang terjerat oleh hutang, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak juga orang yang tenggelam dalam kemiskinan. Karena kemiskinan mereka tidak bisa berjalan kemana-mana  termasuk tidak bisa melakukan kehendak Tuhan. 

 

Kita tidak bisa bernafas. Untuk orang Kristen hal itu berarti tidak bisa berdoa, bersekutu dengan rekan seiman, dan menjalin hubungan dengan Tuhan. Ada saat-saat dimana saya sendiri sulit untuk berdoa. Sebenarnya bisa saja saya memimpin doa tetapi saya tidak bisa merasakan kehangatan tangan Tuhan ketika saya berdoa. Saya merasa kering dan saat itulah saya sedang tenggelam. 

 

Kita tidak mampu melihat masa depan. Seakan-akan kita sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Seakan-akan dunia sudah berakhir. Seperti cerita tentang saya diatas, saya sudah menganggap saya tidak punya masa depan lagi. Terkadang kita tidak menyadari ciri yang satu ini. Ada seseorang yang saya kenal, melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun di posisi yang sama. Ketika saya bertanya, ”apakah Anda punya masa depan?” Jawabannya sederhana. ”Saya hanya berusaha supaya hari ini tetap makan. Saya tidak tahu tentang masa depan.” Banyak orang yang merasa tidak mempunyai masa depan ketika dia dipecat dari pekerjaannya.  

 

Kita tidak bisa mendengar orang lain. Yang saya maksud adalah kita tidak perduli jika ada orang yang menegur kita. Hidup hanya untuk diri sendiri tidak perduli jeritan orang lain. Jika melakukan kesalahan kita tidak mau ditegur walaupun itu jelas-jelas salah. Kita malah marah jika ada yang menasihati kita. ”urus aja urusanmu jangan ikut campur urusanku.” Dia sudah tidak bisa mendengar lagi. 

 

Kita tidak bisa menolong orang lain. Kapankah terakhir kita menolong orang lain? Apakah kita perduli dengan penderitaan orang lain? Jika memang selama ini kita sangat sibuk dengan urusan kita sendiri sampai-sampai tidak mau menolong orang lain berarti kita sedang tenggelam. ”Maaf, saya saja sedang mengalami masalah keuangan mana mungkin saya menolong orang lain?” ”bagaimana mungkin saya memberi jika saya tidak mempunyai?” itulah alasan yang diberikan kepada orang lain. Tetapi sebenarnya kita tidak pernha bisa memberi sesuatu yang tidak kita terima.  

 

Wah..ternyata saya juga dalam keadaan tenggelam. Lalu apa yang harus saya lakuakn? Saya pun meniru yang Petrus lakukan. ”Tuhan, tolonglah aku.” Saya sebenarnya heran dengan apa yang Petrus lakukan. Bukankah dia seorang nelayan? Pastilah dia bisa berenang. Mengapa dia tidak berenang saja ke kapal? Mengapa dia harus meminta tolong kepada Tuhan? Mengapa Petrus justru memberikan tangannya kepada Yesus supaya dipegangNya? Ini sebuah misteri karena tidak mungkin saya bertanya kepada Petrus. Tetapi saya percaya Tuhan sedang mengajarkan sesuatu melalui kejadian ini. 

 

Berteriak minta tolong kepad Tuhan. Hanya itulah solusinya. Bukan berenang dan mengupayakan pemecahan dengan kekuatan sendiri. Mungkin bisa kita mengandalkan kemampuan kita. Tetapi lebih baik lakukan seperti yang Petrus lakukan. ”Tuhan, tolonglah aku.” 

 

Bandung, 14 Januari 2008

__________________

Small thing,deep impact

kairos's picture

rasanya sekarang gue dalam

rasanya sekarang gue dalam posisi tenggelam dan kalau kita sudah minta tolong sama Tuhan , masih belum ada jawaban , bagaimana ? kurang iman ? masih berdosa ? belum waktunya ?
dennis santoso a.k.a nis's picture

molor

'tidur' aja dulu Cool
Sri Libe Suryapusoro's picture

saya tidak mempunyai jawabannya

Jujur saja, saya tidak memiliki jawabannya. Siapakah saya sehingga berani mengatakan Anda kurang iman dan masih berdosa. Tetapi dari kisah saya diatas, saya baru merasakan pertolongan Tuhan tentang keuangan setelah 1 tahun kemudian. tentang studi setelah 6 bulan. tentnag cinta? setelah 3 tahun. Kita akan merasakan buahnya dan pertolonganNya jika kita tidak menjadi lelah dan menjauh dariNya.
__________________

Small thing,deep impact

kairos's picture

mas libe tulisan anda bagus

mas libe tulisan anda bagus ,gue seneng bacanya

dennis .....woy bangun .......... kerja.....

John Adisubrata's picture

Ketakutan

"Selamatkan aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku!" (Mazmur 69:2)

Ketakutan ... bisa menyebabkan kehancuran, kehancuran ... bisa menyebabkan keputus-asaan, keputus-asaan ... bisa menyebabkan kesadaran, kesadaran ... akan kebutuhan, kebutuhan ... akan Seseorang yang mampu menyelamatkan kita dari ... ketakutan.

Syalom,

John Adisubrata