Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kentang Lereng Sumbing-Sindoro

Purnawan Kristanto's picture

 

Hari Rabu (4/2/09), saya bertemu dengan para rohaniwan di Jogja. Dalam pertemuan tersebut ada dua rohaniwan yang mengungkapkan situasi pertanian di lereng gunung Sumbing dan Sindoro. Kondisi tanah dan air di sana sudah dalam kondisi yang sangat kritis karena praktik pertanian yang merusak lingkungan. Dengan mengutip tulisan di Kompas, mereka mengungkapkan kekhawatirannya, jika mereka masih tetap menanam kentang dan tembakau, maka dalam waktu 20-30 tahun lagi, tanah di wilayah tersebut akan berubah menjadi padang pasir.
Sebagai rohaniwan, mereka sudah mengingatkan akan bahaya tersebut, namun rupanya suara mereka kalah keras dibandingkan dengan iming-iming uang yang didapatkan dengan menanam kedua komoditas tersebut. Ada pabrik makanan nomor wahid di negeri ini yang membutuhkan pasokan kentang dalam jumlah yang banyak. Namun mereka mensyaratkan hanya membeli kentang dengan kualitas yang baik. Padahal untuk menghasilkan kentang yang berkualitas baik, petani membutuhkan pasokan air, pupuk pabrik dan pestisida yang banyak. Semua ini menyebabkan kondisi lingkungan di lereng gunung Sumbing dan Sindoro menjadi rusak. Lalu bagaimana dengan tembakau? Keadaannya setali tiga uang, alias sama saja.
Saya lalu ingat, masih menyimpan irisan-irisan kentang mentah yang masih tersimpan di freezer. Jika sedang ingin ngemil, saya menggoreng sejumput kentang yang masih tetap berwarna putih meski sudah disimpan berhari-hari. Padahal menurut teori, kentang kupas yang sudah teroksidasi akan berubah warna menjadi coklat. Saya menduga, kentang mentah buatan pabrik ini telah mengalami pencelupan dengan bahan pemutih. Apakah dengan bahan klorin? Saya belum tahu pasti. Saya kemudian bertanya-tanya, jangan-jangan kentang ini juga diproduksi di wilayah seperti lereng gunung Sumbing dan Sindoro. Kalau saya tergila-gila terus pada makanan jenis ini, jangan-jangan saya juga telah ikut andil dalam perusakan lingkungan! Pikiran saya kemudian melayang ke kedai-kedai makanan siap saji yang menawarkan menu french fries. Darimana kentang-kentang terebut? Imporkah? Atau dari pertanian lokal? Apakah produk itu ramah lingkungan? Hayo, siapa yang tergerak untuk menginvestigasi ini!

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways