Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kemungkinan Pertobatan Tetangga Nabi Nuh

mujizat's picture

Kemungkinan pertobatan tetangga nabi Nuh yang terabaikan Barangkali banyak orang berpendapat kalau orang2 jahat yang hidup di zaman nabi Nuh memang sepantasnya masuk neraka, dan tidak lagi memiliki kesempatan bertobat, sebab mereka tidak percaya kepada pemberitaan Nuh. Tetapi benarkah demikian?Uraian berikut mungkin bisa mengubah pandangan Anda, sehingga tidak ikut-ikutan ramai-ramai “menghakimi"  orang2 malang itu.Pasal 6 kitab kejadian mengisahkan kejahatan kebanyakan manusia, dimana kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata (Kej 6:5), penuh dengan kekerasan, kecuali Nuh.Atas perintah TUHAN, nabi Nuh membuat bahtera, kemudian binatang2 berpasangan mendatangi dan memasuki perahu Nuh. Tujuh hari kemudian hujan deras benar2 datang, Nuh dan keluarganya masuk bahtera, dan TUHAN sendiri menutup pintu kapal besar itu.  Lalu hujan lebat turun dengan derasnya selama 40 hari, dan terjadi banjir besar, menenggelamkan daratan.Kemudian pembaca menyimpulkan, bahwa tetangga2 Nuh dan banyak orang lain, mereka tewas dalam dosanya, dan sudah tertutup setiap kesempatan untuk memperoleh keselamatan jiwa. Bukankah begitu?Tetapi marilah kita melihat dengan teliti peristiwa kejadiannya, serta  mengamati berbagai kemungkinan yang luput dari pengamatan theolog-theolog kita, secara khusus mengenai tingkah laku orang2 jahat itu pada saat menjelang kematian mereka.Saya mendapat gambaran begini:Pada saat Nuh mulai bikin perahu, mungkin mereka mencemooh, mengejek, menghina, dan menjuluki Nuh sebagai orang tidak waras. Saya rasa ini kemungkinan yang logis.Ketika Nuh selesai dengan perahunya, secara ajaib bermacam-macam binatang mendatangi perahu Nuh, ada yang sepasang-sepasang, ada juga yang tujuh pasang, barangkali dengan peristiwa itu tertawa dan cemoohan mereka sedikit reda.Ketika semua binatang itu sudah masuk kapal, waktu terus berjalan. Satu hari, dua hari, tiga hari, dan hujan tidak turun juga, mereka kembali mencemooh Nuh, hingga hari ketujuh.Tujuh hari kemudian, ketika datang hujan deras, ketika Nuh dan keluarganya memasuki perahu, mungkin mereka melihat pintu kapal “menutup sendiri” sebab Allah sendiri yang menutup pintu kapal Nuh. Maka ketawa mereka terhenti, tetapi mereka mungkin masih berfikir:”Ah, kebetulan saja hujan turun, memang sudah musimnya”.Namun ketika sepanjang hari hujan terus turun, semakin deras dan semakin deras, dan setelah satu dua tiga hari tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, maka tertawa mereka benar-benar terhenti. Inipun kemungkinan yang masuk akal.Mulailah mereka kelaparan dan kedinginan, sementara air mulai naik, setengah meter, satu meter, dua meter. Mereka tidak menimbun persediaan makanan, sebab tidak menyangka sebelumnya (sebab mereka tdk percaya Nuh) kalau akan tjd seperti itu. Jangan berfikir bhw mrk punya INDOMIE, atau roti kering, mereka makan dari memetik di kebun atau punya lumbung untuk simpan gandum. Namun pemantik api tidak berfungsi. Buah2an mulai membusuk.Anggaplah hari keempat mereka sudah tidak menemukan sesuatu untuk dimakan, maka mulailah mereka kelaparan, kedinginan, menggigil, dan langit masih gelap pekat, sedangkan hujan tetap menggila.Nah, mereka mungkin belum mati, tetapi  fisik mereka mulai lemah, dan dalam keadaannya itu tidak ada sesuatu yang bisa mereka kerjakan. Mereka berharap hujan reda, namun sepertinya sia-sia saja, mereka mulai putus asa.

Nah, mereka mulai mempunyai waktu banyak untuk merenungi kehidupan, kelakuan mereka selama ini, kejahatan mereka. Mereka mulai membandingkannya dengan kehidupan Nuh yang berbeda.

Orang2 malang itu tidak mempunyai alasan untuk menyalahkan Nuh, sebab kenyataannya orang tua itu sudah memperingati mereka. Akihirnya mereka mulai menyalahkan diri sendiri, atau,… malah semakin menghujat Allah? Tetapi saya rasa tidak. Saya yakin, setidaknya banyak orang yang kemudian luluh dalam penyesalan diri yang begitu dalam.

Kawan, sampai disini mereka belum mati.

Setelah menyesal, mereka bertobat, mengaku salah (walau sebatas mengaku kepada diri sendiri). Pikiran mereka penuh dengan ini: “Ah, kalau saja aku percaya Nuh, kalau saja kami mendengarkan perkataan orang tua itu, …” Inilah yang saya sebut: mereka sudah bertobat !!!Bila kemungkinan ini masuk akal, mereka memang sudah bertobat, tetapi hujan jalan teruuus, sampai akhirnya dengan tubuh lemah lunglai mereka tewas terbawa arus air, namun dengan hati yang sudah “remuk” , mereka sudah bertobat, kawan.Sementara itu Allah menyaksikan segala peristiwa itu dari Sorga, dan Yang Mahatinggi melihat juga manusia2 buatan tangan-Nya sendiri, yang dengan menyesal dan bertobat memasuki alam maut.  Sampai di sini saya ingin menangis.Yehezkiel 33:11Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan,… pertobatannya .Kawan, dapatkah Anda memahami, memang Allah “geram” kepada orang2 jahat itu pada waktu dahulu, namun bila melalui cara seperti itu mereka kemudian bertobat,  maka hati Allah menjadi luluh, dan peristiwa ini dicatat oleh Allah dalam memory-Nya.

Di mata Allah, orang2 yang saya kisahkan itu mati dalam keadaan bertobat.

Yesus berkata:”Tiada seorangpun dapat sampai kepada Allah Bapa tanpa melalui Aku”. Orang2 yg sudah bertobat itu memerlukan pengampunan yang disediakan Allah melalui kuasa pengampunan Yesus Kristus.

Maka ketika Yesus dalam 2 malam kematian-Nya, dalam keadaan-Nya sebagai Roh, Yesus memberitakan KABAR BAIK kepada orang2 itu

1 Petrus 4:1,2“… karena barangsiapa telah menderita penderitaan jasmani, ia telah berhenti berbuat dosa, … supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan (untuk) menuruti keinginan-keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah..”Di saat orang2 itu hampir mati, mereka “menjalani” menderita penderitaan jasmani berupa : kelaparan, kedinginan, menggigil, ketakutan, kedahsyatan. Dan setelah itu mereka mati, artinya: berhenti berbuat dosa.

Itu berarti 1 Petrus 4:1 berlaku buat mereka.

Bukankah begitu, kawan ?

Contoh lain adalah salah satu penjahat yang disalib di samping Yesus, yang bertobat.

Mungkin dulunya Ia adalah pembunuh dan perampok, sehingga diganjar hukuman mati.

 Ketika ia disalib, ia sedang “menjalani penderitaan jasmani” kemudian bertobat dan percaya Yesus, setelah itu ia mati.

Kepada orang inipun 1 Petrus 4:1 berlaku.

Jadi, benarkah Yesus dalam 2 malam kematian-Nya memberitakan injil kepada orang-orang mati ??Mujizat 

__________________

 Tani Desa

mujizat's picture

Koq macet lagi?

Maaf bung Admin, koq setting paragrafku macet lagi? Aku susun lagi posting saya ya?

Kemungkinan pertobatan tetangga nabi Nuh yang terabaikan

Barangkali banyak orang berpendapat kalau orang2 jahat yang hidup di zaman nabi Nuh memang sepantasnya masuk neraka, dan tidak lagi memiliki kesempatan bertobat, sebab mereka tidak percaya kepada pemberitaan Nuh. Tetapi benarkah demikian?

Uraian berikut mungkin bisa mengubah pandangan Anda, sehingga tidak ikut-ikutan ramai-ramai “menghakimi" orang2 malang itu.

Pasal 6 kitab kejadian mengisahkan kejahatan kebanyakan manusia, dimana kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata (Kej 6:5), penuh dengan kekerasan, kecuali Nuh. Atas perintah TUHAN, nabi Nuh membuat bahtera, kemudian binatang2 berpasangan mendatangi dan memasuki perahu Nuh.

Tujuh hari kemudian hujan deras benar2 datang, Nuh dan keluarganya masuk bahtera, dan TUHAN sendiri menutup pintu kapal besar itu. Lalu hujan lebat turun dengan derasnya selama 40 hari, dan terjadi banjir besar, menenggelamkan daratan.

Kemudian pembaca menyimpulkan, bahwa tetangga2 Nuh dan banyak orang lain, mereka tewas dalam dosanya, dan sudah tertutup setiap kesempatan untuk memperoleh keselamatan jiwa. Bukankah begitu?

Tetapi marilah kita melihat dengan teliti peristiwa kejadiannya, serta mengamati berbagai kemungkinan yang luput dari pengamatan theolog-theolog kita, secara khusus mengenai tingkah laku orang2 jahat itu pada saat menjelang kematian mereka.

Saya mendapat gambaran begini:

Pada saat Nuh mulai bikin perahu, mungkin mereka mencemooh, mengejek, menghina, dan menjuluki Nuh sebagai orang tidak waras. Saya rasa ini kemungkinan yang logis.

Ketika Nuh selesai dengan perahunya, secara ajaib bermacam-macam binatang mendatangi perahu Nuh, ada yang sepasang-sepasang, ada juga yang tujuh pasang, barangkali dengan peristiwa itu tertawa dan cemoohan mereka sedikit reda.

Ketika semua binatang itu sudah masuk kapal, waktu terus berjalan. Satu hari, dua hari, tiga hari, dan hujan tidak turun juga, mereka kembali mencemooh Nuh, hingga hari ketujuh.

Tujuh hari kemudian, ketika datang hujan deras, ketika Nuh dan keluarganya memasuki perahu, mungkin mereka melihat pintu kapal “menutup sendiri” sebab Allah sendiri yang menutup pintu kapal Nuh. Maka ketawa mereka terhenti, tetapi mereka mungkin masih berfikir:”Ah, kebetulan saja hujan turun, memang sudah musimnya”.

Namun ketika sepanjang hari hujan terus turun, semakin deras dan semakin deras, dan setelah satu dua tiga hari tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, maka tertawa mereka benar-benar terhenti. Inipun kemungkinan yang masuk akal.

Mulailah mereka kelaparan dan kedinginan, sementara air mulai naik, setengah meter, satu meter, dua meter. Mereka tidak menimbun persediaan makanan, sebab tidak menyangka sebelumnya (sebab mereka tdk percaya Nuh) kalau akan tjd seperti itu.

Jangan berfikir bhw mrk punya INDOMIE, atau roti kering, mereka makan dari memetik di kebun atau punya lumbung untuk simpan gandum. Namun pemantik api tidak berfungsi. Buah2an mulai membusuk.

Anggaplah hari keempat mereka sudah tidak menemukan sesuatu untuk dimakan, maka mulailah mereka kelaparan, kedinginan, menggigil, dan langit masih gelap pekat, sedangkan hujan tetap menggila. Nah, mereka mungkin belum mati, tetapi fisik mereka mulai lemah, dan dalam keadaannya itu tidak ada sesuatu yang bisa mereka kerjakan.

Mereka berharap hujan reda, namun sepertinya sia-sia saja, mereka mulai putus asa. Nah, mereka mulai mempunyai waktu banyak untuk merenungi kehidupan, kelakuan mereka selama ini, kejahatan mereka. Mereka mulai membandingkannya dengan kehidupan Nuh yang berbeda.

Orang2 malang itu tidak mempunyai alasan untuk menyalahkan Nuh, sebab kenyataannya orang tua itu sudah memperingati mereka. Akhirnya mereka mulai menyalahkan diri sendiri, atau,… malah semakin menghujat Allah? Tetapi saya rasa tidak. Saya yakin, setidaknya banyak orang yang kemudian luluh dalam penyesalan diri yang begitu dalam.

Kawan, sampai disini anggaplah mereka belum mati.

Setelah menyesal, mereka bertobat, mengaku salah (walau sebatas mengaku kepada diri sendiri). Pikiran mereka penuh dengan ini: “Ah, kalau saja aku percaya Nuh, kalau saja kami mendengarkan perkataan orang tua itu, …” Inilah yang saya sebut: mereka sudah bertobat !!!

Bila kemungkinan ini masuk akal, mereka memang sudah bertobat, tetapi hujan jalan teruuus, sampai akhirnya dengan tubuh lemah lunglai mereka tewas terbawa arus air, namun dengan hati yang sudah “remuk” , mereka sudah bertobat, kawan.

Sementara itu Allah menyaksikan segala peristiwa itu dari Sorga, dan Yang Mahatinggi melihat juga manusia2 buatan tangan-Nya sendiri, yang dengan menyesal dan bertobat memasuki alam maut.

Sampai di sini saya ingin menangis.

Yehezkiel 33:11

Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan,… pertobatannya .

Kawan, dapatkah Anda memahami, memang Allah “geram” kepada orang2 jahat itu pada waktu dahulu, namun bila melalui cara seperti itu mereka kemudian bertobat, maka hati Allah menjadi luluh, dan peristiwa ini dicatat oleh Allah dalam memory-Nya.

Di mata Allah, orang2 yang saya kisahkan itu mati dalam keadaan bertobat, begitulah yang saya tangkap.

Yesus berkata:”Tiada seorangpun dapat sampai kepada Allah Bapa tanpa melalui Aku”.

Orang2 yg sudah bertobat itu memerlukan pengampunan yang disediakan Allah melalui kuasa pengampunan Yesus Kristus. Maka ketika Yesus dalam 2 malam kematian-Nya, dalam keadaan-Nya sebagai Roh, Yesus memberitakan KABAR BAIK kepada orang2 itu (1 Petrus 3:19-20).

1 Petrus 4:1,2

“… karena barangsiapa telah menderita penderitaan jasmani, ia telah berhenti berbuat dosa,

… supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan (untuk) menuruti keinginan-keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah..”

Di saat orang2 itu hampir mati, mereka sedang “menjalani” menderita penderitaan jasmani berupa : kelaparan, kedinginan, menggigil, ketakutan, kedahsyatan. Dan setelah itu mereka mati, artinya: mereka berhenti berbuat dosa.

Itu berarti 1 Petrus 4:1 berlaku buat mereka. Bukankah begitu, kawan ?

Contoh lain adalah salah satu penjahat yang disalib di samping Yesus, yang bertobat.

Mungkin dulunya Ia adalah pembunuh dan perampok, sehingga diganjar hukuman mati. Ketika ia disalib, ia sedang “menjalani penderitaan jasmani” kemudian bertobat dan percaya Yesus, setelah itu ia mati sebagai orang yang sudah bertobat, dan kemudian berhenti berbuat dosa, sebab setelah itu ia mati.

Kepada orang inipun 1 Petrus 4:1 berlaku.

Jadi, benarkah Yesus dalam 2 malam kematian-Nya memberitakan injil kepada orang-orang mati ??

Mujizat

Yesaya 59:1-3    Yesaya 53:1-6     Matius 6:14-15

__________________

 Tani Desa