Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kebangkitan yang Memberi Pengharapan (Denny Teguh Sutandio)

Denny Teguh S-GRII Andhika's picture

Renungan Paskah 2008

KEBANGKITAN YANG MEMBERI PENGHARAPAN

oleh: Denny Teguh Sutandio

 

14. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
15  Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
16  Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
17  Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
18  Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.
19  Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
20  Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
21  Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
22  Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
(1 Korintus 15:14-22)

 

 

Dunia postmodern sedang mulai “menggoyahkan” keKristenan dengan menyodorkan beribu “fakta” tentang Kristus yang tidak bangkit. Sejak diterbitkannya buku The Da Vinci Code, sampai buku-buku seperti “Injil” Thomas, The Lost Tomb of Jesus, dll, Kristus dihujat dan dinyatakan tidak bangkit dengan argumen: ditemukannya mayat yang diduga berasal dari keturunan Yesus. Dari sisi keagamaan, Indonesia dengan sengaja tidak mencantumkan hari Paskah di kalender Indonesia (tentu di balik ini, ada unsur perendahan Kristus oleh agama mayoritas), dan lebih parahnya, seorang pemimpin gereja dari gereja arus utama dan dosen di sekolah theologi arus utama berani membuat suatu artikel di suatu surat kabar bahwa Yesus tidak bangkit, lalu orang ini ditegur oleh gereja di tempat ia melayani. Apakah Yesus benar-benar bangkit atau kebangkitan-Nya hanya sekadar ilusi atau fiksi rekaan para murid? Seberapa signifikannya Paskah itu bagi iman Kristen? Bagaimana dampak Paskah bagi kehidupan orang Kristen? Hari ini, kita akan bersama-sama merenungkan satu bagian Alkitab yang menjelaskan kaitan erat antara kebangkitan Kristus yang berdampak pada kebangkitan kita sebagai orang-orang Kristen sejati kelak.

Dari Alkitab, kita mendapatkan keterangan lengkap bahwa Tuhan Yesus bangkit pada hari ketiga (Mat. 28:5-7), ketika Maria Magdalena dan Maria yang lain menjenguk kubur Tuhan Yesus. Perkataan Tuhan Yesus bangkit diucapkan oleh seorang malaikat Tuhan. Kristus yang bangkit juga menampakkan diri kepada beberapa orang, yaitu Maria Magdalena (Yoh. 20:11-19), kepada para murid-Nya (Yoh. 20:19-23), kepada Tomas (Yoh. 20:24-29), dan para murid-Nya di pantai danau Tiberias (Yoh. 21:1-14). Penampakan diri-Nya kepada banyak orang ini jelas membuktikan bahwa para murid tidak sedang berhalusinasi. Tidaklah benar jika ada anggapan bahwa kebangkitan Kristus adalah suatu rekaan oleh para murid Kristus dan itu tidak pernah terjadi. Kalau itu benar rekaan oleh para murid, mengapa seorang Tomas yang sempat tidak percaya akan kebangkitan Kristus, lalu tiba-tiba percaya kepada-Nya sambil mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Allah ketika Ia menyuruh Tomas mencucukkan jarinya di tangan dan lambung-Nya (Yoh. 20:28)? Sebuah halusinasi dan rekaan jelas tidak mengakibatkan seorang yang tidak percaya seperti Tomas lalu berubah menjadi percaya! Jangan pernah ditipu oleh tipuan iblis di zaman postmodern ini dengan menggunakan sarana media elektronik dan massa. Penampakan Tuhan Yesus ini diberitakan ulang oleh Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 15:5-8 dan Paulus menambahkan bahwa Kristus yang bangkit menampakkan diri-Nya juga kepada Paulus sendiri. Inilah inti iman Kristen dan Injil (baca: ayat 4-5). Dari sini, kita belajar bahwa Kristus benar-benar bangkit dan kebangkitan-Nya bukan hanya sekadar peristiwa historis, tetapi peristiwa yang begitu signifikan yaitu memberikan pengharapan. Apakah pengharapan di balik kebangkitan Kristus? Mari kita pelajari satu per satu.

Pertama, kebangkitan Kristus memberi pengharapan akan perubahan hidup (ayat 9-11). Paulus menjelaskan bahwa Injil itu berisi kematian dan kebangkitan Kristus. Tetapi itu tidak cukup sampai di situ, kebangkitan-Nya memberi pengharapan akan adanya perubahan hidup yang ia alami (ayat 9-11). Perubahan hidup apa yang dialami Paulus?
Pertama, perubahan status (ayat 9-10a). Paulus dahulu bernama Saulus yang berkobar-kobar “melayani” Allah dengan menganiaya pengikut Jalan Tuhan (Kis. 9:1-2), tetapi ketika Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya di jalan menuju Damsyik (Kis. 9:3-9), jalan hidupnya berubah dari seorang penganiaya jemaat Jalan Tuhan menjadi pemberita Injil yang sangat setia sampai akhir hidupnya. Dulu, seorang Saulus adalah seorang yang binasa meskipun mengaku diri “melayani” Allah, tetapi setelah Tuhan melawatnya, seorang Saulus berubah menjadi Paulus yang telah diselamatkan. Inilah perubahan status yang ia alami. Bagaimana dengan kita? Biarlah kebangkitan Kristus yang kita rayakan pada tahun ini bukan menjadi suatu perayaan rutinitas, tetapi membawa signifikansi penting, yaitu kita benar-benar percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi. Sebagaimana anugerah Tuhan menyentuh dan melawat hidup Paulus dan mengubah statusnya dari seorang pendosa menjadi seorang yang diselamatkan, maka biarlah kebangkitan-Nya ini juga melawat dan menyentuh hati dan pikiran kita, sehingga anugerah-Nya pun dapat kita alami.
Kedua, perubahan arah hidup. Setelah Paulus diubahkan statusnya dari seorang pendosa menjadi orang yang diselamatkan, ia tidak berpangku tangan, melainkan kita semakin bekerja keras (baca ayat 10b-11). Setelah diselamatkan, dia makin giat memberitakan Injil dan melayani Allah. Lebih uniknya, meskipun dia makin giat bekerja keras demi Allah, dia tetap menyadari bahwa itu adalah anugerah Allah, dan bukan kehebatan dirinya sendiri (ayat 10b). Kembali, di sini, kita mendapatkan pelajaran berharga dari seorang Paulus. Ia bukan hanya rasul Kristus yang paling pandai dan setia, tetapi dia juga seorang rasul yang rendah hati. Bagaimana dengan kita? Kita sering kali terbuai dengan status yang diubahkan. Kita pikir setelah kita diselamatkan, kita bisa menganggur dan tidak usah berbuat baik demi kemuliaan-Nya. Dari Paulus, kita belajar bahwa setelah diselamatkan, kita harus semakin giat bekerja keras melayani Allah dan memberitakan Injil. Ke mana saja kita diutus oleh-Nya, marilah kita tetap setia pada panggilan-Nya untuk memberitakan Injil. Seorang hamba Tuhan yang setia, Pdt. Dr. Stephen Tong menuliskan hal ini di dalam sebuah lagu yang diberi judul “Ke Mana Saja”. Syair itu berbunyi, “Ke mana saja ku telah sedia pimpinan Tuhan tak pernah bersalah. Tolong ‘ku, Tuhan memikul salib-Mu. Tuhan pimpinan-Mu sempurna. Dalam kota besar atau dalam rimba Jiwa sama berharga di mata-Mu. Ke mana saja ‘ku telah sedia ‘Ku mau cinta yang dicinta-Hu.” (Kidung Persekutuan Reformed Injili—KPRI No. 143). Syair lagu ini menyadarkan kita untuk terus bersandar dan setia pada panggilan dari Tuhan, meskipun itu sulit. Mengapa kita bisa terus setia meskipun harus mengalami kesulitan? Karena ada anugerah Allah menyertai dan memimpin kita. Dengan demikian, orang Kristen yang telah mengalami anugerah kebangkitan Kristus adalah orang yang justru semakin berapi-api melayani Tuhan dan memberitakan Injil sambil tetap mengakui bahwa itu semua semata-mata merupakan anugerah Allah. Biarlah kita mempelajari teladan dari Rasul Paulus dan teladan hidup yang nyata dari seorang hamba Tuhan yang setia, Pdt. Dr. Stephen Tong.


Kedua, kebangkitan Kristus memberi pengharapan akan kepastian iman (ayat 14, 17). Pengharapan akan perubahan hidup tidak bisa ada jika tanpa pengharapan akan kepastian iman. Oleh karena itu, Paulus menegur jemaat Korintus di mana pada waktu itu ada jemaat yang tidak mempercayai kebangkitan Kristus dengan alasan orang yang mati tidak bisa hidup lagi. Kepada mereka yang tidak percaya, Paulus menegur dan menguatkan mereka, bahwa Kristus sungguh-sungguh hidup dan bangkit. Jika Kristus tidak bangkit, Paulus mengatakan sia-sialah pemberitaan Injil yang dia sampaikan dan sia-sialah juga kepercayaan mereka. Dengan kata lain, kebangkitan Kristus adalah inti Injil sejati dan iman Kristen. Injil yang memberitakan hanya kematian Tuhan Yesus yang tidak bangkit, belum disebut Injil, karena fakta mengatakan bahwa semua pendiri agama, filsafat, kebudayaan, dll pasti mati, dan itu sama saja. Tetapi ketika Kristus bangkit dari kematian, ini berita sukacita yang tidak bisa dicapai oleh semua agama, filsafat, kebudayaan, dll. Berita sukacita apa yang terkandung di dalam kebangkitan Kristus? Yaitu, Kristus bangkit dan memberikan kepastian iman di dalam dua hal, yaitu:
Pertama, kepastian iman yang berkaitan dengan keselamatan. Di ayat 19, Paulus mengemukakan bahwa jika kita hanya menaruh pengharapan pada Kristus yang mati dan tidak bangkit, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. Mengapa? Karena sama seperti semua pendiri agama, filsafat, etika, kebudayaan, dll, mereka semua mati dan para pengikutnya tidak mendapatkan kepastian pengharapan. Para penganut agama dengan susah payah berbuat baik supaya dia dapat “diselamatkan”, mengapa? Karena para pendiri agama mereka tidak dapat menyelamatkan mereka. Tetapi puji Tuhan, Kristus bukan hanya mati, tetapi Ia bangkit membuktikan Dia telah menang mengalahkan kuasa dosa, iblis dan maut, serta memberikan keselamatan dan pengharapan kepastian iman bahwa di dalam Kristus sajalah, ada jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6) dan di luar Dia, mutlak tidak ada jalan keselamatan (Kis. 4:12). Kebangkitan-Nya juga menjamin bahwa ketika kita diselamatkan, kita pasti selama-lamanya diselamatkan sampai pada kesudahannya (Yoh. 6:40, 44), mengapa? Karena Dia yang memulai keselamatan, Dia pula lah yang menggenapkannya. Adalah suatu kekonyolan jika ada ajaran/“theologi” yang mengajarkan bahwa orang Kristen sejati bisa murtad lagi setelah ia diselamatkan. Ajaran ini jelas mengindikasikan bahwa anugerah keselamatan Allah itu tidak kekal (bnd. Yoh. 3:16) dan menunggu respon manusia. Kalau manusia pada suatu saat menolak Kristus, maka Allah “tidak bisa berbuat apa-apa”, akhirnya membiarkan orang ini murtad. Jika ajaran ini “benar”, maka kebangkitan Kristus itu sia-sia, karena tidak mampu menjamin kepastian iman umat pilihan-Nya. Prinsip Alkitab yang integratif jelas menolak tegas ajaran ini, karena Allah adalah Allah yang Berdaulat yang memelihara keselamatan umat pilihan-Nya sampai akhir, sehingga kita tidak perlu kuatir akan jaminan keselamatan kita yang sejati di dalam Kristus. Kristus yang telah bangkit menjamin keselamatan dan kemenangan kita terus-menerus melawan setan. Haleluya!
Kedua, kepastian iman yang berkaitan dengan kebangkitan tubuh. Selain kepastian keselamatan, kita juga memiliki kepastian kebangkitan tubuh yang merupakan bagian dari iman Kristen di kekekalan nanti. Hal ini dijelaskan pada ayat 16, di mana Paulus menyinggung sedikit tentang kebangkitan orang mati. Kebangkitan Kristus menjamin bahwa akan ada kebangkitan orang mati. Lalu, bagian ini diuraikan secara jelas di ayat 35-58 tentang natur kebangkitan tubuh. Di ayat 36, Paulus mengajarkan bahwa kebangkitan tubuh berkaitan dengan kematian yang fisik. Artinya, sesuatu tidak akan tumbuh atau hidup jika ia tidak mati terlebih dahulu. Dengan demikian, tubuh kita akan dibangkitkan setelah tubuh kita yang bersifat jasmaniah ini dimatikan. Lebih lanjut, Paulus mengemukakan perbedaan antara tubuh kita yang fana di dunia ini dengan tubuh kemuliaan yang akan kita peroleh nanti: pertama, perbedaan sifat waktu (kesementaraan vs kekekalan). Di ayat 42, Paulus mengemukakan bahwa tubuh kita adalah tubuh yang akan binasa, sedangkan tubuh kemuliaan kita nantinya tidak lagi binasa, melainkan bersifat kekal. Berarti tubuh kemuliaan melampaui waktu (tidak diikat oleh waktu kesementaraan). Kedua, perbedaan sifat kualitas (kehinaan vs kemuliaan, kelemahan vs kekuatan). Di ayat 43, Paulus mengemukakan dua hal tentang perbedaan ini, yaitu: tubuh duniawi kita adalah tubuh yang hina dan lemah (bisa sakit, dll), tetapi tubuh surgawi/kemuliaan kita adalah tubuh yang mulia dan kuat (melampaui semua keterbatasan duniawi). Ketiga, perbedaan esensial (alamiah vs rohaniah). Di ayat 44, Paulus mengemukakan bahwa tubuh duniawi kita bersifat alamiah. Artinya, ada unsur kedagingan, lebih menuruti hawa nafsu (hidup menurut daging—bnd. Galatia 5:19-21). Sedangkan, tubuh surgawi kita nantinya bersifat rohaniah. Artinya, kita pasti hidup menurut Roh, menaati apa yang Tuhan perintahkan (bnd. Galatia 5:22-23). Hidup oleh/menurut Roh di tahap kekekalan ini sudah mencapai tahap kesempurnaan yang disebut oleh Augustinus sebagai: non-posse peccare (tidak bisa berdosa lagi).
Kita bisa beriman pada kebangkitan tubuh hanya karena kita sudah beriman pada kebangkitan Kristus yang bersifat jasmaniah. Dan bersama-sama dengan Paulus, kita bisa menantang iblis dan menyatakan kemenangan umat pilihan-Nya karena kemenangan Kristus, “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Kor. 15:55-57)

Adakah pengharapan yang paling agung dan mulia yang dapat kita jumpai dan alami selain pengharapan HANYA di dalam Kristus dan kebangkitan-Nya? TIDAK ADA! Oleh karena itu, saya menantang Anda saat ini, jika Anda masih mau ditipu oleh berbagai bujuk rayu si iblis melalui media di TV atau buku, dll lalu ber“iman” bahwa Kristus tidak pernah bangkit, hari ini, bertobatlah, biarkanlah Roh Kudus bekerja di hati Anda dan membuka hati dan pikiran Anda untuk menerima Kristus yang telah mati dan bangkit sebagai satu-satunya Tuhan, Juruselamat, Raja dan Pemilik hidup Anda secara pribadi. Ingatlah, jika Kristus tidak bangkit, maka kita akan terus hidup dalam dosa dan tidak dapat diselamatkan. Tetapi puji Tuhan, Kristus bangkit, itu membuktikan iman dan pengharapan kita tidak lah sia-sia. Kebangkitan-Nya memberikan kuasa kepada kita melalui Roh Kudus bahwa kita sanggup mengalahkan kuasa dosa, iblis dan maut, karena Ia telah mengalahkan segala kuasa bagi umat pilihan-Nya (1 Kor. 15:25-27), supaya kita menjadi hamba-Nya yang setia. Sudahkah kita menjadi hamba-Nya yang setia yang memberitakan kebenaran Injil Kristus bahwa Kristus telah mati dan bangkit demi dosa-dosa kita?? Ataukah kita sibuk mengkhotbahkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan Paskah, misalnya peduli dengan orang yang berkekurangan, lingkungan, dll? Mana yang kita dahulukan, memberitakan Kristus dan kebangkitan-Nya serta kuasa di balik kebangkitan itu ataukah kita memberitakan cinta kasih yang tanpa Kristus di dalamnya??? Pilihan kita menentukan kepada siapakah kita menaruh iman dan pengharapan kita !

Amin. Soli DEO Gloria. Solus Christus!

__________________

“Without knowledge of self there is no knowledge of God”

(Dr. John Calvin, Institutes of the Christian Religion, Book I, Chapter I, Part 1, p. 35)