Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Iman Kristen di tengah Pluralisme Agama---Pandangan Seorang Vantillian

Vantillian's picture

Tidak dapat dipungkiri kekristenan bukan hanya satu-satunya agama di dunia ini. Kekristenan juga bukan merupakan agama tertua. Jauh sebelum ada agama Kristen, Budha telah ada, Yahudi telah ada, bahkan Hindu dan Taoisme juga telah ada. Meskipun demikian, agama Kristen telah disejajarkan bersama dengan agama besar lainnya. Setiap agama adalah UNIK dalam pandangan tiap umatnya. Setiap agama adalah SPESIAL dalam penghayatan tiap umatnya. Karena itulah, isu agama merupakan isu yang rentan terhadap pergolakan social maupun dalam kehidupan berbangsa. Menghina maupun merendahkan agama yang berbeda merupakan suatu sikap yang rendah dan sekaligus kesombongan yang berlebihan.

Agama adalah sistem kepercayaan yang diwujudkan melalui tata ibadah dan aturan perilaku yang berhubungan dengan Tuhan maupun sesama. Banyak definisi tentang agama. Dalam agama, terkandung nilai-nilai transcendent dan immanent. Nilai ini terwujud dalam penghayatan iman dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Religi adalah nama bentuk lain dari agama. Setiap religi memiliki sistem tersendiri. Setiap religi mempunyai penghayatan iman tersendiri. Penghayatan iman ini sangat penting dan merupakan dasar seseorang memilih masuk ke dalam religi tersebut.
 
Dalam teologi reformed injili, agama merupakan respon internal manusia terhadap wahyu Allah. Sedangkan respon eksternal manusia diwujudkan melalui budaya. Agama dan budaya inilah yang membentuk sejarah peradaban manusia. Wahyu Allah yang telah ditanamkan Allah melalui sensus divinitas dan religi semen telah melahirkan system keagamaan di seluruh dunia. Bagaimana pandangan iman Kristen di tengah-tengah kenyataan pluraritas agama ini? Apakah agama Kristen mempunyai keunikan dan kebenaran tersendiri?
 
Kekristenan adalah system keagaamaan. Karena itu, system itu sama seperti system keagamaan yang lain. Mulai dari metodologis standar yang digunakan sampai kepada perumusan pernyataan teologis, hampir semua agama memakai kerangka logika yang sama. Kekristenan mengklaim kitab sucinya sebagai standar tertinggi, demikian juga agama yang lain terhadap kitab sucinya. Memaksakan bahwa agama lain HARUS menerima Alkitab sebagai standar tertinggi adalah SAMA SEPERTI memaksakan Al Quran sebagai standar tertinggi bagi orang Kristen. Karena itu, kita mesti berhati-hati dalam merumuskan pernyataan teologis yang berkaitan dengan realitas agama lain. Tentu saja kehati-hatian ini tidak boleh sampai pada kesimpulan bahwa pada akhirnya semua agama adalah sama. Secara esensi pembentukan semua agama adalah sama, karena sama-sama lahir dari adanya penghayatan iman kepada realitas YANG DI ATAS maupun yang HOLY. Pembentukan agama adalah reaksi semua manusia, baik yang dipilih maupun tidak. Karena itu, sikap arogansi yang memusuhi agama lain perlu kita waspadai dan hindarkan.
 
Beberapa prinsip yang penting kita diskusikan dan pikirkan berkaitan dengan topic blog ini adalah :
 
  1. Setiap agama adalah BENTUK yang diformulasikan
Sehebat apapun suatu agama, dia adalah BENTUK/FORM yang memuat kerangka formulasi ibadah dan tata perilaku bagi umatnya. Agama adalah bentuk yang dibentuk oleh pendirinya atau pengikut sebagai IDENTITAS dan RELASI dalam bermasyarakat. Ini berarti agama Kristen juga harus dipandang dalam kacamata demikian. Agama Kristen BUKAN dilahirkan dari surga. Agama Kristen juga bukan agama yang ditetapkan oleh Allah sebagai satu-satunya agama di dunia ini. Agama adalah bentuk respon manusia terhadap pernyataan Allah. Ketika anda mengaku percaya dan dibaptis, anda dapat dikatakan beragama Kristen. Anda telah terhisap dalam satu bentuk keagamaan. Itu berarti anda sama seperti memasuki sistem keagamaan yang lain. Tidak ada bedanya. Tetapi ketika anda sudah berada di dalam FORM Agama, maka anda akan melihat bahwa setiap form mempunyai karakteristik yang berbeda
 
  1. Setiap agama mempunyai standar masing-masing
Ini berkaitan dengan kebenaran yang diyakini setiap agama. Setiap agama mempunyai standarnya. Standar yang satu mungkin tidak sama terhadap yang lain. Lalu bagaimana dengan kekristenan memandang ini? Memaksakan standar agama sendiri kepada penganut lain adalah sama seperti kita juga harus menerima standar dari agama lain. Menghakimi standar agama lain dengan standar agama sendiri adalah suatu hal kesia-siaan dan akan menimbulkan friksi yang semakin dalam. Saling serang dan menyalahkan standar agama hanya akan menimbulkan suatu luka dalam sistem masing-masing. Silakan setiap agama mengklaim bahwa agamanya adalah kebenaran tertinggi. Silakan setiap kepercayaan menyatakan bahwa standar yang dipakai adalah standar tertinggi bagi seluruh umat manusia. Bagaimana mengujinya? Setiap standar kebenaran masing-masing agama akan saling menguji di dalam suatu sistem kebenaran. Dialog dan monolog antara umat beragama akan memberikan suatu ruang pengujian bagi standar masing-masing. Ruang pengujian inilah yang akan menjadi suatu ruang sidang ilahi yang di dalamnya Sang kebenaran akan bekerja. Inilah keyakinan dari seorang percaya.
 
  1. Setiap agama mempunyai perwujudan penghayatan iman masing-masing
Ketika seorang melakukan sembahyang atau berdoa, itulah perwujudan dari penghayatan imannya. Meremehkan dan menghina tata ibadah agama tertentu adalah hal yang harus dihindarkan. Mengapa? Karena Setiap agama mempunyai penghayatan terhadap YANG SATU dan YANG KUDUS. Dalam arti, Allah dalam penyataanNya telah membuat wahyuNya jelas dan nyata bagi manusia supaya bereaksi terhadapNya. Itulah wahyu alam dan hati nurani. Ketika menghakimi tata ibadah agama lain, bukankah kita juga harus bercermin bahwa korban dan ibadah bangsa Israel juga ditolak oleh Tuhan?
 
Amos 5:21 "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Amos 5:22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
Amos 5:23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.
 
  1. Tujuan setiap agama adalah untuk kebaikan umatnya
Mungkin ini adalah point kontroversi yang harus didiskusikan. Setiap agama mengajarkan kebaikan. Setiap agama mengajarkan konsep “surga” menurut versi masing-masing. Namun itu semua bertujuan untuk kebaikan umatnya. Tidak ada ajaran agama yang bertujuan untuk mencelakakan umatnya. Lalu apakah dengan demikian maka setiap agama akan diterima oleh Tuhan? Tidak. Tuhan tidak pernah menetapkan suatu sistem keagamaan tertentu yang akan diterimaNya. Tuhan menetapkan standar Taurat sebagai syarat keselamatan. Taurat tertulis diterima oleh Israel dan Taurat tidak tertulis diterima oleh semua bangsa. Standar KEDUA Taurat tersebut adalah sama. Agama adalah bentuk penghayatan iman kepada standar dari Allah. Mempunyai Taurat tertulis dan tidak tertulis adalah sama di hadapan Allah.
 
  1. Destinasi setiap agama adalah menuju transendensi ke luar diri manusia
Setiap agama mengajarkan adanya suatu destinasi yang akan dituju oleh penganutnya setelah melakukan ini dan itu. Tidak terkecuali dengan agama Kristen. Destinasi agama adalah mencapai suatu tempat/kondisi/batas yang kekal. Kekekalan selalu menjadi presuposisi bagi suatu ajaran agama. Titik point inilah yang menjadi common ground dalam filsafat agama. Inilah titik dimana pembahasan dengan agama-agama dimungkinkan. Inilah titik dimana manusia merasakan eksistensinya terbatas dan merindukan yang tak terbatas.
 
Pengkhotbah 3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
 
Apa yang bisa kita petik dari beberapa point ini? Apakah kekristenan sama seperti agama lainnya? Apakah agama lainnya juga akan bisa masuk surga? Apakah agama Kristen sebaiknya dilebur dengan agama lain karena mempunyai kerangka penghayatan iman yang sama? Jawaban untuk semuanya adalah Tidak.
 
Setiap agama adalah unik. Karena setiap agama unik, maka setiap agama berkewajiban berdakwah dan bermisi kepada semua orang. Berbagai cara dapat dilakukan, mulai dari mengajar, berkhotbah, sampai kepada pelayanan sosial. Demikian juga agama Kristen. Malu dan tidak berani menyatakan kita unik adalah tanda bahwa kita belum memahami apa esensi dari agama serta penghayatan iman kita. Berdebat dan berargumentasi dalam penghayatan iman harus dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan membangun. Yang tidak membangun adalah bersikap menyalahkan dan mendiskreditkan agama tertentu supaya menjadi malu. Yang mesti diwaspadai adalah bersikap menghakimi hati setiap orang dengan RUMUSAN TEOLOGIS yang dipegang ketat. Juga yang harus diperhatikan adalah kesombongan bahwa penghayatan iman kita lebih superior terhadap penghayatan iman agama lain.
 
Berani menyatakan mana yang salah dan benar BUKAN BERARTI bisa sembarangan menilai . Tegas menyatakan kebenaran BUKAN BERARTI bisa menghakimi yang hanya bisa dihakimi Tuhan.
 
Kita harus mengakui bahwa penghayatan iman Kristen adalah unik, karena itu kita bisa mengabarkan kepada semua orang. Kita juga harus mengakui bahwa iman Kristen adalah iman kepada Allah yang benar, karena itu kita bisa mengabarkan kepada semua orang. Kebenaran Allah akan dinyatakan melalui kesaksian dari orang percaya. Namun kita juga jangan lupa, penganut agama yang lain juga memiliki pandangan yang sama. Ketika penganut agama lain juga mengabarkan kepada kita, kita harus tahu dan mengerti, bahwa mereka juga menjalankan tugas penghayatan iman mereka. Lalu bagaimana kita dapat menjalankan misi kekristenan dalam dunia ini?
 
Saya sudah pernah menulis beberapa kali di dalam blog saya terdahulu bahwa penginjilan Kristen harus dimengerti dengan baik dan bijaksana. Penginjilan Kristen bukan bertujuan menyatakan diri benar, orang lain salah. Penginjilan Kristen bukan bertujuan menyatakan agama saya benar, agama anda salah. Penginjilan Kristen juga bukan bertujuan menyatakan bahwa kebenaran saya lebih superior dari kebenaran anda. Penginjilan Kristen BUKAN mengabarkan kekristenan sebagai agama yang paling benar. Penginjilan BUKAN bertujuan mengKRISTENkan seseorang. Ketika seorang percaya, secara system keagamaan, dia telah beragama Kristen. Namun bukan itu TUJUAN kita menginjili dia. Itu bukan TUJUAN kita bermisi. Agama Kristen hanyalah bentuk dimana seorang percaya dapat bertumbuh secara rohani di dalamnya. Itu juga berlaku bagi sistem agama yang lain ( meskipun konsep persekutuan dan perkumpulan tiap agama bisa berbeda ).
 
Namun, penginjilan Kristen adalah penginjilan yang menyatakan HANYA Allah yang benar, semua manusia telah berdosa dengan melawanNya. Penginjilan Kristen yang menyatakan bahwa semua respon manusia telah gagal dalam mencapai standar Allah. Penginjilan Kristen menyatakan bahwa perbuatan manusia gagal, semuanya tergantung pada anugerah Allah. Agama Kristen bukan syarat keselamatan. Agama Kristen juga bukan JALAN keselamatan. Misi Kristen adalah menyediakan jalan bagi Sang Kebenaran untuk berkarya dalam hati manusia. Misi Kristen adalah mempersiapkan segala yang diperlukan bagi Sang Kebenaran untuk melaksanakan rencana keselamatan yang telah dirancangNya.
 
Tidak ada manusia yang akan diselamatkan Allah karena dia telah beragama Kristen. Karena tidak setiap yang beragama Kristen adalah orang yang diselamatkan. Agama hanyalah sistem religi di dalam dunia ini. Agama ibarat suatu rangka rumah yang dibangun oleh fondasi iman dan berisi perabot-perabot ibadah. Saling menyalahkan kerangka rumah yang lain hanya akan menimbulkan kesalahpahaman dan kebencian dalam menjaga kerukunan umat beragama.
 
Mari kita menyadari bahwa agama Kristen adalah sama seperti agama lain yang ada di dunia. Agama Kristen adalah bentuk penghayatan iman orang percaya kepada Kristus, demikian juga agama yang lain dengan penghayatan iman masing-masing. Agama Kristen bukan WADAH PENGADILAN bagi agama-agama lain, tetapi adalah WADAH KESAKSIAN bagi agama-agama lain.
 
I Korintus 5:12 Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?
I Korintus 5:13 Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
 
Mari kita juga menyadari bahwa kekristenan adalah unik, karena itulah penginjilan harus dan wajib kita lakukan. Karena itulah kita terus melakukan tugas apologetika Kristen di dalam pluralisme agama-agama di dunia. Bagaimana kita melakukan tugas apologetika kita? Saya akan menuliskannya dalam blog selanjutnya.
 
Saya akan menutup dengan kutipan dari Lesslie Newbigin, seorang misionaris di India dalam bukunya “Injil dalam Masyarakat Majemuk” :
 
“Kalau saya mengetahui bahwa Allah dalam anugerahNya dan kebaikanNya yang tidak terbatas sudah memilih dan memanggil saya untuk menjadi pengemban anugerahNya bagi orang lain, kepercayaan saya kepadaNya tidak akan menyisihkan kesadaran bahwa saya dapat mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikanNya kepada saya, dan kesadaran itu akan mendorong saya untuk lebih dekat kepadaNya. Ini adalah hubungan pribadi yang mendalam. Hubungan ini menyingkirkan universalisme rasionalistik yang saya sudah tunjukkan. Hubungan ini juga menyingkirkan setiap godaan untuk menetapkan batas-batas bagi anugerah Allah, atau untuk menghapuskan siapa saja sebagai yang berada di luar kasih Allah yang menyelamatkan” ( hal 123 )
 
Huanan's picture

Saya suka yang ini...

Berani menyatakan mana yang salah dan benar BUKAN BERARTI bisa sembarangan menilai . Tegas menyatakan kebenaran BUKAN BERARTI bisa menghakimi yang hanya bisa dihakimi Tuhan. 
__________________

Huanan

Vantillian's picture

Huanan, menilai dan menghakimi

Huanan, sebagai orang percaya kita memang harus dengan hikmat menerapkan arti penghakiman. Apa standar ketika kita menilai dan menghakimi? Jika standarnya adalah DIRI kita, maka kita tidak berhak. Jika kita mengaku orang percaya namun menghakimi orang bahwa dia tidak ( MAU) atau (PERNAH) percaya pada Kristus, berarti kita sudah mengambil hak Tuhan. Jika kita menghakimi perbuatan orang, namun kita sendiri berbuat hal yang sama, bukankah itu mirip orang Farisi? Menghakimi dalam hati orang adalah bertentangan dengan kebenaran.

Ketika menilai orang lain, biarlah kita juga dinilai orang lain. Standar ganda adalah suatu hal yang dikecam oleh Yesus.

 

rogermixtin09's picture

Pluralisme

Salam Vant

Mengutip ungkapan bapak pluralisme Indonesia mendiang KH.Abdurahman Wahid

”Dar ul mafasid muqaddamun ‘ala jalb al-mashalih”

 ”di mana terdapat keadilan dan kemaslahatan maka di situ lah terdapat wajah Tuhan”

 

 

Tuhan Yesus memberkati

Vantillian's picture

Roger, Wahyu dan Anugerah Umum

Roger, wahyu umum dan anugerah umum adalah dua konsep bahwa Allah tidak berhenti menopang ciptaanNya, bahwa Allah hadir di dalam segala peristiwa yang dialami manusia.

Matius  5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Kis 10:34 Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
Kis 10:35 Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.

 

rogermixtin09's picture

@Vantilian,,,AMIN

Salam Vant,,,,

AMIN.....

Tuhan Yesus memberkati