Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cermin

cahyadi's picture

Aku memiliki sebuah cermin. Bentuknya bulat dengan lapisan plastik berwarna biru di pinggirnya. Cermin itu dahulu tergantung di dinding kamarku dan sering aku pergunakan untuk mematut diri. Saat kamarku direnovasi,  cermin itu aku turunkan dan kemudian aku letakkan di pojok kamar. Hingga saat ini ia masih ada di sana, penuh debu dan kotor.

 

 

Setiap orang memiliki cermin. Ada yang bulat seperti punyaku. Ada pula yang persegi. Ada yang besar seukuran badan manusia, sedang atau bahkan hanya cermin yang kecil. Di depannya, kita biasa berlama-lama untuk sekedar menyisir rambut agar kelihatan lebih rapi, mencukur jenggot atau kumis yang mulai panjang atau memencet-mencet jerawat yang mengotori  wajah kita. Dengan cermin kita juga terbiasa  merias diri. Berdandan agar lebih cantik atau ganteng.

 

Selain cermin yang biasa kita lihat dan kita pergunakan, sebenarnya kita juga memiliki cermin yang lain. Cermin itu berupa masa lalu, pengalaman hidup, serta pergumulan kita hingga kita menjadi seperti saat ini. Mungkin saat ini kita adalah orang yang berada, banyak duit dan berkelimpahan dari yang dahulu  miskin dan tidak punya apa-apa. Saat ini mungkin kita juga sudah menjadi orang yang begitu populer, sukses dan banyak dipuja-puji semua orang  dari masa lalu yang bukan apa-apa.

 

Apakah situasi dan kondisi saat ini telah merubah kita? Karena kita sudah kaya maka sah-sah saja kita menikmati kekayaan dengan berfoya-foya, menghambur-hamburkan uang, tanpa mempedulikan sesama yang berkekurangan. Mumpung kaya dan banyak uang kok, kenapa ndak dimanfaatin untuk yang enak-enak? Persetan dengan kesusahan orang lain! Juga karena merasa sudah begitu populer, membuat kita  ndak mau kenal lagi dengan teman-teman kita, sanak saudara kita. Yang lebih gawat lagi kepopuleran dan kesuksesan ini membuat kita dengan gampangnya mencari selingkuhan sementara istri atau suami dan anak-anak menunggu di rumah dengan penuh harap.

 

Nah, di sini hendaknya kita mulai bercermin. Kekayaan yang sudah kita miliki dan nikmati saat ini mungkin memang buah dari hasil kerja keras kita selama ini. Namun tanpa kita sadari usaha itu sebenarnya juga karena dukungan dan perhatian orang-orang yang berada di sekitar kita. Begitu juga dengan kepopuleran yang sudah kita raih. Semua terjadi juga berkat perjuangan dan pengorbanan orang-orang di sekeliling kita.

 

Jika demikian, hendaknya apa yang sudah kita raih saat ini baik kekayaan maupun kepopuleran semakin membuat kita berani untuk mawas diri. Apakah kekayaan dan kepopuleran ini sudah aku pergunakan dengan semestinya? Apakah kekayaan dan kepopuleran ini membuat aku menjadi lupa diri? Membuat aku tidak peduli dengan lingkungan di sekitarku? Apakah kekayaan dan kepopuleranku ini semakin memperkembangkan hidup orang-orang di sekitarku menjadi lebih baik dan semakin manusiawi. Maka,  marilah kita bercermin!

 

firman's picture

Alkitab lah sesungguhnya cermin kita yang sejati

"segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,untuk menyatakan kesalahan,untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2Tim3;16)                                                 Betul tidak  sdr.cahyadi?

Raissa Eka Fedora's picture

cerminku..

cerminku dibalik pintu lemari.. tingginya sedikit lebih rendah dibanding tinggi ku. kadang, cermin itu cuma buat aku melihat mataku aja... nggak tau kenapa pokoknya ngeliat mata aja di cermin.. hehe

cermin yang lain adalah adikku.. dia bener bener 'memfotokopi' hidupku.. tapi agak lebih buruk... karena dia bersifat negative thinking.. dan mengesalkan untuk membuatnya berubah..

oh ya.. .mungkin karena tulisannya terlalu kebawah jadi gak keliatan previewnya...

-anak kecil berbicara, didengarkah?-

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-