Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BERAS – 4 – dalam pilihan ganda

Purnomo's picture

              Setelah kena tipu pedagang beras (see "Beras-1)" aku berencana membeli beras di pasar dekat panti asuhan "anak raja". Tapi sebelumnya aku mampir dulu ke panti itu karena aku perlu klarifikasi atas laporan bulanannya di bagian penerimaan natura.
             "Pak, apakah donasi beras selama ini cukup sehingga Bpk tidak perlu membeli sendiri di pasar?" tanyaku.


             Di rumah aku sudah menghitung dengan 30 anak yang masih kecil panti ini paling banyak butuh 200 kg beras sebulannya sedangkan aku memberi 100 kg.
            "Cukup," jawabnya.
            "Apa tidak pernah berlebihan?"
            "Akhir-akhir ini sering karena makin banyak orang yang memberi beras."

            "Lalu kelebihannya Bpk jual?"
            "Saya tidak berani menjual barang sumbangan tanpa seijin pemberinya."
            "Lalu?"
            "Saya bagikan kepada tetangga. Atau berikan kepada pak RT untuk dijual kepada penduduk dengan setengah harga dan hasilnya untuk mengisi kas RT."
            "Lalu kalau panti ini kekurangan beras apa tetangga-tetangga mau menyumbang beras?" tanyaku.
            "Saya tidak mau meminta-minta."

             Aku mengeluarkan sebuah amplop. Sudah menjadi kebiasaanku di awal bulan memilah-milah donasi dan memasukkan ke dalam amplop agar tidak lupa.
            "Pak, saya belum sempat membeli beras. Bagaimana kalau nanti Bpk saja yang membelikannya untuk saya. Uang pembeli beras 100 kg ada dalam amplop ini."

             Aku menulis di sampul itu "uang beras 4 zak x 25 kg x Rp.9.000 = Rp.900.000" lalu menyodorkan kepadanya.
            "Dalam laporan bulanan Bpk tulis saya menyumbang beras 100 kg. Tetapi uang ini jangan Bpk langsung belikan 100 kg. Bpk belikan beras secukupnya apabila stok beras di panti habis. Kalau uang tersisa, Bpk simpan dulu."
             Dia setuju.

             Bulan berikutnya waktu aku kembali ke sana dia memberitahu uangku masih utuh. Aku bilang simpan saja dan aku kembali memberi uang beras 100 kg. Aku minta uang itu disimpan dalam kas tersendiri, sebut saja "kas penyanggah" yang bisa dipakai dalam keadaan darurat. Sejak itu panti ini tidak lagi membagikan beras ke tetangganya; ibu pendeta tidak lagi ke pegadaian menitipkan perhiasannya yang tidak seberapa itu; dan uang ini tidak kena perpuluhan. Kelak uang di kas penyanggah ini dipakai untuk tambahan uang pembeli motor seken, renovasi bangunan dsbnya.

moron's picture

kong pur

kong, sekarang trend nya diskusi, ga boleh monolog gini... klo ke jakarta, baru boleh ke monolog di PS ;-)

Purnomo's picture

mana aku bisa ikut diskusi

kalau baca komen kamu, Deta, JF sudah keburu ngakak dulu.

Tapi aku nge-like blognya TP lho.

tonypaulo's picture

@Pur, kalau seandainya @KK nyumbang anda trima tidak?

ketika anda tahu bahwa @KK menyebarkan virus sesat SEMUA ORANG MASUK SURGA, dan dia mendonasikan uangnya, apakah anda terima atau tolak?