Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Baptisan: Asal Budaya

manguns's picture

Baptisan
Kedalaman, kedewasaan, makanan keras, pengetahuan, hikmat

Tentang baptisan, sudah lama menjadi pertanyaan yang tak pernah ada yang tertarik untuk menjawab dan mendiskusikan: ‘Dari mana konsep baptisan muncul?”.
Pendeta sangat tertarik untuk meributkan ‘teknik’ yang paling manjur: ditetes, dipercik, disemprot, dicelup, dicelup dibak, dicelup dikolam renang, dicelup disungai”. Baptisan ulang, baptisan anak kecil, baptisan dewasa.

Awalnya, belasan tahun selaku jemaat, sabar menunggu jawaban, tapi tak kunjung muncul. Yang bikin sebal,  hiruk pikuk teknik baptisan tak kunjung reda, tidak ada selesainya. Kian tua saya menarik simpulan, memang pendeta saat ini hanya mampu membahas kulitnya saja. Pendidikan tinggi teologia di Indonesia setara dengan perguruan tinggi lain hanya mampu memproduksi wisudawan sekedar jubah toga, tidak terbentuk karakter keilmuannya, yaitu tak henti mencari pengetahuan akan Allah. Orang bertoga ini masuk ke gereja, dijadikan nara sumber, disibukkan kebutuhan jasmani. Susutlah bekal ilmu yang cuma sekedarnya.  Pada akhirnya hanya mampu mengusik hal remeh, kulitnya saja. Sedangkan hal yang lebih mendalam dihindari mati-matian.

Pemahaman mula-mula adalah dokgma, Kristen berasal dari Jesus, Jesus berasal dari Allah maka pengajaranNya dari Allah, baptisan dari Allah. Untuk anak kecil dogma ini cukup baik. Untuk kebanyakan jemaat yang tak mau pusing, dogma ini cukup, yang penting ‘percaya dan tulus’. Untuk sintua atau majelis yang penting kolekte.

Tapi ketika sedikit berpikir, diajarkan pula bahwa Jesus dibaptis oleh John Pembaptis. Muncul keanehan ‘Lho, John kan bukan orang kristen? John lebih dulu membaptis Jesus’. Karena berpikir, muncul kontradiksi.

Saat melakukan penelitian ringan, dari Yoh 1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" Bacaan ini membangkitkan masalah, yang bertanya adalah adalah utusan, Imam Jahudi, artinya mereka sudah tahu tentang baptisan. Bahkan dari kalimat terebut, mesias, Elia dan nabi yang punya otoritas membaptis. Baptisan sudah ada dalam agama Jahudi. Baptisan bukan konsep kristen, kristen nyontek dari Jahudi.
Meneliti perjanjian lama, tidak dijumpai konsep baptisan. Demikian pula agama Jahudi tidak mengenal baptisan. Karena transilerasnya pun baik, satu-satunya penjelasan yang meredam pertanyaan adalah, yang menulis ayat itu salah.

Beruntung, Allah bermurah hati memberikan contekan. Setelah menyucikan otak, lama berpuasa tidak mendengarkan khotbah asal bunyi di mimbar, mendapat pengungkapan.

Arkelog dan Sejarah

Penemuan Dead Sea Scroll tahun 1947 yang diteruskan dengan penggalian arkeolog di Qumran, membuktikan keberadaan sekte Ascenes, yang memprotes sistem Jahudi, walk-out sebagai protes, hijrah 20 km jauhnya dari Jerusalem ke gurun pasir ditepi Laut Mati (Dead Sea), membentuk komunitas Qumran. Temuan arkeolog ini mengkonfirmasi tulisan sejarawan Josephius.

Sekte ini sama seperti Jahudi sangat terobsesi dengan penyucian diri, tubuh menjadi tidak suci bila menyentuh, mayat, hewan mati, orang sakit, wanita haid, atau wanita baru bersalin. Untuk kembali suci, atau mentahirkan diri, dilakukan proses mencelupkan tubuh di bak air (bath). Ritual ini tidak sama dengan mandi membersihkan tubuh dari kotoran, tetapi membuang segala hal yang najis, tidak suci, menjadi tahir. Di Qumran dan di Jerusalem, terbukti banyak ditemukan bak celup untuk ritual ini. Disekitar Kuil Jerusalem ditemukan ratusan bak celup. Injil pun menyebutkan hal yang sama, seperti pada kisah mukjizat orang lumpuhyang dipulihkan.

Sekte ini pergi ke padang gurung berdasarkan Yesaya 40:3  Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita”.

Fakta Injil Alkitab

Luk 1:80 Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.
Menunjukkan John Pembaptis melakukan hal yang sama dengan sekte Ascene, pergi ke padang gurun.  Fakta alkitab, fakta arkeolog dan sejarah, memaksa membaca Yes 40:3, sepeti yang dikutip dalam  Yoh 1:23  Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya. Menjadi berbeda. Ayat ini ternyata bisa dibaca lebih mendalam:

Pemahaman tradisional, idea utama adalah : ‘ada suara di padang gurun..’
Pemahaman John Pembaptis dan Ascene: “suara dalam hati, perintah pergi ke padang gurun..’

John Pembaptis pergi kepadang gurun mengikuti perintah yang didengarnya dalam hati.

John Pembaptis dan Sekte Ascene

Dugaan bahwa John Pembaptis semula mengikuti sekte ini, keluar karena ada hal yang tidak sesuai dengan taurat. Dia pergi gurun ke sungai jordan, Betania (Yoh 1:28) yang hanya 4 jam jalan kaki dari Qumran. Yang John tentang adalah kewajiban pengikut Ascene untuk menghujat Imam Jahudi pengikut kegelapan. Padahal ayah John Pembaptis adalah Zakaria seorang Imam, bertentangan dengan perintah ‘hormatilah orang tuamu’.

Secera umum pengajaran John persis sama dengan Ascene, terdiri dari tiga hal : “Allah segera datang:,  “Penghakiman segera tiba” dan “Bertobatlah”.

Sehingga wajar disimpulkan John juga melakukan ritual mentahirkan diri, mencelupkan tubuh diair, ritual pentahiran tubuh dari hal yang najis. John memilih sungai, yaitu air yang mengalir, air yang hidup dibandingkan bak atau kolam dimana air tak bergerak. Atau bisa juga karena tak punya modal bikin kolam di tempat terpencil.

Simpulan

Ritual baptisan kristen yang pertama kali dilakukan John Pembaptis berasal dari ritual pentahiran tubuh agama Jahudi, mencelupkan badan dikolam.

Sumber sejarah, Tortullian abad 2 menulis Simon Petrus mulai membaptis pengikutnya di sungai Tiber dijantung kota Roma. Tortullian menulis Petrus menyatakan membaptis diair mengalir seperti John membaptis di suntai Jordan.

Belum tentu hal diatas benar, tetapi setidaknya kini ada teori KUAT bahwa baptisan punya akar sejarah dari budaya Jahudi, bukan sekedar jawaban asbun ‘berasal dari Allah’.