Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Antara Solo - Surabaya

anakpatirsa's picture

Aku telah belajar bahwa sejak jaman dahulu, telah ada konsep sebuah kekuasaan absolut di atas kemampuan manusia. Makanya sejak jaman dahulu 'agama' sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Pada awalnya itu hanyalah berupa sebuah kepercayaan sederhana. Kepercayaan kepada sebatang pohon besar atau sebongkah batu besar. Lalu muncul kepercayaan kepada roh kakek dan nenek yang sudah meninggal. Lalu kepercayaan itu berkembang sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Muncullah para dewa serta dewi yang luar biasa cantik.

Sejak jaman dahulu juga, beberapa orang mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani 'kekuatan absolut' itu. Kadang-kadang aku berpikir apa yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan orang jaman sekarang 'mengabdikan hidupnya' sesuai dengan agama yang dianutnya. Bahkan untuk masalah pengorbanan dan kesetiaan, jaman dahulu banyak orang tua yang membakar anaknya sebagai korban kepada dewa-dewa. Jaman sekarang orang mengorbankan sedikit waktunya dan beberapa lembar uang kertas. Sepertinya tidak seberat jaman dulu, kecuali untuk beberapa orang yang harus dihukum mati karena membela agama.

Sekarang aku tahu, yang dilakukan oleh orang jaman dahulu, orang Mesir, Yunani, Romawi, dan Maya/Aztec kepada dewa-dewa mereka, semuanya itu sia-sia. Karena ternyata tidak ada dewa matahari, dewa bulan, dewa bumi, dewa langit. Secara pribadi aku berkata semuanya itu merupakan kesia-siaan belaka. Sehingga kadang-kadang aku takut apa yang kupercaya sekarang juga suatu saat nanti hanyalah sebuah kesia-siaan juga.

Dengan semua keraguan ini, kenapa aku masih memiliki sedikit kepercayaan?

***

Dewa-dewa Mesir berbentuk manusia berkepala binatang atau binatang berkepala manusia, dewa-dewa Yunani merupakan kumpulan manusia istimewa dengan segala kisah cinta. Dewa-dewa Romawi terkenal dengan kemampuan peperangan, dewa-dewa bangsa lain memiliki segala macam ciri tersendiri juga. Hampir semuanya mencerminkan sifat manusia, ada yang baik, ada yang jahat, bahkan ada yang suka berselingkuh – sehingga ada seorang dewi digambarkan sebagai dewi tante girang.

Allah yang dikenalkan orang tuaku adalah Allah yang satu, tanpa bentuk seperti manusia, tanpa kepala binatang, bukan juga binatang berkepala manusia. Dan tidak ada patung-Nya untuk disembah. Allah yang sama yang oleh beberapa orang disembah dengan perantaraan sebuah patung, bahkan dua batang balok melintang seringkali melambangkan keberadaan Allah ini.

Jika para dewa meminta persembahan - orang jaman dahulu percaya persembahan ini akan mencegah bencana alam dan penyakit, maka Allah yang kukenal tidak meminta persembahan seperti ini. Walaupun demikian, ketika aku membaca Alkitab, ternyata Allah itu menuntut persembahan, manusia boleh memberikannya sebagai ucapan syukur atau karena dosa-dosanya.

Jika dewa-dewa terkenal sebagai dewa pemarah, maka Allah yang kukenal bahkan mengatakan kalau Ia sangat pemarah dan sangat pecemburu. Tetapi ketika aku makin mengenal-Nya aku melihat beberapa kali bangsa yang tegar tengkuk itu berpaling dari-Nya dan Ia selalu menolong mereka.

Ketika aku meragukan Tuhan, menurutku itu bukanlah hal yang aneh. Bangsa Israel yang melihat sendiri apa yang Allah lakukan kepada mereka, bangsa yang terkenal sangat keras kepala ini tetap berpaling ke dewa-dewa bangsa lain. Sebenarnya tidak beda seperti orang jaman sekarang pergi ke kuburan tua, ke dukun santet.

Mungkin ada sebuah penjelasan yang masuk akal, orang Israel maupun orang jaman sekarang melakukan tindakan sendiri karena merasa Allah mereka sedang beristirahat, atau cara yang dipakai oleh para dewa ini katanya lebih cepat dan manjur.

Lalu aku melihat hal lain lagi, mengikuti trend merupakan salah satu kebutuhan manusia. Ketika bangsa-bangsa lain mempunyai raja, bangsa tegar tengkuk inipun ingin mempunyai seorang raja, seorang manusia yang bisa memimpin mereka, seorang manusia yang bisa mereka lihat berkata, "Pergilah berperang untuk bangsa kita!".

Akhirnya raja demi raja berganti, segala peraturan yang dibuat-Nya dipadang gurun dilupakan. Allah yang kukenal ini hanya diam sampai seseorang menemukan gulungan kitab yang berisi segala peraturan-Nya. Seorang raja membacanya dan Allah ini hanya berkata, "Bukan pada jamanmu segala kutuk yang telah Kuucapkan akan terjadi."

Allah yang kukenal adalah Allah yang kata-kata-Nya bisa dipegang. Bahkan ancaman kutukanpun akan tetap dilaksanakan walaupun seorang raja merendahkan diri memohon pengampunan. Bangsa itu tetap dibuang-Nya, bahkan bangsa ini benar-benar dibantai, seperti yang telah dikatakan-Nya. Dan mereka tetap keras kepala.

Dan Allah ini tetap dengan peraturan-peraturan-Nya. Peraturan yang ditetapkan ketika bangsa yang dikasihi-Nya masih di padang gurun, Dan Ia tetap menuntut hukuman atas segala dosa.

Itulah Allah yang kukenal. Untuk masalah janji, Ia juga bisa dipercaya.

Ia telah bersumpah, seorang raja akan memiliki keturunan yang berkuasa selamanya. Aku tidak akan percaya kepada Allah ini, jika semua keturunan raja itu tidak ada. Dan saat ini sebenarnya aku bisa berkata itu adalah sebuah janji kosong, karena kerajaan raja itu sudah tidak ada. Lalu kenapa aku masih bisa percaya?

Ketika membaca Alkitab seperti membaca sebuah novel, bukan ketika sedang menjadi orang religius, aku hanya bisa berkata, Allah ini merupakan Allah yang konsisten, selalu memberi pengampunan ketika orang datang meminta pengampunan. Tetapi Ia tetap konsisten dengan hukuman atas dosa tersebut. Tidak seperti para dewa dalam cerita, dewa-dewa yang selalu asal hantam.

Mungkin inilah yang membuatku bisa mengerti kenapa harus ada Yesus. Hanya inilah yang membuat-Nya tetap menjadi Allah yang konsisten, tidak seperti dewa-dewa dalam cerita. Ia telah menuntut korban untuk penghapusan dosa, Ia berjanji seorang raja akan memiliki keturunan yang berkuasa selama-lamanya. Ia harus melakukan sesuatu untuk tetap menjadi Allah yang konsisten.

Itulah alasanku kenapa aku masih percaya, dalam segala keraguanku. Tetapi lebih sering aku ragu. Ragu apakah Ia benar-benar ada, karena aku tahu semua dewa-dewa dalam cerita ternyata tidak ada. Bahkan dalam hati aku berkata aku bisa hidup tanpa Tuhan. Aku pasti bisa berusaha sendiri.

***

Aku tidak tahu kenapa aku menulis ini semua, aku menulisnya dalam perjalanan ke Surabaya hari jum'at lalu, aku benar-benar bosan dengan perjalanan tersebut, lalu aku mengambil sebuah buku dan menulis dengan sebuah cakar ayam yang hampir tidak terbaca, apalagi bisnya bergoyang-goyang.

Ketika akan kembali ke Solo, adikku mengirim sebuah SMS mengatakan “Ayah kembali terserang stroke”. Aku harus membuat keputusan kembali ke Solo atau pulang. Tiba-tiba aku merasa aku tidak bisa melakukan apa-apa tanpa Tuhan, padahal kemarin aku menulis, “Aku bisa hidup tanpa Tuhan, aku pasti bisa berusaha sendiri.”

Sebenarnya masih banyak yang kutulis, maklum itu tulisan yang ditulis selama 6 jam perjalanan. Tetapi seseorang yang di sampingku saat ini sudah gelisah dan ingin kami segera pergi dari rental komputer ini sekaligus mencari makan.

Bin Nun's picture

Kiranya

Kiranya TUHAN ALLAH menyembuhkan ayahmu... peluk cium untuknya... aku juga akan tetap percaya Yesus adalah TUHAN walaupun banyak orang yang menyangsikannya...

BIG GBU!

Waskita's picture

Yesus lebih dari sejarah

Yesus lebih dari sejarah yang aku baca, lebih dari artikel-artikel apologetik yang aku simak. Yesus adalah pribadi yang menyentuh saya. Karena itu saya yakin dan percaya. Sebab Dia ada, Dia nyata dalam keseharian saya.

Karena itu silakan orang berbantah dan menyanggah dengan bukti-bukti mereka masing-masing. Tapi Yesus ada dalam kesaharian saya, itu cukup bagi saya, bahwa Yesus nyata.

__________________

kalau saya tida ada di rumah, cari saya di sini

Dedy Yanuar's picture

Percayalah

Kalau ayahmu sembuh, percayalah bahwa Yesus yang menyembuhkan ayahmu?

dan kalau ayahmu sudah sembuh.. kasih tahu kita ya..

GBU

hai hai's picture

Mbah Darwin, Nabi Evolusi

Pada awalnya itu hanyalah berupa sebuah kepercayaan sederhana. Kepercayaan kepada sebatang pohon besar atau sebongkah batu besar. Lalu muncul kepercayaan kepada roh kakek dan nenek yang sudah meninggal. Lalu kepercayaan itu berkembang sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Muncullah para dewa serta dewi yang luar biasa cantik.

Apa yang ditulis oleh anakpartisa ini disebut “Teori Evolusi Agama,” Teory Evolusinya mbah Darwin yang diamalkan pada agama. Evolusi agama berkembang seiring evolusi manusia. Agama berkembang dari bentuk paling sederhana lalu berkembang makin sempurna.

Mbah Darwin adalah seorang ilmuwan Kristen yang unik. Pada tahun 1859 dia menerbitkan sebuah buku dengan judul The Origin of the Species yang menjadi kitab sucinya para evolusionis. Pada tahun 1862, dia mengirim sepucuk surat kepada seorang profesor di Oxford University yang isinya kurang lebih begini, “Teori seleksi alam (natural selection) harus digugurkan seluruhnya karena saya sendiri tidak mempunyai bukti atau keyakinan untuk menaati teori tersebut.” Walaupun telah menyangkal namun hingga sekarang mbah Darwin tetap dipuja sebagai sang nabi evolusi.

Saya menentang para evolusionis termasuk evolusionis agama. Menurut saya, pada awalnya agama itu satu dan lengkap. Dari generasi ke generasi pemahaman tentang agama semakin berkurang bahkan sebagian malah bertentangan dengan ajaran mula-mula itu. Penyembahan pada sebatang pohon dan sebongkah batu itu bukan agama mula-mula, tetapi agama terakhir. Menurut saya, agama tidak mengalami evolusi, tetapi devolusi.

Bagi anda yang sedang mencari tulisan tentang Evolusi, maka saya jamin anda akan menyesal setengah mati karena baru sekarang membaca tulisan beliau.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak