Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ada dusta di antara kita

Purnomo's picture

Dokumen-dokumen yang diperlihatkan kepada saya membuktikan kedua tamu wanita paroh baya dengan wajah penuh senyum itu betul-betul utusan YLSA. Terakhir mereka menyodorkan selembar kertas yang membuat saya terperangah. Di situ tercetak PM Inbox tertanggal 27-9-2008 yang sudah lama saya hapus. “Pengelola SS semua 1 aliran dgn Anda, suka intrik, dan suka kerdil, alergi hidup dlm ROH & kebenaran, walaupun aktif dan sibuk di greja.” Ternyata inbox yang saya hapus hanya berpindah ke Recycle Bin server Sabdaspace. Apakah dengan adanya semua dokumen ini saya masih harus mencurigai mereka?

 
          Mereka ditugaskan untuk membuat daftar kwalifikasi para penulis situs Sabda Space. Penulis yang ada di kwalifikasi prima akan dikelompokkan dalam situs baru Sabda Premium Space yang akan diluncurkan tahun depan pada hari ulang tahun YLSA. Dari setiap penulis prima akan diambil 40 blognya yang disatukan dalam sebuah buku dan diterbitkan pada hari yang sama. Selain royaliti sebesar 20% dari setiap buku yang terjual, pada hari perayaan itu penulisnya menerima uang penghargaan sebesar 4 juta rupiah. Tunai!
 
          “Bagaimana? Tertarik untuk menjalani tes kwalifikasi? Tidak ada paksaan, juga tidak ada pungutan biaya. Kami hanya menawarkan sebagai penghargaan kiprah Saudara selama ini Sabda Space.”
 
          “Apodion?” jawab saya dalam bahasa gaul lokal.
          Mereka mengangguk mengerti. Seorang dari mereka mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya dan menyodorkan sebuah topi aluminium meminta saya mengenakannya. “Ini alat pengukur gelombang otak untuk mendeteksi tingkat iman Saudara. Seorang penulis prima untuk situs baru itu harus prima juga tingkat imannya karena Yayasan tidak ingin apa yang ditulisnya berasal dari ide orang lain. Kami memegang prinsip jangan katakan siapa Yesus menurut orang lain tetapi katakanlah siapa Yesus menurut Anda sendiri.”
 
          Saya memang gaptek sehingga tidak menyadari kemajuan teknologi yang begitu pesat. Keterbelakangan saya ini juga membuat saya tidak mengacuhkan cerita seorang teman yang bekerja di PLN tentang adanya rencana pembongkaran jaringan listrik secara bertahap karena teknologi penjualan listrik dalam tabung-tabung seukuran tabung gas elpiji 12 kg telah ditemukan. Dengan adanya tabung listrik ini maka rumah terpencil di pucuk gunung bisa menikmati listrik. Pencurian listrik juga ditiadakan. Usaha bunuh diri dengan memanfaatkan tower listrik bisa dipindahkan ke dalam rumah dengan memeluk tabung listrik itu sehingga tidak merepotkan banyak orang untuk menontonnya. Dan polusi udara kota bisa dikurangi karena listrik tabung ini bisa dipergunakan menjalankan mobil.
 
          “Santai saja,” kata ibu yang satu sambil memutar beberapa tuas di topi itu sehingga topi itu mencengkeram kepala saya. “Peralatan ini dijalankan dengan baterai sehingga tidak akan menimbulkan kejutan listrik. Alat buatan Amerika ini sudah lolos pengujian klinis. Topi itu tidak mengirim signal listrik ke dalam otak, tetapi hanya merekam gelombang otak yang terpancar keluar. Okey, sudah selesai.”
 
          Bukan main! Begitu cepat prosesnya dan saya tidak merasakan apa-apa. Ibu yang duduk di depan saya menyodorkan kotak kecil itu sehingga saya bisa melihat angka digital yang tertayang di layarnya.
 
          “Angka minimum untuk penulis prima adalah 75. Tidak perlu berkecil hati dengan angka 68 ini. Masih ada waktu bagi Saudara untuk memperbaikinya dalam pengujian ulang. Kami sangat mengharapkan Saudara bulan depan mau datang ke Rumah Turi Solo untuk menjalaninya. Bila Saudara lulus, semua biaya akomodasi dan tranportasi bisa dibebankan kepada Yayasan,” katanya sambil menulis tanggalnya di balik sebuah kartu nama dan kemudian diberikan kepada saya.
 
          Begitu mereka meninggalkan rumah saya, segera saya membuka komputer. Saya ingat pernah membaca sebuah artikel tentang pengukuran iman melalui pemindaian gelombang otak dan artikel itu saya simpan. Saya menjalankan program Google Desktop. Eureka!

Ilmuwan atheis pun berubah

         itulah judul kesaksian yang saya kopi dari http://www.dianweb.org/Kesaksian/atheis.htm dan telah dikutip oleh website gereja besar “GKPB.Net”. Sebuah kesaksian yang diambil dari "Kitab Ajaib" oleh dr. Kathleen H L Kuntaraf MPH & Jonathan Kuntaraf D. Min. hal 75-78. Saya salinkan sebagian artikel itu.
 
       Alkitab dapat mengubah hidup manusia, seperti yang disaksikan di bawah ini oleh seorang bernama Dr. N. Jerome Stowell, seorang pakar dan ilmuwan nuklir, yang sampai sekarang ini selalu memberikan kesaksiannya kepada ribuan orang di California Selatan.
 
        Dalam pembicaraan radionya baru-baru ini, beliau mengatakan bahwa: Di dalam jaringan syaraf otak kita, terdapat tempat emosi kita. Dengan alat yang sangat peka yang telah kami rancang, kita dapat mengukur panjang gelombang otak. Baru-baru ini kami mengadakan pemeriksaan otak seorang wanita yang akan mati. Dia senantiasa berdoa, dan yang kami peroleh tentang dirinya ialah bahwa pada saat ia lebih dekat kepada Tuhan, maka jarum penunjuk menunjukkan angka 500 positif.
 
         Pada rumah sakit yang sama saya mengukur gelombang otak seorang yang mengutuk Tuhan, ternyata saya dapatkan jarum menunjukkan angka 500 negatif. Ini adalah dua ekstrem yang telah diindikasikan oleh alat tersebut.
 
         Kita sekarang ini ada dalam batas penemuan rohani. Tidak seorang pun yang dapat mengukur dalamnya tarikan seseorang Kristen apabila ia berada dalam hubungan dengan Tuhan.  Ini adalah sesuatu yang nyata . . .
 
       Selanjutnya diceritakan seorang diantara peneliti-peneliti ini yang semula atheis berbalik percaya kepada Tuhan karena,"Jikalau kami sebagai ilmuwan dapat mencatat semua ini, kami percaya dengan sepenuh hati bahwa Tuhan dapat pula mencatat semua yang terjadi di dalam pikiran kita. Ia mempunyai lebih banyak kuasa daripada kita, dan dapat mencatat jauh lebih teliti daripada pencatat catatan apa pun yang ada di dunia ini.”
 
Jelas sudah bahwa alat ini bisa dimanipulasi. Satu minggu sebelum pengujian ulang saya akan mengambil cuti kerja agar bisa melakukan doa puasa, berderma kepada anak-anak jalanan, setiap malam menyanyikan lagu-lagu rohani dan menghadiri persekutuan doa setiap subuh di gereja saya. Saya harus berangkat ke Solo dengan hati gembira. Saya akan membawa lumpia satu besek untuk Ibu Yulia. Sebentar, masih ada satu Ibu Yulia lagi di Rumah Turi. Saya sekali-sekali tidak bermaksud menyuap. Tetapi senyum mereka ketika menerima bingkisan ini bisa menyukakan hati saya sehingga menaikkan nilai iman saya. Ah tidak. Saya harus membawa 3 besek karena masih ada Yulia lain yang luas wawasannya seperti Matahari van Java. Saya ingin tahu apakah dia yang memberikan alamat rumah saya kepada YLSA. Saya juga ingin tahu siapa saja yang sudah lulus pengujian itu. Khusus besek ini saya tambahi dengan wingko babat .
 
Tanggal pengujian ulang saya tandai di kalender dinding dengan supidol merah agar saya tak lupa. Tanggal 20-12-2012.

Kebaktian tanpa kesaksian.

         “Gerejamu tidak punya Roh Kudus,” begitulah komentar teman-teman tentang gereja saya. “Mau tahu buktinya? Tidak ada mukjizat yang diterima jemaatnya.”
         “Kamu salah. Jemaat gerejaku banyak yang menerima mukjizat dari Tuhan Yesus.”
         “Lalu mengapa mereka tidak memberikan kesaksian dalam kebaktian?”
         “Bersaksi dalam PD atau PA boleh kok. Tapi di kebaktian Minggu belum boleh.”
         “Biar majelismu bisa menyembunyikan kenyataan tidak adanya mukjizat yang terjadi?”
 
         Entah mengapa selama merantau dari kota ke kota dalam mencari nafkah, saya kebetulan tidak pernah berjemaat di gereja yang mengijinkan jemaatnya bersaksi dalam kebaktian Minggu. Dari gereja kecil yang hanya berjemaat 150 orang sampai gereja besar dengan 6.000 anggota, dalam 4 denominasi gereja yang berbeda, saya mendapat ketentuan yang sama.
 
         Di Palembang ketika ejekan teman ini saya teruskan kepada pendeta, beliau berkata: “Kesaksian jauh lebih baik tidak diucapkan, tetapi diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang yang mengalami mukjizat Tuhan pasti terdorong untuk mengucapkan rasa syukurnya. Bila ia bersaksi dalam bentuk bercerita, saya kuatir ia merasa sudah “melunasi” rasa syukurnya.”
 
         Tetapi dua tahun kemudian, dalam sebuah kebaktian Minggu beliau mengijinkan seorang ibu maju ke depan mimbar untuk menceritakan kesaksiannya. Ibu ini pedagang besar yang sukses, kaya raya. Anak lakinya mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga luka teramat parah. Tuhan memberi mukjizat sehingga anaknya sembuh. Ia memanggil anaknya yang masih memakai tongkat dan satu kakinya digip untuk berdiri di sebelahnya. Ia meminta jemaat mau tetap membawa anaknya dalam doa pribadi di rumah.
 
         “Mengapa sekarang jemaat boleh bersaksi di depan mimbar?” tanya saya kepada beliau seusai kebaktian.
         “Jawab dulu pertanyaan saya,” katanya. “Kira-kira jemaat kita mendapatkan berkat dari kesaksian ibu itu atau tidak?”
 
        Bagi saya, kesaksian itu adalah yang terindah dari kesaksian-kesaksian yang pernah saya dengar. Orang sakit parah sembuh dengan cara ajaib, itu sudah sering saya dengar. Tetapi ibu ini lebih menekankan kepada ketidak-berdayaannya, kelemahan imannya, harapannya kepada doa-doa yang dinaikkan oleh saudara-saudara seimannya. Kerendahan hatinya terasa dalam setiap kalimat yang diucapkannya. Ia lebih banyak menundukkan kepala, padahal ia kaya raya. Suaranya nyaris tak terdengar ketika ia mengucapkan terima kasih kepada jemaat atas doa mereka, yang ia yakini telah menggerakkan tangan Tuhan berkarya bagi puteranya.  

Bersaksi hukumnya wajib

        Lelaki tua ini berumur 73 tahun, menerima Yesus 20 tahun yang lalu, dan kabar-kabarnya tidak mau lagi ke persekutuan lansia, bahkan ke gereja, karena tidak suka kepada pengurus lansia yang selalu berkata “Kalau bersaksi, yang ringkas dan padat saja, tidak perlu ngalor-ngidul.”
 
        Ketika ini saya tanyakan kepadanya, ia menjelaskan dengan berapi-api. “Janganlah orang biasa dibandingkan dengan orang-orang top gereja yang sudah biasa berpidato, bisa ringkas dan padat. Kami ini orang biasa, yang tidak biasa bicara di depan orang banyak, pasti ah eh oh ah eh oh dulu. Untuk maju ke depan saja harus didorong-dorong teman-temannya. Tetapi orang Kristen harus bersaksi. Harus! Kamu baca Alkitab, setiap mukjizat yang diterima harus diceritakan kepada orang lain, karena Tuhan Yesus memberi kita mukjizat supaya Nama-Nya dipermuliakan oleh banyak orang. Bagaimana orang lain bisa tahu Yesus kita luar biasa, kalau orang Kristen tidak pernah bersaksi? Tuhan Yesus akan menyetop berkat-Nya kalau orang tidak mau lagi bersaksi ! Benar tidak?”
 
       Saya yakin prinsip kakek ini disetujui 100% oleh pengurus persekutuan lansia. Tetapi yang memusingkan mereka adalah bukan apa kesaksian mereka, tetapi mengapa mereka bersaksi. Bila satu dua orang bersaksi dan hadirin bertepuk tangan, maka mendadak saja banyak telunjuk teracung minta waktu bersaksi. Karena tidak mau kalah “seru” ada yang ditambahi nyanyi sampai 2 lagu. Ada yang sempat-sempatnya mengomentari kotbah yang baru diberikan. Ada yang tersamar atau berterang menyerang orang lain. Mereka tidak mau kalah dengan yang lain dalam jumlah berkat yang didapat dari Tuhan Yesus. Mereka ingin dilihat lebih rohani daripada yang lain, terlihat lebih dicintai oleh Tuhan Yesus.
 
       Penyimpangan tujuan kesaksian jika mau disimaki, ternyata bisa terjadi di kelompok umur yang lebih muda dan di kelompok sosial yang lebih tinggi. Tentunya dalam bentuk yang lebih canggih. Bila lansia bersaksi tentang “naik sepur bersama Gusti Yesus”, mereka yang berpendidikan tinggi bersaksi tentang “Heaven Tour guided by JC”.

Terbang tinggi dalam bersaksi

      Pekerjaan sering mengharuskan saya berbicara di depan 150-an orang untuk memberi pelatihan atau memaparkan ide saya. Gemetar? Ya, bila saya tidak berhasil mendapat perhatian dari mereka yang hadir. Tetapi bila perhatian dan minat mereka telah saya kuasai, saya merasa jadi orang nomor satu di tempat itu. Rangkaian kata begitu saja meluncur dari mulut. Body language dan stage performance muncul secara otomatis. Saat berada di puncak gunung inilah seorang pembicara publik mudah kehilangan kontrol diri, begitu pesan seorang pelatih dalam kursus Training for the Trainer.
 
       Karena itu perusahaan secara khusus memberi tugas rekan-rekan si pembicara untuk memantau acara ini. Selesai saya “berkotbah” mereka menemui saya dan membacakan catatannya. “Joke kamu bagus sekali. Tetapi dimana nyangkutnya dengan topik pembicaraanmu?” Atau “Aku mendengar nada marah dalam suaramu ketika ada yang mempertanyakan tingkat akurasi data-data yang mendasari perkiraan penjualan di daerah tugasmu 5 tahun mendatang. Apa kamu tidak membawa catatan perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi? Atau, ‘aji pengawuran’mu kumat lagi?” Saya tidak berani mengabaikan masukan ini, karena catatan ini kemudian dikirim ke bagian Personalia. Jika saya tidak memperbaiki kelemahan ini, pada penilaian prestasi tahunan saya akan mendapat nilai merah di bagian influencing people.
 
       Bahaya yang mengancam seorang pembicara rohani jauh lebih besar daripada pembicara bisnis. Kalau saya hanya bisa sampai di puncak gunung, mereka berada jauh lebih tinggi, melayang tinggi di angkasa. Saya masih punya teman-teman yang mendampingi saya, bahkan mengoreksi bila saya melakukan kesalahan, karena saya masih di bumi. Tetapi seorang yang terbang tinggi di angkasa tidak mempunyai teman di sampingnya. Kesaksian rohani adalah sebuah pengalaman yang pribadi sifatnya. Bahkan untuk hal yang spetakuler, amat sangat pribadi, di mana tidak ada orang lain yang ikut menyaksikan kejadian itu. Dalam kasus-kasus terakhir inilah tingkat akurasi pengalaman itu bisa membuat orang bingung. Ini kejadian sungguhan, atau kayalan, atau FcF (Fakta campur Fiksi)? Pertanyaan ini tidak akan pernah terjawab, karena tidak ada yang berani bertanya takut dituduh Parisi moderen, orang yang hafal isi Alkitab tetapi menolak “wahyu baru” dari Tuhan Yesus yang tidak ada di Alkitab.

Wisata rohani ke surga

       Seorang puteri pendeta top bersaksi dalam sebuah kebaktian akbar. Ia diajak jalan-jalan ke surga oleh Tuhan Yesus. Di sana ia bertemu dengan beberapa orang yang tidak sempurna tubuhnya. Ada yang punya lubang di keningnya, ada yang buntung tangannya. Ketika ia bertanya kepada Yesus mengapa mereka mempunyai cacat tubuh padahal Alkitab mengatakan kita akan menerima tubuh baru saat masuk surga, Yesus menjawab begini. “Bila di dunia kamu punya luka karena kesalahanmu, di surga luka itu menghilang. Tetapi jika luka itu disebabkan karena Nama-Ku, misalnya kamu ditembak mati ketika sedang menginjili, atau dianiaya karena menolak mengingkari imanmu, luka itu akan tetap dibawa ke surga agar semua penghuni surga mengetahui apa yang telah kamu kerjakan di dunia demi Nama-Ku.”
 
        Jadi, pendeta yang pincang kaki gara-gara terpeleset waktu naik ke mimbar, jangan berharap pincangnya akan hilang waktu di surga. Karena itu bersegeralah ke rumah sakit untuk memperbaikinya, mumpung belum emiritat. Bila tidak percaya, minta Tuhan Yesus mengajak Anda jalan-jalan ke surga. Jika anak pendeta saja diajak-Nya, masa Anda yang pendeta tidak diajak? Kecuali, Anda banyak berdosa dalam kerja pelayanan. Itu kata mereka lho.
 
          Seorang pendeta dari kotaku diundang memimpin KKR di sebuah kota di Australia. Dalam kotbahnya ia bersaksi begini (yang tidak pernah ia ceritakan dalam ibadah di gereja asalnya). Ia diajak jalan-jalan Tuhan Yesus ke surga (Kok rasanya saat itu surga itu seperti obyek tujuan wisata ya). Ia melihat rumah-rumah di sana tidak seragam bentuk dan lokasinya. Ada yang besar ada yang kecil. Ada yang di tanah rendah ada yang di atas bukit. Ia protes kepada Yesus. Lalu Yesus memberikan penjelasan. Setiap bentuk dan lokasi rumah itu tergantung dari apa yang dilakukan penghuninya sewaktu masih hidup di dunia. Yang rumahnya kecil dan di tanah rendah adalah milik orang-orang yang pelit memberi persembahan. Yang besar dan di bukit, yang fengsui-nya bagus adalah milik pendeta dan jemaat yang gemar memberi persembahan. Oleh karena itu, tahu sendirilah.
 
          Apakah ia berbohong dalam bersaksi? Perjanjian Baru hanya mencatat 2 orang yang pernah ke surga. Yohanes ketika menerima wahyu di Pulau Patmos dan Paulus yang hanya bercerita “Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga” (2 Korintus 12:2).Begitu singkat, bahkan ia tidak berterus terang mengatakan “Orang itu saya lho.” Karena ia tidak bercerita apa-apa, saya juga belum pernah tur ke surga, mana berani saya mengatakan para wisatawan surga itu mengada-ada. Yang saya tahu Yesus hanya bilang “di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat, dan satu di antaranya Aku sediakan untukmu.” Jangan kata rumah model kondominium atau real estate, rumah tipe RSSSS saja saya sudah bahagiaaaaa sekali. Saya ini apa kok berani mengharap lebih. Pendeta bukan, jadi aktivis pun tanggung. Kalau memang ada sedikit bonus, paling saya hanya berani minta seperangkat komputer pakai modem agar bisa meneruskan online dengan para penulis Sabda Space.
 
Wisata ke surga itu dulu. Sekarang trendnya sudah pindah ke galaksi. Setelah ini apa lagi?
         Semoga tidak ada yang menanggapi pertanyaan di atas dengan menulis sebuah kesaksian seperti ini. “Tadi malam ketika cari teman chatting di internet, saya ter-connect dengan engkong saya yang sudah meninggal 25 tahun yang lalu. Ia cerita bahagia sekali di surga. Motor bebek 70 cc kesayangannya yang dulu dijual untuk nomboki dana pembangunan gereja, diganti Tuhan Yesus di sorga dengan motor gede Harley Davidson yang engine power-nya seperti Mercedes seri terakhir. Sekarang ia tiap hari ngebut di jalan-jalan tol kerajaan sorga.” Ya, siapa tahu tahun depan ketika orang mulai bosan mendengar kisah perjalanan wisata ke galaksi blusukan black hole menyiasati dimensi waktu, orang mulai bersaksi mendapat kontak dari almarhum buyutnya di pisbuk.
 
          Ketika semua mata tertuju kepadanya, ketika gemuruh tepuk tangan diberikan, seorang pembawa kesaksian melambung tinggi ke angkasa sehingga lupa untuk apa ia bersaksi. Ia memuliakan namanya sendiri, bukan Nama Allah lagi. Ia menepuk dada karena berhasil meng”kleim” janji Allah, seolah-olah ia telah setia membayar premi (baca: hidup kudus) setiap hari sehingga berhak menuntut (tidak lagi memohon) sesuatu dari Allah. Pada saat itulah ia tergelincir. Ia kemudian menambah-nambahi kesaksiannya dengan hal-hal yang patut diragukan apakah benar-benar telah dialaminya. Ia tidak memalsukan fakta, hanya menggelembungkannya, untuk mendapat efek dramatis yang akhirnya membuat ia melakukan mark-up seperti reality show di televisi saat ini.
 
          Para pendengar berdecak kagum dan berpikir “betapa rohaninya engkau, engkau memang patut menjadi pembimbing rohani kami.” Sementara beberapa orang menangis tanpa suara sambil mengeluh dalam hati, “Tuhan, apakah dosaku sehingga satu kali pun mukjizat belum pernah Kau berikan kepada hamba ini?”
 
         Sambil mewaspadai dusta sewaku mendengar kesaksian orang lain, marilah kita berusaha tidak mencuri kemuliaan Allah sewaktu kita sendiri bersaksi. Sampaikanlah berita itu dengan rendah hati agar Nama Allah ditinggikan, dan para pendengar kita dikuatkan imannya. Jika kita merasa tidak akan sanggup menahan godaan bersombong diri, lebih baik meniru Paulus yang memberikan kesaksian seolah-olah itu terjadi pada orang lain.

 

 

dennis santoso a.k.a nis's picture

adegan porno

segaaaarrrrr..... :-)

*babi pink menyembul dari air kubangan sambil menggoyang2kan pantatnya*

king heart's picture

Siap siap dituntut !!

Pak Purnomo,

Para pengusaha travel, jelas akan menuntut para penganjur wisata rohani ke surga, gimana tidak, dari segi biaya sudah beda sedikitnya US$1000, dari segi waktu beda berhari hari karena ke surga bisa disambi tidur, ke surga jelas ketemu Yesus sendiri langsung kalau ke holly land boro boro, paling banter dicium onta, gak perlu basah basahan baptis lagi di sungai Yordan yang kotor

Ngomong ngomong target angkanya berapa ?

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Purnomo's picture

King heart, jangan membuat saya takut

Biasanya yang paling ingin wisata ke sorga adalah mereka yang secara financial tidak mampu ke Holy Land. Jadi para pendeta yang mengkordinir acara Holy Land tidak perlu kuatir berkurang penghasilannya.

Dalam sebuah KKR, keponakan perempuan saya yang baru SMA memenuhi altar call, mendapat tumpangan dan rebah ke belakang. Dia sadar paling akhir. Lalu ia cerita pergi ke gerbang sorga bertemu Tuhan Yesus. Yesus memberinya dua buah kotak. Ketika dibuka, yang satu berisi anak anjing dan yang lain berbagai perhiasan.

Saya bilang kepada adik saya, "Agar anakmu tidak piknik ke sorga dan tidak balik lagi, belikan dia anak anjing. Ajak dia ke pasar untuk beli perhiasan imitasi" Setelah adik saya menuruti anjuran saya, anaknya tidak lagi piknik ke sorga.

Btw, mudah-mudahan saya tidak tergoda menyambung artikel ini dengan "dusta di antara kaum awam" gara-gara respon Anda ini.

Thx untuk komennya.

Salam.

iik j's picture

@Purnomo, heaven is so real

Jadi ingat artikel kiriman Pak Petrus Wijayanto di FB.. tentang SORGA TERBUKA, lalu buku HEAVEN IS SO REAL, lagi dicari banyak orang tuh pak.. ditawarin versi PDF  pula..

sedikit copas artikel kiriman Pak Petrus tersebut sebagai berikut...

sambil mengingat-ingat isi buku SURGA ITU NYATA, yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu, ada beberapa yang mirip atau bahkan sama. Antara lain bahwa di surga itu banyak emas dan permata. Rumah-rumah dan perabotan terbuat dari emas dan permata. Ada buah-buahan yang rasanya enak, yang selalu tersedia dipohon, sekalipun sudah dipetik. Ada rumah berukuran besar dan berukuran kecil. Di buku SURGA ITU NYATA, saya ingat ditulis bahwa di sorga ada semacam mobil sport (hm.. waktu saya dulu membaca itu, langsung pikiran bertanya, “dimana pabriknya?”), sedang di buku SORGA TERBUKA, ditulis bahwa surga itu sangat luas, tetapi kemanapun orang akan pergi, dalam sekejap akan sampai ketempat yang diinginkan itu.

Salah satu yang menjadi tanda tanya saya, kalau tidak salah juga di buku SURGA ITU NYATA, di SORGA TERBUKA ditulis bahwa tiap-tiap orang punya rumah sendiri-sendiri, makin baik seseorang, rumahnya makin besar, halamannya makin luas. Saya tidak dapat membayangkan, jika setiap orang memiliki satu rumah sendiri-sendiri, lantas bagaimana “kehidupan sosial” di surga, karena tidak ada ‘keluarga’ yang tinggal serumah.

Jelas sekali bahwa ‘kehidupan’ surga yang digambarkan dalam buku SORGA TERBUKA dan SURGA ITU NYATA, sangat jauh berbeda dengan yang digambarkan dalam beberapa tulisan tentang surga yang lainnya. Ada yang menggambarkan bahwa di dalam surga seorang laki-laki akan memiliki kekuatan seksual 100x lipat dari biasanya, dan mendapatkan 72 bidadari yang selalu perawan. Hm...seperti surga dunia ya..?!

he he he he.. entahlah... semakin ngeri saja.. seram ngelihat dusta yang makin banyak neh... makin gila ajaaa.... apalagi ditambah catatan kaki oleh seorang yang sangat terkenal di kota kita... heeemmm.... piye to ki??

passion for Christ, compassion for the lost

pwijayanto's picture

SORGA TERBUKA

selengkapnya tulisan saya ada di

SORGA TERBUKA

 

=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)

__________________

=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)

joli's picture

@Purnomo .. jadi ingat... terbitkan buku

Purnomo : Mereka ditugaskan untuk membuat daftar kwalifikasi para penulis situs Sabda Space. Penulis yang ada di kwalifikasi prima akan dikelompokkan dalam situs baru Sabda Premium Space yang akan diluncurkan tahun depan pada hari ulang tahun YLSA. Dari setiap penulis prima akan diambil 40 blognya yang disatukan dalam sebuah buku dan diterbitkan pada hari yang sama. Selain royaliti sebesar 20% dari setiap buku yang terjual, pada hari perayaan itu penulisnya menerima uang penghargaan sebesar 4 juta rupiah. Tunai!

Jadi teringat jaman dahulu kala.. (walah.. baru tahun lalu) eh bulan Agustus lalu ketika kopdar SabdaSpace dalam angka ultah kedua, pernah bercita-cita mau menerbitkan buku yang berisi tulisan-tulisan para pedagang pasar Klewer..

Piye bila usulan hasil kopdar tahun lalu dan usulan Purnomo untuk menyatukan beberapa blog jadi buku untuk si terbitkan ? Ayuukk buat daftar kwalifikasinya, .. hal royalti dan penghargaan sebesar Rp 4 jt rupiah tunai, bisa di ganti tour ke Sorga..  piye? bagaimana?

KEN's picture

@Purnomo

Seorang wanita muda, dia seorang kaya, kaya karna harta warisan yang ia dapatkan daripada ayahnya, sebelum ayahnya meninggal. Dia begitu lemah lembut, menyapa setiap jemaat dengan penuh dengan kelemah lembutan dan senyumannya yang khas, suaranya lembut, seorang wanita muda yang sangat jarang sekali bicara dan bergaul dengan banyak orang, menyapa setiap jemaat hanya dengan kalimat "apa kabar?" setelah itu diam dan pergi duduk di antara deretan bangku gereja dengan senyumannya yang khas.

Ketika sang wanita muda berpacaran, uang sang pacar dikuras hingga hampir ludes, dan pergi meninggalkan sang pacar. Tulisan ini dengan maksud menyinggung kutipan ini:

Bagi saya, kesaksian itu adalah yang terindah dari kesaksian-kesaksian yang pernah saya dengar. Orang sakit parah sembuh dengan cara ajaib, itu sudah sering saya dengar. Tetapi ibu ini lebih menekankan kepada ketidak-berdayaannya, kelemahan imannya, harapannya kepada doa-doa yang dinaikkan oleh saudara-saudara seimannya. Kerendahan hatinya terasa dalam setiap kalimat yang diucapkannya. Ia lebih banyak menundukkan kepala, padahal ia kaya raya. Suaranya nyaris tak terdengar ketika ia mengucapkan terima kasih kepada jemaat atas doa mereka, yang ia yakini telah menggerakkan tangan Tuhan berkarya bagi puteranya.

Seandainya ibu ini nyata dalam kehidupan anda, maka maafkanlah saya, mungkin ibu ini memang benar kenyataannya demikian atas penilaian anda, maka demikianlah ia. Yang saya maksudkan adalah ada sebagian orang, seperti yang saya singgung di atas.

 

Purnomo's picture

KEN, Ibu itu ada

KEN, tidak perlu minta maaf karena jangankan dalam bentuk tulisan, dalam bentuk komunikasi lisan lawan bicara saya sering salah tangkap. Jika saya serius, mereka mengira saya bercanda. Dan sebaliknya.

Artikel di atas merajut canda dan serius jadi satu sehingga bisa kabur mana yang fikti mana yang fakta.

Ibu itu was real. Suaminya dealer otomotif. Kesaksian itu saya dengar di sebuah gereja di Palembang di mana Yusuf Roni menerima baptisan. Sebatas ini saja hint yang bisa saya berikan. Saya senang bila puteranya membaca artikel ini mau ikutan menyumbangkan kesaksiannya.

Seperti frasa yang pernah saya tulis dalam serial Cinta Pertama "Tidak semua laki-laki" di sini juga saya ingatkan seperti yang saya tulis dalam serial Sekolah Gratis "Tidak semua orang kaya . . . . . "

Salam.

QUEST's picture

Surga itu nyata

Saya percaya surga itu nyata karena Alkitab mengatakannya tapi saya tidak terlalu percaya surga itu seperti yang digambarkan oleh buku-buku kesaksian dan cerita-cerita kesaksian orang-orang yang darmawisata ke sorga apalagi yang bolak-balik seperti pesawat ulang-alik.  Mungkin karena saya belum pernah ke sorga jadi ga punya pengalaman.

Dari berbagai kesaksian-kesaksian mereka ada perbedaan keadaan tentang  sorga mungkin yang satu ke daerah utara yang lain ke selatan, barat atau timur.

Terima kasih untuk artikelnya, memang ketika berada di angkasa kesaksian cenderung kita ingin lebih membantu Tuhan dimuliakan lewat khayalan dan cerita tambahan..

Siapa yang berani menyanggah kesaksian dan ajarannya lha yang ngajarin dan milih dai aja langsung Tuhan Yesus berhadapan muka dengan muka seperti Abraham dan Musa.

__________________

shssw

Evylia Hardy's picture

Sekarang saya 'ngeh', Pak Pur

Dada saya seperti ditonjok. Sebelum adanya tulisan ini, saya sebatas berkerut kening tiga-empat kali selama 15 minggu 2 hari di sini. Saya baru 'ngeh' setelah membaca beberapa paragraf awal tulisan Anda. Sekarang saya mengerti mengapa Pak Pur lebih suka berkomunikasi via email daripada pm. Terima kasih atas tulisan Pak Pur.

eha

__________________

eha

Anak El-Shadday's picture

hmmmm

agak susah maos tulisanipun pak purnomo.. tapi bagus ya...

jalan ke surga??? mau dong hehehehe

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

joli's picture

@Purnomo.. masih ada dendam

Purnomo : Saya harus berangkat ke Solo dengan hati gembira.

Halo Purnomo.. apakah tulisan diatas berarti mau ikutan daftar kopdarnas?? Tidak sungkan-kah dikau bertemu Joli.. ?? he.. he.. masih ada dendam loh akibat penolakan lamaran di masa lalu.. kayak-nya se-besek lunpia, dan wingko babat belum mempan untuk menghapusnya.. kecuali di tambah bandeng cabut duri.. baru OK..

Purnomo's picture

@Joli, dendam-tak-sudah

Purnomo : Saya harus berangkat ke Solo dengan hati gembira.

Joli: Halo Purnomo.. apakah tulisan diatas berarti mau ikutan daftar kopdarnas??

    Joli, jangan kuatir, kita akan menuntaskan dendam-tak-sudah pada tanggalnya. ‘Kan saya sudah bilang kalender saya sudah ditandai dengan supidol merah pada tanggal 20-12-2012. Ditambah bandeng cabut daging oke saja.

 

     Saya tidak berani daftar kopdarnas karena kesibukan saya meningkat pada hari libur. Tetapi biar dianggap ikut memiliki SS saya mau sharing pengalaman di bawah ini yang mungkin bisa jadi rujukan waktu membicarakan buku kumpulan blog SS.

 

     Blog tentang Ilusi Negara Islam membuat saya mengunduh buku itu. Dari file PDF saya mengkonversi ke format Word. Hasilnya ada beberapa kata yang tidak saya mengerti. Memperbandingkan dengan format PDF-nya ternyata pengalihan itu merubah beberapa kata, misalnya “ini” menjadi “MI”, “ia” menjadi “is”. Setelah membetulkannya, saya memerlukan 79 lembar F4 format 2 kolom untuk mencetaknya tanpa bibliography. Biaya membundelnya dengan mika bening di depan, kertas manila di belakang, bundel lakband, biayanya Rp.12.770,-  

 

     Selesai dengan buku ini saya tergoda untuk membuat bundel blog saya. Saya menyatukan serial “Memberi Itu Tidak Gampang” ditambah “Melayani Sambil Mengutil” dan “Pantaskah menerima uang dalam pelayanan” dengan covernya ternyata butuh 40 lembar A4. Bundel ini saya beri judul “All About Money” dan biaya fotocopy plus penjilidannya berbiaya Rp.7.300,-

 

     Proses memilihan blog tidak sulit karena semuanya adalah milik saya. Saya juga bisa merevisinya kembali, mengurangi atau menambahinya dengan beberapa kalimat mengingat target pembaca bundel ini. Tentu proses ini tidak mudah bila SS menerbitkan “bundel” yang isinya berasal dari beberapa blogger karena saya bisa sakit hati bila tidak disertakan.

 

     Kemudian kita akan menemui kesulitan berikutnya, yaitu kumpulan komen yang mengikutinya. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh sebuah komen untuk bisa disertakan dalam blog itu? Komen ada yang hanya numpang nampang, sekedar menunjukkan “saya ikut baca blog kamu”, langsung menulis impromptu sebelum membaca tuntas, mengulas sesuatu di luar topik blog. Tapi ada yang positip: bertanya sesuatu yang oleh blog itu memang belum diuraikan dengan jelas, memberi masukan sehingga melengkapi blog itu. Saya beruntung dalam kumpulan blog dalam “All About Money” komen positip ini jauh lebih banyak. Terutama yang datang dari Joli.

 

     Selesai “memproduksi” 17 bundel “All About Money” saya jadi was-was karena bundel itu berisi kerikil tajam yang pasti membuat pembacanya mendelik. Karena itu cepat-cepat saya membuat bundel ke-2 yang bersifat “dingin” di bawah judul “All About Love”. Blog pembuka adalah puisi “Bunga Buat Beta” untuk menunjukkan ada masalah dalam perkawinan yang harus dihadapi gereja. Kemudian berlerot serial “Cinta Pertama”. Lalu topik mulai digeser dengan menampilkan puisi “Uria, Uria” yang diikuti oleh “Berapa banyak pacar Yesus?”, “Loyality Levels” dan “Cinta tanpa kebersamaan”. Saya sebetulnya ingin mengikutkan “Stupid Cupid”-nya Eha. Tetapi sudah pukul 23.00 sehingga saya sungkan mengkontaknya. Pukul 24.05 tanggal 30-Juni hasil print-out sebanyak 36 lembar A4 saya bawa ke warung fotokopi 24 jam untuk dibuat 17 bundel. Pk.01.00 tanggal 01-Juli saya ambil dan per bundel biayanya Rp.6.820,-

 

     Jika kita membuat buku sendiri, lalu kita menjualnya tanpa mengambil laba, harga jual bisa rendah. Kelemahannya, kita tidak punya jaringan distribusi seluas perusahaan penerbitan. Apakah saya menjual 3 bundel itu?

 

     Tanggal 01-Juli menjelang makan siang saya sudah tiba di Salib Putih Salatiga. Saya memang sudah lama merencanakan ke tempat ini untuk melihat SAL-nya sebuah Sekolah Minggu dari Blora sekalian Ritrit Pemuda-nya. Saya bergegas membuat 2 bundel blog saya karena seminggu sebelumnya saya mendengar di tempat ini juga berlangsung persidangan klasis yang dihadiri oleh pendeta dan para penatua gereja. Merekalah target 3 bundel yang saya bawa. Dari gereja-gereja yang para wakilnya sedang bersidang inilah sebagian besar contoh-contoh kasus dalam “All About Money” berasal.

 

     Saya menitipkan barang dagangan ini kepada teman yang ikut sidang. Ada beberapa exemplar saya pisahkan dan beri nama penerimanya untuk diberikan dengan gratis. Sisanya saya minta dijual kepada yang berminat dengan harga modal. Saya tidak mau membagi gratis karena kuatir tidak dibaca. Teman saya pergi ke ruang makan membawa barang itu dengan mengomel karena tahu isi “All About Money” bisa membuat orang marah. Di bawah setiap judul blog saya menulis alamat URL-nya yang mencantumkan nama situs Sabda Space. Jadi, bersiap-siap sajalah menerima kedatangan blogger baru yang marah.

 

     Salam.