Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

YESUS GURUNYA BEGAWAN SUHU

Tante Paku's picture


     BEGAWAN dalam cerita pewayangan adalah sosok yang dianggap sangat bijaksana juga sakti mandraguna. Begawan biasanya digambarkan sangat tekun bertapa hingga kesaktiannya mampu mengalahkan para dewa  kalau mereka mau. Jika seorang begawan mempunyai murid, muridnya pun saktinya luar biasa.

     Sementara itu di belahan bumi yang lain ada sebutan yang hampir mirip yaitu SUHU. Bila anda penggemar cerita silat dari negeri Tiongkok kuno, tentu tak asing lagi dengan istilah tersebut. Seorang yang sudah disebut Suhu tentunya sangat sakti, mempunyai tenaga dalam yang sangat luar biasa, ilmu meringankan tubuhnya juga hebat, bisa melayang bak bulu angsa mampu hinggap di ujung tombak tanpa jatuh ke tanah. Tidak itu saja, para suhu ini pun menguasai ilmu menotok jalan darah yang bisa membuat lawan kaku atau bahkan mati seketika.

     Baik seorang Begawan maupun Suhu sama-sama tekun bertapa atau bermeditasi, keduanya tidak boleh sembarangan main perempuan, main duit atau berjudi atau juga berbohong. Tujuan hidupnya hanya untuk mengembangkan ilmu, bukan materi. Mereka menerapkan jiwa ksatria dalam tindakannya, sekali saja dilanggar, maka bisa hilanglah kesaktiannya. Kalau gurunya hilang kesaktiannya, tentu para muridnya pun jadi lemah dan mudah dikalahkan. Tapi kalau ada sang murid yang berhasil menjadi ksatria akibat didikan seorang guru yang telah cemar, bagaimana hasilnya pada masyarakat yang telah dibelanya?

     Betapa tidak mudahnya menjadi seorang Suhu atau Begawan. Tetapi sebagai penghargaannya ia sering mendapat tempat terhormat di kalangan murid-muridnya maupun masyarakat pada umumnya. Apakah sang Suhu/Begawan itu menjadi orang yang berbahagia dengan imbalan semacam itu?

     Tidak banyak yang mengetahuinya dan tidak seorang pun dapat mengatakannya, sebab kebahagiaan tidak dapat digambarkan.Kebahagiaan memang tidak bisa digambarkan, ia hanya bisa dipahami dan kita akan tahu cita rasa kebahagiaan itu.

     Untuk mendapatkan kebahagiaan, kita harus memahami sebuah "keyakinan" sejati, bukan keyakinan palsu yang sering dilihat sebagai fakta dan realitas saja. Dunia sering membuat kita berada dalam ketakutan, tekanan sosial, keinginan, kekhawatiran, ketegangan, ambisi, rasa bersalah serta diselingi sedikit kesenangan, kelegaan dan kegembiraan.

     Suhu dari segala Suhu, Begawan dari segala Begawan, Maha Guru yang mampu berolah ilmu tanpa cela, jauh dari dosa, tekun berdoa dan melakukan berbagai kesaktian yang tidak menghancurkan tetapi menyembuhkan ada pada Anak Manusia yang bernama Yesus. Allah berfirman tentang Yesus : "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan." Lukas 3:22.

     Sang Maha Pencipta sendirilah yang mengajari Yesus ketika menjadi Anak Manusia agar menjadi Suhu/Begawan/Guru yang luar biasa untuk mengajari manusia berbagai ilmu yang mampu mengalahkan dunia. Bahkan setan-setan pun mengakui kehebatan Yesus sebagai Anak Allah yang tak terkalahkan. Lalu apakah kita siap menjadi muridNya dan menyerap ajaranNya? Tentu semua ada syaratnya, sepertinya mudah tetapi sebetulnya tidak semudah yang kita katakan.

     "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." (Luk 14:26)

     Ayat di atas adalah salah satu cara untuk menjadi muridNya dan kita bisa  menemukan kebahagiaan abadi yaitu meninggalkan seluruh milik kita.  Kita harus lepas dari ikatan mimpi-mimpi duniawi yang terakumulasi menjadi mimpi buruk. Apa yang kita miliki di dunia ini adalah mimpi buruk yang harus kita lepaskan ikatannya untuk menggapai kebahagiaan dan kedamaian abadi. Yesus adalah gurunya Suhu juga Begawan serta yang akan mengembalikan mimpi buruk itu menjadi mimpi indah yang abadi.

     Keselamatan abadi tidak bisa dengan berusaha hidup baik seperti para Suhu dalam dunia persilatan maupun para Begawan dalam dunia pewayangan, karena keselamatan bukan hasil usaha kita sendiri melainkan oleh KASIH KARUNIA ALLAH.

     "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8,9)

     Seorang Suhu, atau Begawan, betapa pun sucinya, tidak begitu berharga. Karena setiap hal merupakan guru, kita tidak akan pernah berhenti belajar setiap hari pada kehidupan. Kehidupan yang abadi ada dalam kerajaan surga dan itulah yang diharapkan semua orang, tak perduli siapapun dia sewaktu berada di dunia. Padahal Kerajaan Surga sudah dekat, seberapa dekatnya, hanya Yesus yang bisa menjawabnya. Kita hanya berjaga-jaga dengan makna cinta yang sesungguhnya !

 

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

    

   

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat